XIV. SEKARAT

2.2K 864 449
                                    

Protagonis artinya pemeran utama, bukan tokoh yang baik.

Buat saya, karakter utama harus lebih menonjol. Masalah second lead lebih dicintai, itu sih selera pembaca.

⭐⭐⭐⭐⭐

Bunyi gong menggema di GOR olahraga, pertanda berakhirnya acara. Suara announcer saling tumpang tindih dengan sorak-sorai penonton yang menyaksikan pertandingan hari ini.

Pak Prabu sang pelatih, berteriak memanggil nama Badrun. Memberi selamat, karena berhasil menempati posisi pertama, di babak kualifikasi pecak silat.

Sambil menunggu, Chika duduk di bangku berderet panjang. Badrun yang baru menyadari kehadiran mantannya di pinggir lapangan. Spontan berlari menghampiri mendekati tribun dan bergabung dengan gadis itu.

Dari tadi?

Chika mengangguk.Lu udah dapat nastak?

Belum.” Badrun menyeka keringat dengan handuk kecil dan mengambil ponsel dari dalam tas. Kayaknya, bentar bakal lagi dianter.”

Keduanya lantas diselimuti keheningan. Badrun sibuk dengan ponselnya. Sementara Chika mengayunkan kaki ke depan dan belakang, menyapu lantai kayu yang bersih dan kesat dengan dengan sepatu hitamnya.

Tadi malam kemana? Gua bolak-balik ke rumah lo malah gaada, ditelpon juga nggak diangkat. Badrun menutup ponselnya dan memandang Chika dengan tatapan intens.

Semalam, gue jalan sama teman, dan HP gue ketinggalan di kamar.”

Teman lo yang mana? Perasaan, dari dulu, gua yang selalu ada buat lo, bukan dia.”

Skakmat! Chika langsung tergugu membisu.

Gua, emang nggak berhak, larang lo bergaul sama siapa pun. Tapi lo harus bisa bedain, Chik. Mana yang beneran tulus, sama orang yang cuma mau manfaat lo, dengan niatan nggak baik.”

Chika tidak menjawab dan mulai merenungi perkataan Badrun yang sudah dia anggap saudara.

Siangnya di jam istirahat, gadis itu malah ketiduran di kelas untuk yang pertama kalinya, kelelahan akibat kegiatan semalam.

Badrun yang duduk di sebelah mengangkat kelima jarinya, menghalau terik matahari yang membakar wajah mantan kekasih tersebut.

Namun, tak lama, ponsel Chika yang berada di dalam tas tiba-tiba berbunyi, dan terdengar pemberitahuan pesan masuk. Si gadis terjaga dan mendapati Badrun tengah mengotak-atik gadgetnya.

Drun, balikin HP gue!

Lelaki itu mengelak, dia membelakangi Chika kemudian mengklik pesan yang tertera di bar notifikasi.

Thanks ya, buat tadi malam.’

Badrun menilik sudut kiri atas layar ponsel Chika, di sana terpampang jelas nama dan avatar wajah orang paling dia benci.

Semalam kalian ngelakuin apa, sampe Aran berani ngechat ginian?

Udah gue bilang ga ngapain-ngapain, kita cuma jalan-jalan.”

Chika coba bersilat lidah, tetapi Badrun jelas bukan tipe orang yang mudah dibodohi dengan omong kosong.

Kita semua tau gimana bejatnya dia, dan lo ngarep gua bakal percaya gitu aja?

RAHASIA CHIKA (Chikara, Fiora, Vikuy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang