XXVII. TAK LAGI SAMA

996 233 159
                                    

🄺🄰🄼🅄 🄰🄳🄰🄻🄰🄷
🅃🄾🄺🄾🄷 🄵🄸🄺🅂🄸
🄳🄴🄽🄶🄰🄽 🄻🅄🄺🄰
🅈🄰🄽🄶 🄽🅈🄰🅃🄰

⭐⭐⭐⭐⭐

Ketika berpapasan dengan Chika di koridor sekolah. Aran merasakan gravitasi yang menipu. Bagai gerakan slow motion dalam sebuah film. Jangankan menyapa, menoleh pun tidak Chika lakukan.

Sejujurnya, gadis itu menyadari kehadiran Aran dari kibasan parfum beraroma vanila, dan sweet apple yang menyengat kedua lubang hidungnya.

Namun, Chika berlagak sibuk dengan ponselnya. Ketimbang, menengok tampang orang menggoreskan luka trauma di lekuk hatinya.

Dheo dan kawan-kawan terkejut, terheran-heran menyaksikan kejadian itu. Begitu juga puluhan murid yang berseliweran di sekitar mereka. Serta-merta menghentikan aktivitasnya.

Chika kepentok di mana, kok dia jadi amnesia begitu. Bukannya, dia yang selama ini ngejar-ngejar Aran?

Jangan bilang, ini cuma drama!

Ya gitu deh, kalo perasaan udah diubah logika.”

Beragam spekulasi bermunculan. Dari kemungkinan buruk sampai yang terburuk. Sehingga mengepulkan asap imajiner, dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Syukurin, lagian gue jijik liat mereka berdua, kebanyakan gimmick, ucap seorang siswa menanggapi beberapa gadis yang sibuk bergibah di depan kelas.

Tapi mereka sepadan tau. Sama-sama cekape dan ranking satu lagi. Kalo ngobrol pasti nyambung.”

Yoi banget, kapel kaporit aing.”

Memiliki kesetaraan sosial yang sama. Serta dibesarkan dengan latar keluarga yang nyaris serupa. Membuat keduanya digadang-gadang sebagai pasangan paling ideal di sekolah.

Di depan ruang Tata Usaha, Sholeh terus memperhatikan gerak-gerik keduanya. Ngeliat ChikAran yang sekarang. Gue jadi inget nasihat guru agama, waktu kelas sebelas.”

Huh, apa’an, tuh? Ketiga temannya spontan mendekatkan telinga.

Pak Ahmad pernah bilang gini, jangan terlalu mencintai seseorang. Karena sewaktu-waktu, dia akan menjadi orang yang paling kamu benci. Dan jangan berlebih dalam membenci seseorang. Karena suatu hari nanti. Bisa jadi, dia adalah orang yang paling kau cinta.”

Aldo, Gito, dan Dheo langsung mengangguk setuju. Adh, adh, itu sih, riil banget, hyung.”

Aran sendiri tak peduli dengan perubahan sikap Chika. Baginya, ada atau tidaknya gadis itu. Sama sekali tak berarti apa-apa.

Malamnya, dia mengawani Fiony jalan-jalan kemana pun yang perempuan itu mau. Setidaknya, saat bersama kekasihnya, Aran tidak perlu menipu dirinya sendiri.

Di tikungan daerah perbukitan, mobil Aran mengepot dengan sempurna. Libasan angin menyapu barisan ilalang setinggi pinggang yang melambai-lambai. Seolah, mengajak Fiony bergoyang di tengah pekatnya langit.

Fiony bernapas lega mendengar Aran telah mengakhiri sandiwara cintanya dengan Chika. Satu hal yang dia yakini. Aran mungkin bisa membagi tubuhnya untuk perempuan lain, tetapi tidak dengan hatinya.

Di sampingnya, pemuda itu menekan persneling ke gigi satu, menginjak rem, melepaskan kopling dan mengunci setirnya dengan rem tangan. Sehingga merasakan ban belakang mobilnya berputar-putar di tempat, sembari mengepulkan asap tebal.

RAHASIA CHIKA (Chikara, Fiora, Vikuy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang