VIII.

3K 1.2K 532
                                    

CEWEK, saat kamu menyakitinya, dia menangis. Dan ketika dia menyakitimu, dia juga yang menangis.

⭐⭐⭐⭐⭐

Kucari tahu tentangmu
Tanggal dan tahun lahirmu
Kupelajari rasi bintang menebak pribadimu

Tokoh kartun favoritmu
Dan warna kegemaranmu
Kutelusuri di titik mana kita kan bertemu

Badrun menutup ponselnya. Belasan kali dia mengontak Chika. Namun, hanya lagu Tulus yang terus berpusing di telinganya.

Entah, gadis itu memilih nada sambung itu untuk siapa. Namun, Badrun jelas merasakan perih di hatinya, laksana luka yang disiram dengan air garam.

Dua hari sudah si cantik selalu menghindar dan itu sukses membuatnya uring-uringan sepanjang hari. Makan tidak enak, tidur pun tak nyenyak.

Sejurus kemudian, Badrun malah memergoki Chika turun dari motor rivalnya. Dia yang terbakar cemburu segera menghampiri mereka. Namun sayangnya, Aran keburu menghilang.

Chika, tunggu!

Badrun membuntuti si mantan menaiki tangga, menuju lantai dua. Chika yang merasa risih, segera membanting pintu kamarnya dengan keras. Suara gebrakan itu seperti jeritan amarah di telinganya. 

Laki-laki itu menunduk dan merasakan hatinya berdarah-darah. Dia ingin meninggalkan Chika, tetapi Badrun tidak tahu bagaimana cara melakukannya.

Bius aku dengan tatapan
Misterimu menyiksaku tapi sungguh candu

Lika-liku labirinmu
Tak kan urungkan niatku
Betapa kuyakin kita berdua bisa menyatu

Badrun kembali menghubungi Chika. Namun, sang gadis berada di kamar mandi, meninggalkan ponselnya di atas meja kecil samping kepala tempat tidur.

Satu jam kemudian, Chika keluar kamar dengan penampilan yang lebih fresh, tanpa polesan make-up dan hanya mengenakan white t-shirt serta short pants berbahan denim yang lembut.

Badrun yang duduk di sofa, segera beranjak menghampirinya. Chik, barusan Aran ngajak lo kemana? Gua udah tiga jam nunggu, tapi lo nggak pulang-pulang.”

Ya, tadi di jalan ada marching band. Yaudin, kita nonton aja sambil makan bakso aci.”

Tapi kok, lo, langsung keramas? Lo sama Aran, nggak ngelakuin sesuatu yang aneh-aneh, kan?

Apa siiih, kok ngomongnya malah ngelantur gini. Ah sudahlah, gue laper pen masak mi. Lu mau, nggak?

Mau dong. Seperti biasa ya, telurnya double.”

Iya, gue hafal.”

Chika mengambil dua mie instan cup dari di lemari pantri. Meracik bumbu, memecahkan dua butir telur, menuangkan segelas air dan memasaknya di dalam microwave.

Selama menunggu keduanya melirik dan saling melempar senyum. Dari kecil mereka memang seperti itu, marahan kemudian baikan tanpa alasan yang jelas.

RAHASIA CHIKA (Chikara, Fiora, Vikuy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang