RAHASIA CHIKA (Chikara, Fiora, Vikuy)

V.

𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧. 𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐮𝐤𝐚𝐧, 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐮𝐩𝐚𝐤𝐚𝐧.

⭐⭐⭐⭐⭐

Jatuh cinta, ibarat menggenggam sebatang lilin yang menyala. Pada mulanya, dia menerangi dunia di sekitarmu. Namun, perlahan meleleh, dan mulai melukai. Lalu, apa yang tertinggal, hanyalah dirimu yang terbakar.

Aran meninggalkan Chika di tengah lapangan upacara. Keliling sekolah mereka yang berbentuk persegi, membuat semua murid bisa melihat apa yang baru terjadi.

“Omaigad. Gua bakal dapat duit setelah ini. Ayo kita lapor Fiony!”

Freya dan Jessi berlari ke kelasnya. Namun, di tangga lantai dua, mereka justru berpapakan dengan Fiony yang lagi bagi-bagi selebaran.

“Ceu Pio, Ceu Pioo harus liat gosip hari ini!"

Jessi menarik-narik pita merah yang mengikat rambut Fiony, membuat si empunya memekik kesakitan.

“Aduh, Jessi! Apaan sih, sakit tau.”

“Sorry Cee, tapi. Aran, Aran!”

“Kenapa, Aran bolos lagi, atau dia mabok lem? Ah, itu udah biasa.” Fiony mengayun langkah pelan menuruni tangga. “Ntar juga dibebasin, kan emaknya yang paling berkuasa di sini."

“Bukan itu Cee, coba deh liat ini!” Freya menunjukkan video yang tersimpan di ponselnya.

Fiony menyaksikan rekaman itu tanpa ekspresi “Oh, Aran ngerakul Chika, so what?”

“Kok kenapa sih, Cee. Emangnya, hati Cee Fio, gak panas?”

Fiony mengedikkan kedua bahunya. “Enggak, kebetulan tensi aku normal, Freya. Udah dulu, ya. Aku, mau bagiin pamflet buat klub seni, bye!”

“Eh tunggu Ceu!” Jessi ingin menyusul Fiony, tetapi gadis itu sudah menghilang di ujung koridor kelas XI IPA-1.

“Ceu Pio, kesurupan apa sih. Kok jadi berubah drastis, gitu.”

“Enggak Jessi. Gue yakin, mereka pasti nyembunyiin sesuatu. Tugas kita, cari tau apa rencana mereka selanjutnya.”

⭐⭐⭐⭐⭐

Chika masih mematung di tengah lapangan. Gadis itu mesem sembari menikmati getaran di dadanya. Ini kali kedua dia merasa hal serupa, pada orang yang sama.

“Ngapain senyum-senyum sendiri, udah gila?”

Chika tidak mengindahkan eksistensi Badrun di sampingnya. Gadis itu mengedarkan pandangan keliling bangunan sekolah dan mendapati Aran yang berjalan santai menuju kelas.

“Liatin apaan, sih?”

Tanpa menjawab, Chika serta merta menyeret Badrun menuju kantin belakang sekolah. Sesampai di sana, gadis itu dapat mendengar kasak-kusuk kakak kelasnya yang pada heboh membicarakan kejadian tadi.