40. BOLU KUKUS

336 64 46
                                    

¤▪☆▪¤
HAPPY READING
¤▪☆▪¤

Puas memandangi pantai dan sunset yang indah, mereka berdua pun memutuskan untuk kembali lagi ke rumah. Raditya mengantarkan Arsya ke rumahnya menggunakan motor sport miliknya. Ia mengegas motor dengan kecepatan sedang.

Butuh waktu setengah jam untuk sampai ke rumah pacar nya itu. Kini ia sudah mulai membiasakan diri untuk tidak beradu mulut dengan Vano. Karena ia tidak ingin nantinya Arsya yang kena imbasnya. Cowok itu benar-benar mengantar pacarnya sampai depan rumah.

Tepat di kursi kayu, ada Vano yang sedang meminum kopi bersama dengan Ethan. Dua cowok itu sedang bermain catur di malam minggu. Suara motor membuat dua cowok itu melirik sekilas pemilik suara motor tersebut.

Mata Vano melebar. Ia menatap tajam dua insan yang berada di luar pagar. Langkah jenjangnya itu berjalan menghampiri dua insan tersebut. Ia menggebrak pagar tersebut. "Habis dari mana lo?!" sentak Vano pada Arsya.

Jantung arsya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Ia sedang dalam bahaya jika kakak nya itu melihat dirinya bersama Raditya. Tak mau ambil pusing, Arsya pun langsung berjalan menuju dalam rumah.

Belum sampai di depan pintu, tangannya itu dicekal kuat oleh Vano. Cekalan Vano membuat ia merintih kesakitan. Raditya dan Ethan yang melihat itu pun langsung saja menghampiri kakak-adik tersebut.

Raditya menyentakkan tangan Vano. "Sama adik nggak usah kasar-kasar!" Sinisnya.

"Bacot!" umpat vano dengan mata yang menatap tajam cowok di depannya.

Berbeda dengan Raditya, Ethan hanya maju untuk menyaksikan interaksi antara tiga manusia di depannya dengan cermat. Ia tidak mau ikut campur urusan mereka bertiga. Ditambah hubungan dirinya dengan Arsya yang sedang tidak baik.

"Masuk!" perintah Vano dengan nada menyentak.

Jika suasana berubah seperti ini, pasti akan ada keributan di rumahnya. Arsya tidak menurut perintah Vano. Ia tetap anteng di tempatnya. "Dit, kamu pulang aja ya?" suruh Arsya pada Raditya. Namun cowok itu menggeleng tanda tidak mau.

"Masuk, Arsya!" suruh Vano lagi dengan nada yang masih sama.

Ethan menepuk pundak Vano. Cowok itu beranjak ke arah Arsya. Ia mengajak cewek itu untuk ke dalam rumah supaya amarah kakaknya itu tidak bertambah. Karena cewek itu hanya diam, Ethan pun menariknya dengan sedikit paksaan.

"Lo jangan nambah emosi kakak lo, Ca" ucap Ethan sembari menepuk pundak cewek itu. Sedangkan Arsya hanya diam saja.

"Lo nggak usah ikut campur urusan gue, Ethan." balas cewek itu.

Ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju teras rumahnya. Belum sempat ia membuka pintu, tangannya dicekal oleh Ethan. "Plis! Kali ini lo nurut sama gue. Jangan keluar." ucapnya memohon.

"Gue harus pastiin Raditya nggak di hantam sama Vano, Ethan." balasnya sedikit menyentak cowok di depannya.

Terdengar hembusan nafas kasar dari cowok itu. Arsya memilih untuk melepaskan tangan kekar Ethan yang memegang tangannya. Namun, cekalan itu semakin lama semakin kuat. Arsya tidak mampu untuk melepaskannya.

"Segitu khawatirnya lo ke dia?" tanya Ethan dengan suara serak. Matanya menatap lekat manik mata Arsya. Arsya meneguk salivanya susah payah.

***

Di teras rumah Arsya terdengar jelas suara dua cowok yang sedang beradu mulut. Namun, hanya Vano saja yang bernada emosi. Raditya sebisa mungkin mengendalikan emosinya supaya tidak pecah.

ETHSYA || SAHABAT KECIL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang