Seorang gadis duduk menyendiri. Posisi tubuhnya meringkuk di bangku berderet panjang. Tampak baju dan rambutnya awut-awutan, serta terdapat luka koyak di sudut bibir sebelah kanan.
Sorot matanya menggambarkan kehampaan. Kepala menunduk, terpaku pada kaki telanjangnya yang mulai mengigit kedinginan. Namun, tak dia pedulikan. Bahkan, teriakan di ruang interogasi, terdengar seperti dengungan lebah.
Begitu pula dengan para petugas yang sejak tadi lalu-lalang di depan kursi. Seakan tidak menyadari keberadaannya. Gadis itu seolah tak terlihat, dan dibiarkan sendiri di sudut ruang kantor polisi.
Tubuh rapuhnya semakin mengkerut. Rasa takut dan trauma akan kejadian tadi masih membekas dalam ingatan. Berkali-kali dia menggosok kedua lengan bajunya yang basah kuyup.
“Apa kamu akan terus menjadi trouble maker, dengan menciptakan banyak masalah?”
Ayahnya yang seorang jenderal polisi melempar surat penahanan ke wajah sang anak.
“Kamu ini perempuan, tapi kelakuanmu seperti setan!”
Tidak ada satu pun gerakan tubuh gadis itu yang luput dari perhatian si pria pemilik sepatu kulit warna hitam.
“Lihat! Paparazi di luar sana. Mereka memojokkan saya, seolah tidak becus mendidik anak.”
Mata sang gadis mengerjap ke luar jendela. Benar saja, ada belasan reporter TV berpakaian serba hitam yang sedang menunggu di parkiran, dengan kamera masing-masing tersampir di bahu.
Tangan gadis itu mengerat hingga buku-buku jarinya memucat, dan kepalan itu berubah menjadi remasan pada rok pendek yang setengah robek. Ini merupakan pengalaman pertamanya melakukan tindak kejahatan.
“Apa Papa dibayar hanya untuk berceramah?”
Gadis itu bertanya dengan suara serak yang rendah. Sedangkan, matanya masih menatap kumpulan pemburu berita yang terus mengambil gambar.
“Saya pimpinan di sini. Jadi, hanya saya yang bisa mengeluarkan kamu. Tapi saya tidak akan melakukannya. Biar saja, kamu membusuk di penjara.”
Seketika kepala gadis itu berputar ke arah pria yang kini berdiri, menatapnya dengan mata melotot.
“Aku nggak peduli, berapa lama mereka mengurungku di sini. Lagi pun, Papa juga nggak pernah mengakui aku sebagai anak,” desis gadis itu menahan perih di bibirnya.
Polisi yang dimaksud, mengangkat tangan penuh kemarahan. Kilatan emosi juga terpancar di matanya yang menyimpan sejuta misteri.
“Yessica Tamara, kamu sama saja dengan ibumu. Bisanya cuma jadi beban keluarga.”
“Jangan bawa-bawa Mama, aku bahkan tidak pernah melihatnya.”
Sang ayah tersenyum sinis. “Jelas saja, kamu tidak akan pernah mengenalnya. Karena saya sendiri yang sudah mengirim ibumu ke neraka!”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA CHIKA (Chikara, Fiora, Vikuy)
Teen Fiction🔞 BENCI JADI CINTA Berkisah tentang Chika, siswi cantik yang jatuh hati dengan kakak kelasnya yang terkenal 'super dingin' bernama Aran. Di sisi lain, Chika ini juga memiliki mantan pacar Vito Fadrin namanya alias Badrun yang gagal move on dan masi...