XXVIII. NERAKA ATAU SURGA?

1K 217 136
                                    

Fiony, kalo kamu cari yang sempurna aku mundur. Tapi kalo kamu nyari ketoprak bumbu samyang aku nitip, ya.”

Aran!

Apa, Sayaaangku?

Liat aku! Fiony keluar dari ruang wardrobe dengan mengenakkan lingerie warna merah.

Aran yang mengangkat wajahnya lantas melongo. Astaghfirullah, Sayang, kamu ngapain pake baju kurang bahan kayak gitu?

Malam itu, Fiony kian gencar menggoda kekasihnya, dengan pakaian minim super ketat dan mengajaknya untuk berhubungan badan.

Terang saja Aran menolaknya. Pemuda itu pikir, dia tulus mencintai Fiony. Jadi, Aran tak perlu mengotori hubungan mereka dengan hal-hal semacam itu.

Lagipula, Aran memang punya niatan untuk menikahi Fiony. Mereka hanya perlu menunggu beberapa tahun lagi untuk menyelesaikan kuliah, mendapatkan pekerjaan, lalu membangun bahtera rumah tangga seperti impian masa kecil keduanya.

Pemuda itu memang buaya. Akan tetapi, dia tidak pernah ingkar janji untuk membahagiakan kekasihnya. Hal itu dibuktikan Aran lewat tindakannya memaafkan Fiony, meski perempuan itu ketahuan tidur dengan Zean setahun yang lalu.

Jadi, Fiony memang lebih dulu mengkhianati Aran, bahkan jauh sebelum pemuda itu dekat dengan Chika seperti sekarang.

Aran bersikap seperti itu, sebab di dalam hatinya masih ada secercah harapan Fiony akan berubah. Sehingga, mereka dapat melanjutkan kisah yang indah sekaligus menyakitkan.

Demi hati yang salah, Chika pernah berpura-pura bahagia, disaat hatinya benar-benar terluka.

Dulu, dia membayangkan cinta yang sempurna. Dari sosok yang dia pikir dapat menutupi segala kelemahan serta kekurangan dalam dirinya. Namun, faktanya. Gadis itu justru menanam bunga yang takkan bisa mekar, di dalam mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Jika kebaikan, kepolosan, dan kebodohan menjadi alasan orang lain untuk menyakitinya. Maka kini, Chika menggantikan tiga hal di atas dengan semua kepalsuan yang pernah Aran ajarkan kepadanya.

Chika pastikan, dia akan membalas semua perbuatan orang-orang yang pernah melukai fisik dan hatinya. Lebih jauh lagi, akan dia perkenalkan sosok iblis yang selama ini bersemayam dibalik paras cantiknya.

Dan benar saja. Di hari berikutnya untuk pertama kali, Chika berani melanggar ketertiban sekolah. Mulai dari mengenakan rok yang dibuat model pensil. Kaos kaki harusnya selutut, ini malah jadi semata kaki. Sepatu wajib hitam, justru nekat menggantinya dengan warna putih.

Sekali dua kali, kesalahan itu masih bisa dimaafkan oleh Bu Siska, selaku guru Bimbingan Konseling. Mengingat prestasi Chika selama ini. Namun, di pelanggaran yang ke-9 tanpa bisa ditoleransi. Hari itu juga, Chika langsung dipanggil ke ruang Kepala Sekolah.

Saya tidak mau tahu, besok jam delapan pagi, papa kamu harus sudah di ruangan saya.” Melody membanting surat panggilan untuk wali murid yang ke atas meja.

Chika melirik sekilas, lalu memutar bola matanya malas. Papah saya ga bakal datang, karena saya ga bakal ngasih suratnya. Jadi, supaya ga ribet, biar supir atau ajudan Papah saya yang ke sini.”

RAHASIA CHIKA (Chikara, Fiora, Vikuy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang