16. SATU PRODUK

496 72 3
                                    

HAPPY READING! VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA!

Fira, Divya, Raani dan Clarissa sedang berada di dalam mobil. Mereka semua hendak pergi ke rumah Arsya untuk menjenguk sekaligus bermain. Di sepanjang perjalanan, tidak ada heningnya sama sekali. Clarissa dengan sifat bobrok dan tidak mau diam, sepanjang jalan berceloteh tentang hal yang tidak penting. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa itu mampu membuat mereka semua merasa tidak sepi.

Sesampainya di rumah Arsya, mereka semua masuk ke dalam setelah memencet bel dua kali dan dibuka oleh wanita paruh baya yang tak lain adalah Lina. Wanita itu mempersilahkan semuanya untuk duduk dan ia akan memanggil putrinya.

"Sebentar, tante panggil Arsya. Kalian duduk aja dulu." ucap Lina.

Fira dkk kompak menganggukan kepalanya ramah dengan senyuman manis. "Iya tan" jawab mereka berempat kompak.

Lina berjalan menuju lantai dua dimana kamar Arsya berada. Ia menggedor-gedor pintu kamar milik putri kesayangannya.

"Sya? Bangun! Buka pintunya!" ucap Lina dari luar kamar.

Cewek yang sedang tiduran menjadi terganggu karena ada seseorang yang menggedor-gedor pintu kamar. Sudah bisa dipastikan kalau yang menggedor pintu adalah Lina. Karena hanya wanita itu yang ada di rumah saat ini.

Dengan langkah lunglai, Arsya membuka pintu untuk Mama nya masuk. Kemudian ia kembali menidurkan diri di atas kasur.

Lina menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri satu-satunya ini. "Cuci muka, gih! Ada temen kamu di bawah" ucap Lina.

Dalam hitungan detik, Arsya langsung membulatkan matanya. "APA?" teriaknya kaget. Cewek itu langsung berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya untuk cuci muka dan ganti baju. Seperempat jam kemudian, Arsya selesai dan turun ke lantai satu.

Wanita paruh baya itu hanya mampu geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya. Memang dasar anak jaman sekarang.

Selesai membersihkan badan, Arsya turun ke lantai satu dan duduk di sebelah teman-temannya. Cewek itu mendengus. "Kalian mau main ke sini kok nggak bilang-bilang dulu sih?!" kesal cewek itu.

"OMG HELLOW?! Kan kita mau supres in lo" balas Clarissa.

"SURPRISE, dodol!" ucap Divya dan Raani bersamaan.

"OMG HELLOW?! Ya like-like gue lah! Mau supres kek, mau surprise kek, apa kek, iya kek. Lama-lama jadi kakek-kakek" balas Clarissa belibet sendiri.

"Yayayaya terserah lo deh" balas Raani malas berdebat dengan teman yang satu ini.

"Lo besok berangkat kan, Sya?" tanya Fira.

"Besok gue berangkat kok. Memangnya kenapa?" tanya cewek itu.

"Ya kan jadinya gue nggak duduk sama Markisa. Kena masalah mulu kalo duduk sama dia. Nggak mau diem kalo lagi pelajaran! Mana kalo di tanya nggak tau lagi. Kalo ada lo kan gue nggak pernah di marahi sama guru-guru. Plus kalo ada tugas yang nggak gue maksud, lo bisa jelasin" jawab Fira panjang lebar.

Memang selama 3 hari ini Clarissa duduk bersama Fira. Setiap kali ada pembelajaran, Clarissa selalu tidak mau diam membuat Fira dimarahi guru, dan berujung mendapat hukuman.

"OMG! HELLOW? Kan---"

"Apa?" potong Fira dengan memicingkan matanya.

Clarissa cengengesan sembari menggaruk tengkuknya yang jelas-jelas tidak gatal sama sekali. "Kan emang bener" lanjutnya.

"Dasar Markisa!" balas Divya dan Raani serempak.

Obrolan mereka terhenti karena kedatangan Lina yang membawa nampan berisi camilan. Wanita itu mulai meletakkan nampandi atas meja. "Dimakan ya, maaf tante cuma punya itu" ucapnya.

"Makasih Tan. Ini juga udah cukup kok." ucap mereka serempak.

"Iya sama-sama. Ya sudah Tante ke belakang dulu ya. Kalian kalo mau apa-apa panggil Bibi aja." balas Lina yang langsung mendapat anggukan dari mereka.

Setelah kepergian Lina, mereka melanjutkan obrolan hingga tak terasa sudah tiga jam lamanya mereka mengobrol. Jam 16:35 mereka berpamitan untuk pulang.

*******

Pukul 17:45 WIB.

Vano memasuki rumahnya. Baru juga satu langkah memasuki rumah, ada orang yang menginjak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Arsya? Dasar adik kurang ajar. Kakaknya baru pulang bukannya di kasih minum malah dikasih injakan.

"Lo habis main kemana sih?! kok lama banget! Padahal tadi gue mau minta temenin lo ke toko buku buat beli novel. Tapi malah lo pulangnya sore udah mau malem ya udah deh." ucap cewek itu beruntun dengan nada kesal.

"Gue nggak main kemana-mana. Tadi latian futsal buat pertandingan hari sabtu. Besok deh, gue temenin." ucap cowok itu.

"Udan nggak mood" balas Arsya judes.

"Ya udah nanti gue temenin. Sekarang gue mau mandi dulu habis itu sholat, terus langsung anter lo ke toko buku." ujar Vano.

"Nggak usah Kak. Aku tau Kakak pasti capek. Aku bisa pergi sendiri kok. Lagian kan besok aku udah sekolah jadi bisa minta temen-temen buat anterin" balas Arsya.

Mendengar ucapan adiknya yang terdengar sangat lemah lembut tidak seperti tadi, membuat Vano reflek memegang jidat adiknya. Tumben sekali adiknya ini bicara lembut dan memakai aku-kamu.

"Tumben banget lu kagak ngegas. Pake aku kamu lagi. Dokter salah kasih obat pasti ini" ucap Vano sembari memperhatikan Arsya.

"Apa si Pan! Emang nggak boleh pake aku-kamu? Kan kamu kakak aku. Nggak sopan dong kalo aku manggil yang lebih tua dengan panggilan lo-gue? Jadi, mulai detik ini aku mau rubah gaya bicara aku ke kamu jadi..." Arsya menggantungkan ucapannya.

"Jadi apa?" tanya Vano penasaran.

"Jadi... KAKEK PANU PEOT"

Setelah mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak lucu menurut author, Arsya malah tertawa terbahak-bahak. Melihat muka Vano yang awalnya serius namun berubah drastis setelah mendengar kata terakhir yang ia ucapkan membuat ia tertawa ngakak.

"Anjir. Untung gue lagi nggak mau marah. Cuma mau nabok pala lu" ucap Vano.

Dengan cepat, Arsya berlari terbirit-birit menuju kamar nya. Ia berharap supaya Vano tidak bisa menangkap dan pasti akan melakukan jurus andalan cowok itu. Namun, langkah kaki Vano lebih panjang darinya. Alhasil ia tertangkap dan di bopong Vano menuju kamar.

"LEPASIN KAMPRET!" Arsya menggoyang-goyangkan badannya supaya dilepas Vano.

Laki-laki yang masih memakai pakaian futsal tidak menghiraukan permintaan adiknya. Ia menurunkan cewek itu di atas ranjang dan menggelitikinya. Perut Arsya kaku, sudah lima menit Vano menggelitikinya tanpa ampun.

"KAK UDAH. NANTI KALO AKU NGOMPOL GIMANA?" teriak Arsya sembari memegangi tangan Vano.

"Makanya jadi orang jangan nakal" balas Vano sembari mencubit pipi Arsya.

"Ya kan aku cuma bercanda" balas Arsya sengaja menggunakan panggilan aku.

"Gak usah panggil aku-kamu, gue geli dengernya" ucap Vano sembari mengusap lengannya.

"Dahlah gue mau mandi. BYE!" lanjutnya lalu bangkit menuju luar kamar.

"VANO AKU SAMA KAMU MIRIP YA!" teriak Arsya.

Vano yang masih berada tak jauh dari kamar Arsya mendengar teriakan adiknya. "YA KAN KAMU SAMA AKU SATU PRODUK" balas Vano menahan tawa.

Di dalam kamar Arsya pun terkikik geli mendengar Vano menjawab seperti itu, apalagi menggunakan panggilan aku-kamu.

"SATU PRODUK NGGAK TU?"

TBC

TAMBAHAN CHAPTER LAGI YA GAIS!!! HEHEHE.

ETHSYA || SAHABAT KECIL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang