39. PANTAI DAN JANJI

361 64 50
                                    

¤▪☆▪¤
HAPPY READING
¤▪☆▪¤

Karena mendapat kabar jika ia akan dijemput oleh Raditya, Arsya menunggu cowok itu di halte. Lama ia menunggu karena sepertinya cowok itu belum selesai pembelajarannya. Untuk menghilangkan rasa bosan, ia memilih untuk memainkan ponselnya.

Suara klakson motor terdengar jelas. Dengan sekali gerakkan, cewek itu mendongak menatap orang itu. Ia tersenyum. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Tangannya ia gunakan untuk memakai helm yang cowok itu berikan.

Selesai dengan urusan helm, ia pun menaiki motor sport berwarna hitam milik kekasihnya. Laju motor yang lumayan kencang membuatnya reflek memeluk erat pinggang cowok itu. Sungguh, kali ini Raditya mengendarai motor seperti orang kesetanan. Yang ada dibenaknya saat ini adalah, cowok itu sepertinya sedang ada masalah.

Raditya mengerem motornya setelah sampai di parkiran Apartemen. Cowok itu membantu Arsya melepaskan helm yang dipakai cewek itu. Suasana kali ini sungguh berbeda. Sedari tadi hanya hening tidak ada suara orang sama sekali.

Tangan kekar Raditya ia gunakan untuk memencet angka-angka di sebelah pintu. Setelah jadi, cowok itu pun berjalan menuju ruangan dan melempar asal tas ranselnya. Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket akibat keringat.

Beberapa menit kemudian, cowok itu keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya. Cowok itu berjalan menuju lemari yang berada di sebelah ranjang. Ia mengambil kaos berwarna putih dan celana pendek hitam.

Arsya melirik ke arah Raditya. Matanya tak sengaja melihat dada bidang cowok itu. Tidak mau ambil resiko, ia pun memilih untuk memainkan ponselnya. Ia melihat Raditya kembali ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Selang beberapa menit, cowok itu keluar dengan baju yang sudah menutupi seluruh tubuhnya. "Kamu udah makan, Kay?" tanyanya.

"Ya belum lah. Orang tadi pulang sekolah langsung dibawa ke sini sama kamu" jawabnya sembari menggelengkan kepalanya. Sedangkan Raditya? Cowok itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar juga apa yang diucapkan pacar-nya itu.

"Di dapur kamu ada bahan masakan nggak?" tanya Arsya karena sedari tadi Raditya memeperhatikan dirinya.

Cowok itu menggelengkan kepalanya. "Ngga ada. Kamu kan tau aku itu nggak suka masak. Paling juga kalo laper pesen Go-Food." balas Raditya.

Tangan Arsya ia gunakan untuk menabok lengan Raditya. "Kebiasaan! Ya udah ayo anter aku ke supermarket buat beli bahan makanan."

"Pesen aja lah, ribet tau. Kasihan kamu nanti capek," tolak Raditya. Ia hanya tidak mau pacarnya itu capek karena memasak makanan untuknya. Namun permintaannya itu ditolak mentah-mentah oleh Arsya.

"Nggak. Aku gak biasa makan makanan cepat saji El, cepet anter aku!"

Raditya tidak bisa menolak permohonan Arsya. Akhirnya cowok itu menyetujuinya. "Ya udah, Bentar aku ambil jaket dulu" balas Raditya lalu melenggang pergi menuju lemari untuk mengambil jaket.

Mereka berdua pergi menuju parkiran dengan tangan yang bergandengan. Banyak pasang mata yang tertuju pada mereka berdua. Ada yang mencibir, menatap sinis, dan sebagainya.

Perkataan demi perkataan yang terlontar dari mulut ibu-ibu itu tidak dihiraukan oleh mereka. Mereka berdua tetap fokus berjalan menuju parkiran. Sampainya di parkiran, mereka pun langsung memakai helm dan tancap gas menuju tempat tujuan.

ETHSYA || SAHABAT KECIL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang