35.💮

589 35 6
                                    

Suasana kantin sekolah menengah pertama yang terkenal di kota Kediri, cukup ramai. Sehingga hampir tidak ada kursi kosong disana.

Seorang remaja dengan umur lebih tua beberapa tahun itu terlihat celingak celinguk mencari kursi kosong. Tangan yang digunakan untuk membawa semangkuk mie ayam dan es teh itu mulai pegel.

Tiba tiba ada tangan terangkat dengan seperti melambaikan. Ia tidak tahu apakah itu untuknya atau bukan. Tetapi ia melangkah mendekat, dimana ada dua gadis yang terlihat sedikit tomboy.

"Terima kasih," ucapnya meletakkan mangkuk dan gelasnya dihadapannya.

"Lah, lo siapa? Main duduk aja!?" Tanya gadis berambut hitam pekat dan sengaja diikat asal itu.

"Tadi lo ngangkat tangan. Gue kira buat gue, mangkanya kesini," jawabnya bingung.

"Gue ngangkat tangan karena ketek gue gatel, bukan nyuruh lo kesini. Gue juga ngak kenal sama lo," jelas gadis itu mengapa mengangkat tangannya.

"Masa ngangkat tangan setinggi itu cuma gara gara ngaruk ketek, ngak jelas banget alasannya." Ucapnya tidak nyakin.

"Heh! Serah gue lah, tangan tangan gue kenapa lo sewot? Mau gue apain juga tangan gue!" Ketus gadis itu tidak mau disalahkan.

Ia hanya mendengus kecil, ia tidak mau berdebat lagi dengan gadis itu. Ia mengambil mangkuknya lalu memakan makanannya tanpa memperdulikan dua gadis itu.

"Udah biarin aja. Gue lihat kursi lain juga penuh," kata gadis berambut lebih panjang dengan tataan lebih rapi.

"Ya tapikan berasa diawasin setan," ucapnya melirik sekilas dia.

"Ngak sopan banget nyamain orang sama setan. Emang lo siapa? Malaikat ha? Mukak kek panci gosong aja belagu," cecarnya membuat gadis itu naik pinta.

"Lo dibaikin nglunjak ya!" Pekiknya tertahan dengan menatap taham dia.

"Disini yang mulai siapa? Yang pertama ngatain duluan siapa? Tolong mbak, ngaca dulu jangan seenaknya ngalahin orang." ucapnya terlihat ketegasannya. Ia muak melihat gadis yang sejak tadi tidak mau berhenti mengajaknya berdebat.

Walau ia salah karena terus menanggapi gadis itu. Tapi ia tidak sepunuhnya salah, mana ada orang dijelekin didepannya diam saja.

Melihat suasan semakin memanas, temannya tadi segera menyentuh tangan gadis itu. "Zelin."

Gadis yang dipanggil itu hanya bisa mendengus sekeras mungkin untuk menunjukkan kekesalannya. Mengambil makanannya dan makan dengan muka menahan rasa kesal.

Sebenarnya gadis itu cukup tertarik baginya. Gadis unik yang tidak gampang mengalah, ia merasa penasaran lebih dalam tentang gadis itu walau ini adalah pertemuan pertamanya.

"Maaf banget ya. Temen gue emang rada emosian orangnya," ucap teman Zelin merasa tidak enak padanya.

"Lo ngapain minta maaf? Disini yang salah dia, harusnya dia yang minta maaf," protes Zelin menunjuk terang terang wajahnya.

"Tidak tau sopan santun atau gimana?" Gumannya menepis kasar telunjuk itu.

"Zelin diam dan makan saja," ujar temennya lebih tegas.

"Nggak papa, disini gue juga yang salah." Ia memberi senyum kecil tanda ia baik baik saja.

Temannya hanya mengangguk kecil, dia memakan makanannya lagi begitupum dengan dua orang lainnya.

Walau kesal dengan tindakan Zelin kepadanya, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia memang tertarik. Gadis yang biasanya melembut lembutkan suara tapi tidak dengan Zelin.

ZELIN untuk ARDAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang