Bagian 7 (revisi)

6.4K 461 9
                                    

Maaf akan ada beberapa bahasa yang frontal




Sinar mentari pagi menyeruak melalui celah gorden hingga menerangi kamar dimana seorang remaja kini masih di alam mimpinya. Wajah nya yang teduh seakan mengisyaratkan ketenangan yang sebenarnya berkebalikan dengan situasi disekitar nya saat ini.

Perlahan mata indah itu terbuka, dia masih terdiam dan mencerna keadaan di sekitarnya. Pakaian berserakan dimana mana bahkan tempat tidur yang layaknya sudah seperti kapal pecah. Namun barang barang lain di sekitarnya tertata rapi dan normal normal saja

Seketika ia menyibakkan selimutnya, betapa terkejut nya ia ketika mendapati tak sehelai benang pun ia kenakan saat ini. Dengan tatapan liar ia segera memunguti pakaiannya dan dengan cepat memakainya.

Hal aneh kembali ia sadari ketika melihat beberapa pakaian wanita juga ikut berserakan disekitar nya.

Pintu kamar mandi terbuka membuat netra remaja itu seketika teralih kan dengan sangat cepat, seorang wanita keluar dari sana dengan pakaian yang bisa dibilang kurang bahan dan rambut yang masih basah

"Hi little boy! Bagaimana semalam? menyenangkan bukan?" ucap Lidya kemudian tertawa mengejek

Valda seketika terpaku dengan ucapan tersebut, apa yang ia lakukan semalam? ia berusaha mengingatnya namun hasilnya nihil, tak ada yang dapat ia ingat tentang kejadian semalam.

"Ap-- apa yang terjadi semalam?! sa..saya tidak ingat sama sekali " Valda menarik dengan kasar rambutnya berusaha mengingat apa yang telah terjadi

Membuat wanita di depannya ini tertawa semakin kencang

"Jadi tuan muda ini tidak ingat ya?utututu~ kasian ckckck.. tidak perlu aku jelaskan pun aku rasa kamu sudah paham bukan? anak ku nanti harus memanggil mu apa ya, Ayah? Papa? Oh daddy!!" kemudian wanita itu tertawa terbahak bahak.

Valda menutup telinganya dan terus menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin ia melakukan hal itu semalam, itu pasti tidak mungkin! tapi bagaimana ia harus meyakinkan dirinya sendiri jika saat bangun saja ia melihat kondisi dirinya yang begitu miris.

"TIDAK!!" teriak Valda

"Kenapa? apanya yang tidak? kau berniat untuk tidak bertanggung jawab nantinya hmm?kau takut?" seringai terpampang jelas di wajah Lidya.

"TIDAK!!" teriak Valda kembali

Dengan panik Valda mendorong wanita itu dan berlari se kencang kencangnya untuk dapat keluar dari tempat ini

.

Sementara itu di sebuah ruang bawah tanah yang minim penerangan dan dipenuhi genangan darah, bau anyir yang amat sangat kentara

Di ruangan ini terdapat sebuah tembok dengan seorang wanita dengan gaun putih polos selutut kini tengah dirantai di dinding tersebut

Rambut panjang yang acak acakan,wajah lebam, hidung yang mengeluarkan darah dan sekujur tubuh yang terdapat banyak sayatan

Seorang pria tengah berdiri tepat didepan nya dengan cambuk ditangan kanannya dan pisau ditangan kirinya

Tatapan tanpa ekspresi di wajah tegasnya, hasrat membunuh, amarah yang meluap luap namun disembunyikan dengan raut wajahnya yang datar

"Karya ku yang indah...tapi sayang sekali hari ini aku akan menghancurkan nya, menyusahkan! Seharusnya aku sudah menghancurkan nya jauh jauh hari sebelumnya. dasar wanita biadab!! jika bukan karena kau yang melahirkan anakku mungkin dari dulu kau tidak akan kubiarkan bernafas di dunia ini! seharusnya kau tahu diri dengan toleransi yang selama ini aku berikan dasar jalang!" ucap pria itu dengan suara yang menggema memenuhi seluruh penjuru ruangan temaram itu.

Terdengar langkah dua orang pria memasuki ruangan itu, keduanya memiliki paras yang hampir serupa dengan pria yang sedari tadi berada di ruangan itu.

"Bagaimana yah? kenapa belum di eksekusi juga? Jangan terlalu mengasihani nya. Aish! mendengarnya berbuat hal gila seperti itu saja sudah membuat ku ingin melubangi kepalanya dengan timah panas yah! ayo lalukan ayah!"

"kau memang anakku Vier, sabarlah dulu ayah sangat ingin melihatnya semakin tersiksa." Ucap pria yang lebih tua

" Kalian pria biadab!!! Apa salah ku pada kalian ha?! dan kau Xavier! kau juga Samuel!! Kalian berdua anak anak ku! Tidakkah kalian merasa aku ibu kalian ha?!!" ucap wanita itu dengan isak tangis di sela sela ucapannya.

Wanita itu Viona

Dengan isakan dan suara yang berteriak sumbang Ia seakan ingin memakan ketiga pria yang bisa dibilang memiliki hubungan keluarga dengannya ini. Dengan prustasi ia mencoba melepaskan diri dari rantai yang mengikatnya

"Kau tidak pantas lagi untuk hidup dasar jalang! Dan apa kau bilang tadi? Ibu?! Cih! Seakan kau merasa seperti itu sebelumnya! Kau hanya seorang jalang yang sibuk berfoya foya dan mengangkang untuk pria lain dan bahkan melupakan suami dan anakmu di rumah! Dan bisa bisanya sekarang kau menganggap dirimu ibu?! Ckck...kau memang layak dilenyapkan"

Ucap seorang pria yang sedari tadi hanya diam

"Jaga ucapanmu Samuel!! Kau anak pertama yang ku lahirkan dan sekarang kau juga anak pertama yang menyesal untuk ku lahirkan! harusnya kau berterima kasih padaku!!"

Sebuah kursi kayu terlempar dan hancur berkeping keping, itu ulah Samuel. Jari jarinya mengepal erat dan tatapan membunuh yang kuat, tanpa ragu ia mendekati Viona dan mencekik lehernya.

"Cukup kak, jangan mengotori tanganmu untuk jalang seperti dia" Ucap Xavier kembali buka suara

Samuel pun melepaskan tangannya dan perlahan mundur

"Biar Ayah saja yang menghukum wanita jalang ini nak"

Pria yang lebih tua kemudian maju perlahan

Terdengar suara daging yang di tembus dengan benda tajam diiringi dengan suara teriakan melengking pilu.

Pisau menancap diperut Viona, percikan darah memercik kemana mana, dan lebih parahnya lagi pisau itu bergerak liar di dalam sana dengan Perlahan.

Darah segar dimuntahkan Viona, Kesadarannya di ambang batas saat ini

Pisau itu dibiarkan bersarang di perut Viona lalu pria itu mulai melakukan hal berikut nya

Suara camuk yang mulai menghantam tubuh dengan kerasnya.

Cambuk tak henti hentinya menghantam tubuh Viona, bahkan wanita itu tak dapat lagi bergerak untuk sekedar membuka matanya.

Setelah puas dengan aksinya pria itu kemudian mundur beberapa langkah

"Ingin Mengakhirinya bersama sama son?"

"Sure"

Ketiga pria itu mengeluarkan senjata api balik jas mereka dan suara tembakan yang menggelegar terdengar

"Selesai, mari temui adik kalian, ayah sudah sangat merindukan nya"

VALDA ADIWANGSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang