001. Perjodohan yang konyol

175K 16.1K 1.2K
                                    

"Ya, saya juga percaya jodoh! Tapi, jodoh juga harus di kejar, nanti keburu diambil orang."

🍁HAPPYREADING🍁

****

Ray menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia bingung harus berbicara dengan siapa sedangkan tidak ada yang menyambutnya sama sekali.

Ray bersandar pada pohon besar, ia berniat untuk mendengarkan musik, namun saat ia mau menyalakan aerphonenya tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

"Anjirttt bikin kaget lo!" umpat Ray.

Laki-laki yang sepertinya umurnya sedikit di atas Ray, memperhatikan Ray dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Mas Pangeran bukan?" tanya Laki-laki itu.

"Panggil gue Ray, jangan pangeran!" tegas Ray meminta.

"Baiklah saya Husain, sekarang mas ikut saya masuk ke dalam." Suruh laki-laki tersebut yang bernama Husain.

"Lo duluan aja, gue capek."

"Saya disuruh pak Kyai dan orang tua Mas."

Ray terpaksa mengikuti perintah orang yang baru dikenalnya, padahal ia bukan orang yang mudah disuruh.

Ray memasuki sebuah ruangan yang terlihat ramai, ada beberapa orang di ruangan ini, termasuk kedua orang tuanya.

"Kamu kemana aja Pangeran? Mama sama papa nungguin kamu dari tadi, pak kyai juga," kata mamanya Ray, ia merangkulnya.

Ray menatap mamanya dengan tajam. "Jangan pernah panggil gue pangeran!"

"Maaf, mama--"

"Udah berapa kali gue bilang, lo bukan mama gue!" Ujar Ray dengan nada yang tinggi.

"Ray! Jaga bicara kamu!" ujar papanya Ray sedikit emosi melihat tingkah anaknya.

Ray hanya tidak ingin ada yang memanggilnya Pangeran selain bundanya, ibu kandungnya yang telah meninggal sewaktu ia masih duduk dibangku sekolah dasar.

Ray memang mengijinkan papanya untuk memanggilnya Pangeran, tetapi tidak dengan ibu tirinya, entah alasannya apa Ray tidak menyukai mamanya, yang berstatus sebagai ibu tirinya.

Ya, papanya Ray menikah lagi ketika usia Ray masih sembilan tahun, Ray tidak terima bahkan sampai saat ini Ray tidak pernah memanggil ibu tirinya, dengan sebutan mama.

"Saya minta maaf atas kelakuan anak saya pak Kyai," kata papanya Ray meminta maaf.

Pak Kyai tersenyum. "Tidak apa, wajar anak muda emosinya masih tidak stabil."

"Terimaksih pak Kyai, saya berharap dengan Ray menuntut ilmu di pondok pesantren ini, Ray bisa berubah menjadi lebih baik," ucap papanya Ray.

"Sama-sama, Insya Allah Ray akan menjadi pribadi yang lebih baik," balas Pak Kyai, sembari tersenyum dengan lebar.

Ray melipat kedua tangannya di dada. "Udah belom acara sambutannya? Gue ngantuk mau tidur!"

"Ray!" bentak papanya Ray.

"Yayaya," Ray menyunggingkan senyumnya yang sinis.

Ray sebenarnya sangat terpaksa berada di tempat ini, karena papanya mengancam jika Ray tidak mau mengikuti perintahnya, Ray tidak akan mendapat sepeserpun harta warisan dari papanya.

Ray sebenarnya tidak membutuhkan harta, tetapi ia juga tidak ingin rumah kenangannya bersama bundanya sewaktu kecil jatuh kepada ibu tirinya, ia tidak akan pernah terima.

PANGERAN PESANTREN (PART MASIH LENGKAP DAN SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang