23.💮

765 48 15
                                    

'Duk!'

'Duk!'

'Duk!'

"Bangun nak!!!"

Sejak satu jam yang lalu Tia berusaha membangunkan Zelin dengan mengetuk keras pintu coklat itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi sedangkan akad nikah akan dilakukan jam 10 pagi, walaupun masih banyak waktu tapi Zelin juga harus di make up juga.

"Nyonya ternyata kunci cadangan kamar nona ngak ada," ucap bi Turtik menghampiri Tia dengan nafas memburu.

"Kok bisa!?"

"Nyonya, kemarin malam nona bertanya kunci cadangan, mungkin nona mengambilnya," sahut Mpok.

"Ya Allah ternyata sudah di rencanakan!?" Keluh Tia frustasi dengan anaknya satu ini.

Sungguh kenapa Zelin sangat nakal daripada anak biasanya. Anak gadis yang tidak bisa di anggap remeh, pantes nikah dia anteng anteng saja.

'Duk!'

'Duk!'

"Zelin buka pintu, nak!!!" Tia kembali menggedorkan pintu lebih keras.

Berbeda dengan Zelin yang masih tertidur pulas. Bahkan suara Tia tidak bisa menembus perangkat kedap suara, memang Zelin sangat tidak bisa dianggap remeh.

Ia sengaja mengaktifkannya dan menutup rapat celah masuk kamarnya, ia melakukannya agar ia tidak datang ke akad nikah dan tidak jadi menikah.

"Zelin belum bangun juga?" Tanya Nino berjalan mendekat.

"Kalau udah bangun, ngak mungkin aku di sini terus, Mas." Sahut Tia lelah.

"Sepertinya dia sengaja menutup celah agar dia tidak menghadiri acara akad nikahnya," ucap Nino menatap pintu coklat yang masih kokoh itu.

"Terus gimana, Mas? Akan nikah 3 jam lagi sedangkan Zelin belum apa apa," frustasi Tia.

"Apa di dobrak aja pintunya?" Saran Tia.

"Sampai punggung remuk juga ngak bakal bisa, kamu lupa kalau pintu rumah di sini udah di bikin khusus?"

Ya beginilah cara orang kaya menghabiskan uang, dengan cara meningkatkan khualitas benda, dari yang penting sampai tidak penting.

Contohnya pintu, itu di buat khusus yang tidak mudah roboh, tidak mudah di makan rayap, tidak mudah rusak intinya tidak mudah rusak.

"Kalau dia ngak mau bangun juga, yaudah ngak masalah. Orang nikah yang pentingkan, wali nikah, mempelai pria dan saksi saja sudah sah. Nanti setelah Zelin bangun tinggal suruh tanda tangan surat nikah," jelas Nino.

"Kenapa ngak bilang dari tadi sih, Mas!? Kalau gini aku ngak capek ngedor ngedor terus," kesal Tia.

"Lah ngak bilang."

Nino mengucapkan hal itu sambil meningalkan Tia yang mendengus kesal. "Ngak anak ngak ayah, sama sama nyebelin," kesalnya.

"Nyonya keluarga pak Raden datang," ucap pembantu lain membuat Tia menoleh.

"Udah di suruh masuk?" Tanya Tia setelah mengatur nafas.

"Udah, nyonya."

Kejadian ini dulu pernah terjadi, karena pembantu baru. Saat ada keluarga dari rekan kerja Nino datang, pembantu itu bukannya mempersilahkan masuk tapi malah melaporkan dulu. Untung tidak pergi.

Tia segera menyambut keluarga paman dari Nino itu dengan hormat, jika di tanya Tia itu sekaya apa sih keluarganya? Jawabannya tidak seberapa kaya karena Tia berasal dari ekonomi menengah.

ZELIN untuk ARDAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang