XIII. PM

2.3K 920 468
                                    

Manusia memiliki topeng yang indah, guna menyamarkan iblis dalam hati. Paras rupawan hanya pembungkus luar, sifat anggun juga tambahan.

Siapa yang lebih dulu membuka topeng atau mengalami keretakan di bagian luar. Dia akan kalah. Begitulah, aturan mainnya.

Meski harus menjerit kesakitan, demi mempertahankan sebuah topeng. Berdarah pun tetap harus diperjuangkan. Sebab, ketika topeng persembunyian kita retak. Satu per satu kontrol palsu, akan terburai keluar.

Jiwa mulai tumbuh serakah. Logika dimatikan oleh rasa. Tujuan awal terlupakan. Dan keputusan yang dijalani, patut untuk dipertanyakan.

Namun, ketika cinta sudah bercampur tangan... akankah kisah ini menjadi sedikit berbeda?

Semilir angin laut berembus di pelabuhan selatan pulau jawa. Gemerlapan bintang di langit bagai jutaan debu berkilau, dari hancurnya batu permata biru yang tembus pandang.

Walau sudah memasuki musim penghujan, bintang-bintang yang membentuk berbagai macam rasi tampak begitu mengagumkan. Memenuhi kubah langit dengan pekatnya dunia.

Di balik awan, bulan melingkar sempurna, pertanda jika satelit alami planet kita telah memasuki fase purnama.

Warna pucat yang memantulkan cahaya mentari dari sisi lain Bumi itu tampak tak dikekang waktu. Tetap sama sepanjang masa. Memberi kesan misterius membuat bulu roma bergidik ngeri.

Debur ombak yang menghantam karang terdengar begitu syahdu, halus dan berdesir indah di telinga.

Tak peduli dengan keadaan, Aran dan Fiony malah asyik bercumbu di dalam mobil yang terparkir di tepi dermaga. Sedangkan dari arah belakang seseorang mematikan kendaraan, guna mengintai keduanya.

Di lain sisi Chika ponsel menyala, menampilkan rekaman Fiony dan Aran yang tengah bermesraan. Tanpa memblokir kontak tak kenal itu lalu menyimpan ponselnya di dalam laci.

Untuk saat ini gadis itu tidak mempercayai siapapun kecuali hati kecilnya. Sebab, Chika tahu, jika perasaannya tak akan pernah salah.

⭐⭐⭐⭐⭐

Suara hantaman bola dan decitan tapak sepatu yang menggores ubin kayu, terdengar begitu jelas di gelanggang olahraga.

Belasan murid perempuan kelas XI IPA-1 sibuk memperebutkan bola jingga. Mereka saling mengejar, sampai salah satunya berhasil melempar benda bundar tersebut menuju ring lawan dan menambah skor.

Sparing yang cukup mudah bagi seorang Yessica Tamara, karena sedari cilik dia sudah terlatih melakukannya.

Lagipula dia dapat menjadikan latihan ini sebagai ajang unjuk kebolehan kepada semua siswa yang menjadi penonton di tepi lapangan. Dan kebetulan, Aran ada di sana untuk menyaksikan pertandingan pertama Chika setelah resmi bergabung di tim basket putri.

Chika yang dihadang tiga lawannya tiba-tiba melakukan tipuan dribbling ke depan, step back ke belakang dan mencetak skor three point. Semua siswa sontak bertepuk tangan, mengidolakan paras serta kelihaian Chika.

Di saat semua siswi memainkan permainan basket, tentu saja itu merupakan tontonan indah bagi kaum adam. Dengan cengiran khas masing-masing, mereka sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari gadis yang sudah menerima bola dan men-dribble-nya.

Rasanya lucu saja kalau mereka mendapatkan bola. Karena kebanyakan malah panik, dan segera melemparkannya ke tim lain. Lagian, melihat para siswi yang sedang berlari itu serasa ada sensasi tersendiri.

Merasa cengiran sahabatnya sudah patut dicurigai, Sholeh menepuk keras pundak Aran dengan botol minumnya.

Jaga hati, jaga mata. Muka lo udah mulai busuk tuh!

RAHASIA CHIKA (Chikara, Fiora, Vikuy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang