Zelin menatap pantupan tubuhnya di kaca besar ruang gantinya. Zelin memakai celana jeans, baju crop putih dengan tulisan 'Velence' besar di depan, sepatu putih untuk memaksimalkan penampilannya.
Rambutnya dikuncir tanpa menyisakan anak rambut dan tas slempang kecil sebagai pelengkapnya.
Hari ini Zelin akan bertemu dengan seseorang di resto yang dulu pernah sering mereka kunjungi untuk membeli es krim.
Zelin berjalan turun untuk meminta pamit pada Tia sekalian pergi setelahnya. Zelin melihat Tia sedang duduk sendiri sambil mengupas buah kesukaannya.
"Bunda beli kates?" Tanya Zelin mengambil buah itu dan memakannya terus menerus.
Akan mengambil tangannya ditepis kasar oleh Tia. "Makan mulu."
"Minta lagilah, Bunda. Ini buah kesukaan aku loh," rengek Zelin akan mengambil namun ditepis lagi.
"Ngak boleh, sekali dua kali ngak papa. Lah kamu nyomot terus terus nanti ayah kamu makan apa?" Ucap Tia bertanya pada Zelin.
"Memangnya ayah ingin?"
"Tidak sih, tapi ayah mu susah BAB mangkanya Bunda beli buah ini tadi," jelas Tia membuat Zelin mendengus kesal.
"Kamu juga udah rapi banget mau kemana? Sama siapa? Pulang jam berapa?" Tanya beruntun Tia menatap Zelin dari atas sampai bawah.
"Aku mau beli es krim. Sama Bintang, oh iya, Bunda inget sama dia ngak?" Tanya Zelin menasaran.
"Bintang yang ada diatas sana kan?" Jawab tak seriusnya.
"Bunda!" Rengeknya seperti anak kecil.
"Bintang sahabat kecil kamu bukan? Yang kata ayah pergi ke Surabaya sama keluarganya," ucap Tia setelah mengingat siapa Bintang itu.
"Nah betul. Tau ngak, Bunda? Dia itu sebenarnya udah balik ke Kediri, tiga tahun yang lalu kayaknya dan parahnya aku sama dia satu sekolahan," cerita Zelin dengan muka serius.
"Trus?"
"Bunda inget juga ngak? Sama ucapan aku waktu kecil, saat bilang kalau Bintang harus pinter biar sukses masa depannya,"
"Kayaknya, lupa Bunda. Trus?"
"Dia menuhin Bunda. Dia jadi juara di sekolah aku, bahkan dia sampai rela mengubang waktu mainnya, ngak punya temen dan tertutup,"
"Trus?"
Zelin mendengus, memangnya dia akan memarkirkan mobil? Kenapa Tia hanya mengatakan 'Trus?'.
"Bunda inget juga ngak tentang dia ngelakuin ini karena mau ni---" Zelin memotong suaranya.
'Kalau aku bilang nanti bisa kacau dan mungkin juga bisa larang aku buat deket deket lagi sama dia. Mending aku rahasiakan saja, Bunda paling ngak inget sama janji itu,' batin Zelin mengangguk samar.
"Mau apa?" Ulang Tia penasaran.
"A ... Bunda, aku mau pergi sekarang ya. Takutnya Bintang nunggu aku kelamaan," alih Zelin segera mengalimi pergelangan tangan Tia tanpa menyentuh telapak tangannya.
Zelin pergi menjauh dengan terburu buru membuat Tia heran dengan tingkahnya. "Ada apa dengannya?"
"Sayang sudah ijin suami mu belum!!" Teriak Tia baru ingat.
"Sudah Bunda!!" Jawab Zelin tidak kalah keras.
Zelin menatap halaman rumahnya yang tidak ada satu pun sepedah montor. Zelin langsung menuju taman belakang untuk meminjam montor pada pekerja laki laki.
"Lek!" Pekik Zelin melihat seorang laki laki sedang menyapu halaman.
"Nona? Ada apa nona kemari?" Tanyanya sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELIN untuk ARDAN ✔
Fiksi UmumFOLLOW DULU BARU BACA!! "Zelin ngak mau nikah Mak!! Jangan paksa Zelin atau Zelin bakal loncat!!" Ancam Zelin memegang erat erat pinggiran pembatas rooftop. "Loncat aja kalau berani. Bunda juga bakal ringan bagi harta gono gini ngak perlu dibagi," k...