“Orang yang mudah ketebak adalah orang yang lagi jatuh cinta. Liat noh, prince charming di sekolah kita. Gayanya aja selangit. Sok cool, cuek lah segala macam. Nyatanya, dia sayang sama Chika.”
“Iya, iya, Al. Masuk akal juga omongan lu.” Sholeh mengangguk dari seberang kolam renang di belakang sekolah, tempat Chika dan Aran berdebat sebelumnya.
“Sejauh yang gue kenal, Aran itu, paling anti ikut campur masalah orang lain. Apalagi, sampe ngebongkar aib mereka.” Gito tahu-tahu muncul di samping kedua sahabatnya. “Kalo dia ngelakuin ini demi seorang cewek. Wow, gokil sih. Tandanya, nih ceweka punya tempat spesial di hati Aran.”
Dheo yang melangkah di belakangnya lantas berkata, “jangan bilang, boscil kita udah foling in lop, egen?”
Sholeh mengangguk. “Bisa jadi. Aran ngelakuin itu, karena dia gak rela, Chika dimiliki orang lain.”
“Ini gimana sih, konsepnya? Suka tapi nggak bilang. Sayang tapi lebih milih nyakitin. Demi apa coba? Nutupin gengsi. Haaah, gue jadi terAran-Aran.”
“Emang gitu, Al.” Sholeh menyaut. “Orang yang tersakiti. Cenderung akan menyakiti orang lain. Hati Aran itu, ibarat gelas kaca. Pas masih utuh, dia berguna. Tapi, kalo udah jatuh. Pecahan itu, cuma bisa melukai orang yang coba nyentuh dia.”
“Kalo hati Aran, emang udah diisi dua orang. Pertanyaan gue, cuma satu. Siapa yang bakal dia pilih? Kalo Chikuy, keknya mungkin, deh.”
“Kenapa ngga mungkin, Dhe?” Gito memainkan alisnya naik turun.
Sahabatnya menjawab, “ya, kalo Aran emang mudah memantapkan hati. Kenapa ngga dari dulu aja, dia nyari pengganti. Dari ratusan mantan dia di sekolah ini, kenapa harus Chika yang dia pilih? Kenapa coba?”
Aldo mengedikkan bahu. “Meneketehe, kenape nanye gue, tanye aje ke orangnye langsung.”
⭐⭐⭐⭐⭐
“Kenapa, Ran?”
Si pemuda yang tengah menyantap bakso aci, dikejutkan oleh kehadiran ke-empat sahabatnya. Mereka menginterogasi Aran layaknya tahanan polisi.
“Apaan sih, kalian kok jadi ngerecokin hidup gue gini!”
“Udah lah, Ran, ngaku aja. Sebenarnya, lu juga suka, kan, sama Teh Icha?”
Aldo menggebrak meja kantin, sampai mangkuk bakso di depan Aran berguncang, serupa perahu yang tersapu ombak.
“Sok, tai kalian!”
Aran memalingkan muka, kembali menikmati baksonya dengan tidak berselera. Sedangkan teman-temannya, masih bersikeras dengan pendapat mereka masing-masing.
“Ran, kalo elu, mencintai Fiony dan Chika di saat yang bersamaan. Saran gue, sih, pilihlah Chika. Karena elu, nggak bakal naksir yang kedua. Kalo elu, emang beneran sayang sama yang pertama.”
Alis Aran nyaris menyatu matanya menatap tajam, membuat Sholeh merasa gentar. “Shut the fuck up!” Dia yang malas berdebat lantas memilih pergi.
Tiba di dekat toilet siswa, pemuda itu malah mendapati Chika bercumbu dengan pacarnya baru, lagi. Aran melirik apple watch hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
14:45 udah bel masuk jam terakhir, pantes mereka senekat itu.
Aran mengembuskan napas dalam, lalu mencuci tangannya di keran wastafel. Sementara gerakan cermin di depannya terus mereka kemesraan Chika dengan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA CHIKA (Chikara, Fiora, Vikuy)
Teen Fiction🔞 BENCI JADI CINTA Berkisah tentang Chika, siswi cantik yang jatuh hati dengan kakak kelasnya yang terkenal 'super dingin' bernama Aran. Di sisi lain, Chika ini juga memiliki mantan pacar Vito Fadrin namanya alias Badrun yang gagal move on dan masi...