menolak

380 27 0
                                    

Kangen si hujan ngga?

Sagara tersenyum miring melihat sosok Narana yang kini tengah duduk di pojok kelas.

Gadis yang sepertinya tengah fokus pada burung burung yang bertengger di pepohonan.

Senyuman yang lebih mirip seringai itu kini berubah menjadi senyuman yang sebenarnya.

"Nara," panggilnya.

Gadis dengan rambut sebahu itu menoleh, membuat senyuman Sagara otomatis melebar.

Narana mendelik, "Ngapain lo?" tanya nya tak suka.

"Kenapa? Ngga boleh?" Sagara balik bertanya, senyuman laki-laki itu hilang dalam sekejap karena reaksi tak suka Narana pada kehadirannya.

"Ck, adek kelas ngapain kelantai atas?"

"Lo kenapa sih?" Sagara kesal, tentu saja karena gadis itu yang teramat menunjukkan ketidaksukaan. Sosoknya seakan sesuatu yang paling ia benci.

Narana tersenyum, "Liat pacar gue ngga?"

"Pacar lo? Siapa?" Kebahagiaan Sagara seakan lenyap begitu saja, rasa percaya dirinya untuk mengungkapkan perasaan yang sudah membuat banyak masalah pada Mayang.

Dia ingin mengungkapkan perasaan yang sudah lama ia pendam, sejak pertama kali mereka bertemu di ajang olimpiade kabupaten.

"Jenderal, siapa lagi?"

Jenderal, nama laki-laki itu. Sagara mengepalkan tangannya, menatap Narana yang kini juga sedang menatapnya.

Bukan ini yang dia mau.

"Lo pacaran sama cowok cacat?" Laki-laki itu menggeram, memastikan jika pendengaran tidak salah.

"Jenderal itu sempurna, yang cacat itu lo—"

"Cacat hatinya." Narana terkekeh kecil, menatap remeh Sagara yang kini sudah tersulut emosi.

"Pergi lo, lo udah kalah sama cowok yang lo bilang cacat itu." Narana mengibaskan tangannya, menyuruh laki-laki itu pergi.

Sagara menatap lamat wajah Narana, ia menarik nafas panjang. "Gue suka sama lo."

Tekadnya sudah bulat, sebulat perasaan sukanya pada Narana. Walaupun ia sudah tahu gadis yang ia sukai ini tengah menyukai laki-laki yang bukan dirinya.

"Jenderal ngga suka sama Narana."

"Tapi gue sukanya sama Jenderal, gimana dong?"

"Dan Jenderal ngga suka sama lo." Sagara tersenyum miring, ingat pada ucapan Jenderal yang teramat penting baginya untuk bisa mendapatkan seorang Narana.

"Terserah, pokoknya gue suka sama Jenderal. Dimana dia sekarang hah?"

"Gue kangen sama Jenderal, tapi dia belom dateng dateng. Pasti ada sangkut pautnya sama lo."

Sagara mendelik, semakin tajam ketika Narana balas mendelik padanya. "Gue suka sama lo," ucapnya penuh penekanan.

"Dan gue mau lo jadi pacar gue." Dengan setiap kata yang laki-laki itu tekan pengucapan nya berharap ada perubahan reaksi dari Narana.

"Lo siapa gue siapa." Narana mendengus geli, menatap wajah Sagara yang sempurna dimata orang orang namun tidak dimata.

"Gue ngga suka cowok yang hatinya cacat," jawabnya dengan penuh penekanan juga.

"Pergi sana, lo buat mood gue makin hancur."

"Lo kenapa sih? Gue didepan mata lo nyata nyata lebih baik dari Jenderal."

Narana tertawa, "Lo yang kaya, lo yang ganteng, lo yang sempurna bakal kalah sama Jenderal yang bisa bikin nyaman."

Sagara Adirtama Skakmat.

***

Aku ngga mahir buat chapter romance, tembak tembakan perasaan, atau cinta segitiga gtuu

Pendek ya?

Sengaja. Ini buat khusu chapter Sagara dan ungakapan perasaannya, Narana dan penolakan nya wkwkw😗

Gimana menurut kalian buat chapter ini?

JenderalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang