Part 34

24.5K 3.2K 93
                                    

MENGANDUNG KATA-KATA KASAR!
AWAS TYPO MENODAI MATA!

Setelah libur kemarin, Eljio kembali bersekolah seperti biasanya. Hari ini cuaca terlihat sangat mendung, Eljio baru saja akan melangkah pergi untuk pulang. Namun hujan sudah turun, anak itu berdecak kesal dan menunggu hujan reda.

"Eljio." panggil seseorang.

Kedua mata Eljio membulat saat melihat sosok Gervano, apa yang di lakukan oleh ketua Garuda di sekolahnya. Tidak mungkin pria itu datang untuk mengajak Rajam tawuran.

"LO NGAPAIN DISINI ANJING!"

Gervano menatap datar kemudian tersenyum miring. "Gue ketua Osis, ingat." Eljio mengangguk pelan, dia lupa jika hari ini ketua Osis dari sekolahan lain di undang ke SMA Cahaya Bangsa untuk membahas perkemahan.

"Belum pulang?" Gervano bermaksud basa basi, namun Eljio terlihat sangat tidak suka.

"Mata lo buta." sarkasnya.

Pria itu mengabaikan jawaban Eljio dan duduk di samping anak itu sambil mendongak ke langit.

"Lo pasti selalu bahagia ya." tebak Gervano yang kenyataannya salah besar. Pria itu menebak seperti itu karena Eljio terlihat seperti orang yang sangat bebas tanpa beban.

"Emangnya gue kelihatan kayak orang bahagia ya?" Eljio malah berbalik tanya, dia ingin tahu. Dari sisi mana dia terlihat bahagia.

"Lo selalu aktif, senyum sana sini ketawa ngakak dimana aja, gak peduli orang yang ada di depan lo kawan ataupun lawan."

Eljio mengangguk pelan. "Iyalah gue ini selalu bahagia, emangnya lo yang judes mulu."

Gervano berdecih tak suka, kilatan amarah tampak jelas di kedua matanya. Eljio terheran-heran, kenapa pria itu marah. Dia tidak merasa membuat kesalahan apapun.

"Judes lo bilang, terus dua abang lo itu apa."

"YA MEREKA MANUSIAlAH!"

Gervano berjengkit kaget, suara Eljio hampir membuat telinganya pecah.

"Kenapa lo selalu teriak di depan yang lebih tua, gak sopan." tegur pria itu.

Eljio terdiam kemudian melirik Gervano dengan datar.

"Karena gue yang selalu nyembuhin luka gue sendiri, gue yang meluk diri gue sendiri di saat kesepian dan gue yang selalu berusaha tetap berpikir jernih saat bisikan mati menggema di kedua telinga gue."

Gervano terdiam, kedua pupil matanya melebar saat melihat Eljio menerobos hujan. Dia ingin mengejar namun anak itu sudah masuk ke dalam mobil putih yang sepertinya adalah jemputannya. Gervano langsung saja menaiki motornya, dia berusaha untuk mengejar mobil putih itu, namun tiba-tiba saja tiga mobil hitam menyalipnya dan menghalangi jalannya.

Eljio yang berada di dalam mobil terdiam, namun saat melihat kaca spion dia terkejut setengah mati saat melihat motor Gervano yang berada jauh di belakangnya, sepertinya pria itu berniat mengejarnya namun tiga mobil asing yang Eljio yakini milik orang-orang suruhan Marcello menghalangi motor Gervano.

"Anjing kenapa itu orang pake ngejar gue segala sih!"

"Segitu nge-fansnya dia sama gue."

"Pak Agus mode pembalap pak, ada orang jahat di belakang."

Pak Agus yang menjadi supir mengangguk. "Siap den!"

Mobil putih yang di tumpangi Eljio melaju semakin cepat, sampai Gervano kehilangan mobil tersebut dan akhirnya berhenti di depan cafe.

"Tch, Eljio gue makin penasaran dengan lo."

.

.

Hujan reda saat waktu menunjukkan pukul 7 malam.

Di dalam kamar bernuansa biru gelap itu, Eljio sedang berusaha untuk menghilangkan suara-suara aneh di kedua telinganya. Anak itu bahkan sampai memakai headset dan memutar musik dengan volume tinggi, namun suara-suara aneh itu terdengar semakin jelas.

"Takdir figuran antagonis seharusnya mati."

"AKU MUAK MELIHAT WAJAH MU YANG MEMALUKAN!"

"ELJIO! BANGUN NAK!"

"Seharusnya kau tidak di lahirkan!"

"Maafkan abang."

"JANGAN PERNAH MEMANGGIL KU DADDY!"

"Aib keluarga Brawijaya, kenapa tidak mati saja!"

"Jagoan ayo bangun, jangan menyiksa ayah dengan cara seperti ini."

Eljio melepaskan headset dan melemparkannya dengan asal, anak itu berdiri dan menatap pantulan dirinya di cermin.

"ANJENG KAYAKNYA GUE DI GUNA-GUNA, SIALAN EMANG! SIAPA HUMAN YANG BERANI MAIN-MAIN SAMA AKANG JIO!" teriaknya sampai pintu kamarnya langsung di dobrak dari luar.

BRAK!

"Ada apa Eljio!" ekspresi khawatir terlihat kentara di wajah Marcello dan yang lainnya.

"Woi itu pintu kamar gue copot anjir!" ucapnya begitu melihat pintunya tergeletak tak berdaya.

Eljio segera mendekat dan memegang pintu kamarnya yang mengenaskan.

"WOI GANTI RUGI POKOKNYA! GUE GAK MAU TAHU SETAN!"

Di tempat lain, pasangan ibu dan anak tengah membahas sesuatu di ruang keluarga yang terlihat sederhana dengan sebuah buku tebal yang berada di atas meja. Keduanya tampak serius dengan pikirannya masing-masing sampai sang ibu berbicara.

"Jika ingin semuanya kembali, figuran antagonis harus mati."

Sakira menegang, dia memang beberapa kali mengancam Eljio dengan kata mati, namun entah kenapa dirinya takut jika hal itu menjadi kenyataan.

"Maksud ibu."

Ayudia tersenyum misterius kemudian mengambil buku yang berada di atas meja. "Semua alurnya mungkin berubah, tapi takdir kematiannya tidak akan pernah berubah."

"Tidak bu, semuanya berubah Krisar ada di pihak Eljio begitu juga dengan yang lainnya."

"Itu tidak penting nak, yang paling penting kematiannya, walaupun Krisar tidak membunuhnya ada orang lain yang akan melakukannya."

Sakira tidak mengerti, namun anak itu takut saat melihat Ayudia berdiri dan menghubungi seseorang dengan senyuman menyeramkan yang tidak pernah pudar.

"Jika aku tidak bisa mengendalikan dunia ini, maka lebih baik menghancurkannya bukan."

TBC

PLEASE VOTE DAN KOMEN

Incredible Figure [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang