Tanpa terasa waktu terus bergulir begitu cepat, tahun baru telah tiba. Setelah kemarin saling berbagi kasih dan hadiah saat natal, kini para manusia di muka bumi mulai menyambut detik-detik datangnya tahun baru.
Nanti malam adalah saat dimana tahun mulai berganti, menyongsong tahun baru dengan segala harapan dan kehidupan yang lebih baik lagi.
Salju masih turun dan menghiasi Korea Selatan, meskipun tidak setebal sebelumnya. Tapi rintik putih itu masih menghiasi daun-daun dan pinggiran jalan.
Jun, pria yang masih setia duduk diatas kursi rodanya melihat pada jendela rumahnya yang menampilkan langit sore. Dia tengah duduk termenung sendirian di depan jendela besar samping pintu utama. Dengan segala pikirannya yang berkecamuk.
Ya atau tidak.
Apakah dia sudah bisa melupakan wanita itu? Wanita yang meninggalkannya disaat dia terpuruk. Wanita yang telah Jun berikan segala hatinya, tapi justru malah mencampakkan dirinya.
Jun menyalahkan kejadian itu, kecelakaan maut yang telah menyebabkan kakinya lumpuh, hingga ditinggalkan seseorang yang dia cintai. Tapi sekarang, patutkah Jun bersyukur atas kecelakaan itu? Karena dia bisa melihat mana yang benar setia dan mana yang tidak. Mana yang tulus, dan mana yang tidak.
Dan kecelakaan itu telah menunjukkannya pada Jun, kecelakaan itu telah menunjukkan bahwa wanita yang selama ini dia cintai dan dia kasihi bukanlah sosok yang patut untuk diperjuangkan. Wanita itu tak pantas untuk menerima ketulusan cinta yang Jun miliki.
Dan haruskah dia bersyukur dengan sikap dinginnya? Mungkin jika bukan karena sikap dinginnya dia tak akan bertemu dengan Myungho. Mungkin tanpa sikap dinginnya itu, dia tak akan menemukan seseorang yang begitu sabar dan tulus membantunya.
Myungho, gadis itu begitu penyabar dan begitu ikhlas menemani Jun, merawatnya, bahkan dia sabar ketika Jun bersikap dingin maupun memarahinya.
Mungkinkah hati Jun yang membeku itu sudah cair oleh kehangatan Seo Myungho?
"Kak Jun, ini coklat panasmu."
Jun mengalihkan atensinya pada gadis itu. Dia menyunggingkan seutas senyuman yang akhir-akhir sering dia tunjukkan.
"Terima kasih." ucapnya mengambil alih cangkir berisi coklat panas itu.
"Bagaimana keadaan adikmu?" tanya Jun kemudian.
Minggu lalu adik Myungho mengalami kecelakaan, tidak terlalu parah tapi anak itu harus menginap beberapa hari di rumah sakit. Selama seminggu itu pula Myungho lebih banyak menghabiskan waktu bersama adiknya, ketimbang Jun.
Dan selama itu pula Jun merasa ada sedikit kekosongan saat Myungho hanya bekerja setengah hari bersamanya.
"Kondisinya sudah cukup membaik. Terima kasih karena Kak Jun sudah membiayai pengobatannya." jawab Myungho berdiri disamping Jun.
Jun mengulas senyumnya kembali. "Bukan apa-apa. Bahkan itu saja belum mampu menutupi rasa terima kasihku atas kehadiranmu."
"Hum?" alis Myungho bertautan.
"Ya, karena kau hadir dan selalu memberikan kata-kata penyemangat untukku hingga aku bisa bangkit. Karena kau selalu memberikan kalimat-kalimat sentilan yang membuat aku sadar. Dan karena kesabaranmu juga menghadapiku." ungkap Jun.
Myungho tak menjawab, dia hanya menunduk dengan ulasan senyuman dibibirnya.
"Terima kasih, karena kau bisa membuat aku menghidupkan kembali motivasiku untuk hidup." ujar pria itu menerawang ke depan.
Myungho menggeleng. "Itu bukan karena aku, Kak. Tapi itu memang karena keinginanmu sendiri."
"Tapi setiap ucapanmu itu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For U
FanfictionKecelakaan beruntun yang terjadi di Jembatan menuju Bandar Udara Internasional Incheon merupakan sebuah tragedi yang memilukan bagi para korban. Selain merasakan sebuah sakit dan trauma, mereka juga harus merasakan kehilangan keluarga/teman/kekasih...