45.💮

506 31 2
                                    

Zelin duduk di lantai bersandarkan pinggiran ranjang. Matanya menatap satu bingkai foto paling besar dari yang lainnya, yaitu foto pernikahannya dengan suaminya.

Tatapan itu kosong dilayangkan keduanya, matanya terus melirik antara gambarnya dengan gambar suaminya. Sangat jelas sekali, Zelin sedikit tertekan.

Lampu ruangan sengaja di matikan dengan jendala besar dibuka lebar, jadi foto itu masih bisa dilihat walau sedikit remang.

Pov 1

Sejak kak Ardan memberitahu tentang tadi sore, Aku tidak bisa menghalangi rasa marahku padanya.

Hatiku seolah terbakar mendengarnya. Hatiku menolak pernyataan yang selalu ini takutkan.

Tapi mengapa dari sekian banyak pekerjaan di luar sana, kenapa kak Ardan memilih untuk menjadi seoarang TNI?

Aku ingat dulu waktu pertama kali aku bertemu dengannya, kak Ardan masih SMA dan aku juga pernah bilang kalau aku ngak akan mau nikah sama TNI.

Kenapa kak Ardan malah menikahiku dengan embel embel perjodohan konyol. Andaikan aku tahu sejak awal, sudah pasti kak Ardan kutolak.

Ya sekarang aku memang mencintainya tapi setelah kebohongan ini? Ku rasa marah ku lebih besar daripada cintaku.

Sayangnya aku juga bisa naif, beberapa kali aku merindukannya, aku ingin memeluknya,  bermanja dengannya.

Sore tadi, aku menyuruhnya pulang agar hatiku tidak semakin marah dengannya. Sedikit aneh jika hati dan pemikiran memiliki pendapat yang berbeda.

"Kenapa kamu bohongi aku, kak?" Lirih ku membiarkan air mata yang sejak tadi menggenang mengalir ke setiap pipi ku.

"Kakak tau aku ngak mau nikah sama TNI, tapi kenapa kakak malah menikahiku?"

"Masih banyak pekerjaan diluar sana yang tidak menaruhkan nyawanya. Aku tahu cita cita mengabdikan negara itu adalah hal baik tapi ada cara lain selain menjadi TNI," lanjut ku menundukkan kepala dengan tumpuan tangan diatas lutut.

"Andaikan saja, pekerjaan ini tidak menaruhkan nyawa, aku tidak mempermasalahkannya, kak,"

Ketakutanku memang ada, aku memang kagum dengan TNI yang semangat menjaga perbatasan atau menjaga negrinya. Tapi jika ada korban?

Hati mana yang akan kuat tiba tiba ditinggal pergi. Coba bayangkan, suamimu pergi untuk perperang tapi kembali tinggal jasatnya saja?

Sejak tahu tentang tadi, ketakutan ditinggal pergi terus terbayang dikepalanya. Gambaran-gambaran peti mati dan anggota TNI yang mengantarkan ke tempat terakhir terus berputar.

"Hiks ... kakak ngak akan pernah ninggalin aku kan ... "

"Aku hiks ... aku takut kakak pergi meninggalkan aku kak ... "

"Apa yang akan terjadi jik hiks ... jika kakak pergi dariku ... "

"Kakak hidup aku hiks ... kalau pergi itu sama saja membunuhku juga ... "

Aku terus meracau dibalik tangannku. Aku juga tidak peduli jika kepalaku akan sakit jika menangis dalam posisi duduk.

"AKU NGAK MAU DITINGGAL MATI ARGH!!!!" teriak keras ku. Aku mengambil vas yang ada didepanku dan melemparnya ke arah foto pernikahanku.

Nafasku tersenggal senggal penuh amarah, amarah yang tidak pernah muncul ini menyelimutiku. Ini lebih parah daripada ditinggal pergi Bintang ke Surabaya.

Aku menendang meja kecil tempat vas tadi dengan keras, tidak peduli saat melakukannya tulang keringku terpatok kayu keras.

Mengobrak ngabrik seiisi kamar untuk melampiaskan kemarahanku. Tidak peduli jika nanti Bunda marah.

ZELIN untuk ARDAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang