15

4.5K 421 0
                                    

Riri kembali ke kamarnya saat langit menggelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Riri kembali ke kamarnya saat langit menggelap. Kesal dengan Orion membuat moodnya berantakan. Ck ah, Riri ingat adegan saat Ryana selalu memaksa ikut ke istana jika Theo dan Orion akan kesana, manusia bodoh ini otaknya terbuat dari apasih Ryana bego, bela belain ke istana juga gak bakal ketemu Kaizer, oneng, bego, goblok, Arrgh! malu maluin, Riri malu mengingat kelakuan Ryana jika di istana, anak itu akan berkeliling istana hingga kakinya terasa akan patah demi mencari Putra Mahkota, sesekali pencarian Ryana berhasil, namun tentu saja yang di dapat hanya dengusan kesal dari Pangeran itu, jelas sekali Kaizer muak dengan Ryana.

Orion juga, biasanya kaka Ryana itu jangankan menawarinya ikut, dia lebih baik pergi diam diam dari pada di tempeli Ryana.
"Keluarga lo gak ada yang beres Ry" Gerutu Riri menggelengkan kepala.
.
.
.
Theodore malam ini mengadakan pertemuan dengan Putra Mahkota, Orion yang baru saja datang menghampiri ayahnya.
"Adikmu tidak ikut?"
Orion diam mendengar itu, adiknya ya entah kenapa terasa aneh di telinga Orion, biasanya ayahnya lebih memilih kata 'Anak itu' dari pada menyebut 'Adikmu'.

 
"Tidak"

"Hhhh... Ku pikir ia akan ikut"

"Apa kau sedang menyesal?"
Theo menatap Putranya sejenak.
"Aku harus mengakhiri kelakuan bodohku"
"Ayah memang bodoh" Ungkap Orion setuju.
Theo mendesis di sampingnya.
"Kau juga ikutan Bodoh"
"Karena aku anakmu"
Obrolan itu harus di hentikan karena Putra Mahkota memasuki ruangan.

"Salam kepada Matahari kerajaan, semoga kesejahteraan dan berkat dewa dewi selalu bersama yang mulia Putra Mahkota" Salam di ucapkan Theo dan Orion bersamaan.

"Duduklah Perdana Menteri" Kaizer mempersilahkan mereka berdua duduk, teh dan camilan sudah di hidangkan di meja.
Kaizer mengangkat gelas tehnya menyesapnya pelan.
"Jadi bisakah kita membicarakan hari pertunanganku?"
Theo menegakkan tubuhnya.
"Mohon maaf Yang Mulia tapi Putri Saya Ryana menolak perjodohan ini"
Sinar terkejut terlihat sekejap di mata sang Pangeran.
"Terdengar mustahil, tapi bukankah itu tugasmu membujuknya" jawab Kaizer tenang.
"Jika berkenan bisakah Pangeran memilih calon Putri Mahkota dari keluarga lain, sepertinya Putri saya teguh dengan pendirianya"

Kaizer terdiam sebentar menimbang.
"Kau sudah tau Perdana Menteri, pertunangan ini harus terjadi, bukan hanya aku saja yang membutuhkanmu, kau juga membutuhkanku, aku rasa untuk membujuk Putrimu itu bukan hal yang sulit, dari pada kau kehilangan otoritasmu sebagai Perdana Menteri, aku akan mendengar kabar baik darimu" Setelah itu Kaizer pergi dari sana.

Theo tau Kaizer tengah mengancamnya, tapi Theo tidak ingin mengecewakan Ryana lagi.
"Aku akan bicara pada Ryana" Orion berucap.
"Adikku itu, bukankah dia mencintai Putra Mahkota, mungkin tidak sulit membujuknya sekali lagi"

Entahlah Theo tidak yakin. Tatapan yang di berikan Ryana kemarin, mengatakan hal sebaliknya, Putrinya itu entah kenapa terasa jauh. Sebelumnya Theo memang tidak perduli, namun tingkah Ryana yang suka menempelinya membuatnya setidaknya melihat Putrinya setiap hari. Tapi sekarang, jika tidak di ruang makan Theo tidak bisa menemukan Ryana dimanapun, karena itu Theo sering cemas, apa Ryana sedang baik-baik saja, sebenarnya Theo tau jika ingin bertemu Putrinya ia hanya harus ke kamar Ryana, tapi kakinya seolah lumpuh jika tujuannya kesana, rasa bersalah menggrogoti hatinya, Theo bahkan tidak bisa menatap wajah Martha yang selalu terpajang di kamarnya. Theo malu telah bersikap seperti pengecut selama ini.

Theo memohon pengampunan Martha setiap hari.
.
.
.

Vote cuy
Next--->

Dua Dunia RiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang