Pesta resepsi pernikahan sudah usai, para tamu sudah kembali ke rumahnya masing-masing, sedangkan sang pengantin dan keluarga juga sudah memasuki kamar hotel masing-masing.
Dan disinilah Jisoo sekarang, di kamar hotel khusus untuk pengantin yang sudah di hias sedemikian rupa. Tapi, bukannya menikmati keindahan kamar yang memiliki view cantik, Jisoo justru malah termenung dimeja rias. Sedangkan Seokmin, pria itu entah pergi kemana setelah mengantarkan Jisoo ke kamar mereka.
Tangannya bergerak menghapus riasan di wajahnya, beruntung riasan di kepalanya sudah dilepas sejak awal, hanya tinggal riasan wajah dan gaun panjang nan besar yang membalut tubuhnya.
Usai menghampus riasannya, Jisoo menyisir rambut panjangnya, masih dengan renungannya.
"It's okay, Jisoo. You must be able to accept him as your husband. You have to forget Mingyu and start loving Kak Seokmin. For the sake of your future life, for your happiness, for the child you are carrying, and for Chan. You can do it, Jisoo, you can." gumam Jisoo dengan penuh tekat seraya menatap pantulan dirinya di cermin.
Dia menghembuskan nafasnya berat, dia jadi sering terbayang oleh mendiang kakakanya semenjak peristiwa itu terjadi. "Maaf Kak Jihan, aku menikahi suamimu, bahkan aku mengandung anaknya. Tapi aku berjanji akan merawat Chan dengan sungguh-sungguh, seperti anakku sendiri, dan aku berjanji akan menjadi istri yang baik juga untuk Kak Seokmin." sambungnya.
Dia bertekad, tapi nyatanya hatinya masih bergemuruh. Setiap melihat Seokmin, dia selalu teringat kejadian malam itu. Malam pergantian tahun yang seharusnya menjadi malam dimana dia menyongsong kebahagiaan baru, tapi justru dia malam dibalut oleh trauma dan ketakutan malam itu.
"Menyesal?" Jisoo menengok ke arah Seokmin yang baru mendatangi kamar mereka.
Pria itu masuk ke dalam kamar seraya melepaskan jas dan dasinya, lalu dia menggulung ujung tangan kemejanya dan duduk diranjang untuk melepas sepatunya.
Jisoo menguatkan diri untuk menatap Seokmin, bagaimana pun dia adalah suaminya, dan akan hidup bersama dengannya hingga suatu saat nanti.
"Apa maksudmu, Kak?" suara Jisoo terdengar lirih dan agak serak akibat kebanyakan menangis.
"Kau menyesal telah menikah denganku?" tanya Seokmin dingin.
Jisoo tak menjawab, dia hanya diam dikursinya membisu. Menatap Seokmin dengan wajah yang penuh kebingungan. Dia sedang menguatkan diri.
"Kau menyesal telah mengandung anakku?" tanya Seokmin lagi.
"Dan kau menyesal karena harus melepaskan Mingyu?"Seokmin berdecih, melihat drama di pelaminan tadi sungguh membuat hati Seokmin terluka. Istrinya menangis dipelukan mantan kekasihnya, bahkan Mingyu terus menatap sinis padanya. Dia tahu memang pernikahan itu bukan kehendak Jisoo, tapi Jisoo sudah resmi menjadi milik Seokmin. Dan Seokmin tak suka miliknya disentuh oleh orang lain.
"Sepertinya kau memang tak bisa melupakan mantan calon suamimu itu. Kau bahkan menangis dipelukannya tadi. Tentu saja, aku yang bersalah disini. Aku orang jahatnya, aku sudah memisahkan kalian bahkan aku sudah memaksamu untuk menikah denganku dengan cara memperkosamu." tutur Seokmin kemudian.
"Sudah pasti kau menyesal untuk hal itu."Jisoo masih terdiam mendengar ocehan Seokmin, dia sedang menahan diri untuk tidak meluapkan emosinya. Jisoo sedang sangat sensitif, apalagi kondisinya dia sedang mengandung sekarang.
Tapi Seokmin terus berkata dengan nada dingin yang menyindir, apalagi sampai membawa-bawa Mingyu. Apakah ini akan menjadi pertengkaran pertama mereka setelah menikah?
"Ya."
Ucapan Jisoo menghentikan ocehan gila Seokmin.
Perempuan yang sedari tadi duduk dikursi itu kini berdiri dihadapan sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For U
FanfictionKecelakaan beruntun yang terjadi di Jembatan menuju Bandar Udara Internasional Incheon merupakan sebuah tragedi yang memilukan bagi para korban. Selain merasakan sebuah sakit dan trauma, mereka juga harus merasakan kehilangan keluarga/teman/kekasih...