Seokmin menghembuskan nafasnya berat usai menutup telepon dari Jihoon. Dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya. Kepalanya terasa pusing, apalagi mengingat kejadian malam itu.
Dia tak sadar dan dia terkejut dengan apa yang dia lakukan. Seokmin berada dalam pengaruh alkohol malam itu, sehingga dia kehilangan akal sehatnya.
Dia telah melukai Jisoo, bahkan dia berlaku sangat kasar malam itu. Dia sudah mengotori Jisoo oleh hawa nafsunya. Dia menyesal, sangat menyesal.
"Apa yang telah kau lakukan, Seokmin?! Bodoh bodoh bodoh."
Dia terus meruntuki dirinya sendiri, apalagi setelah Jisoo tak bisa dihubungi. Ditambah lagi Mama Hong mengatakan Jisoo menginap di asrama Dokter sejak seminggu yang lalu.
Seminggu yang lalu saat peristiwa itu terjadi, saat pagi hari di tanggal 1 Januari. Seokmin bangun dengan kepala yang terasa berdenyut, dia terkejut ketika melihat kondisi kamarnya yang berantakan. Ditambah lagi dengan dirinya yang hanya berbalut selimut tanpa mengenakan pakaian.
Dia mencoba mengingat kejadian semalam, dan ya ingatannya dia dapatkan. Tapi ingatan itu justru membuat Seokmin membeku, membayangkan betapa jahatnya dia malam itu. Pasti Jisoo merasa sangat hancur sekarang, Seokmin sudah merusak masa depannya.
Dia ingin mengakui perbuatannya itu, tapi dia takut mengecewakan mertuanya, tapi nyatanya perbuatannya itu memang sangat mengecewakan.
Harus dia mengakui itu pada mertuanya? Tapi bagaimana dengan Jisoo? Apa dia sudah menceritakan itu pada keluarganya? Kalau sudah mungkin sekarang Seokmin tinggal nama.
Tapi sepertinya Jisoo belum menceritakan soal itu kepada siapapun. Lalu bagaimana hubungan Jisoo dan Mingyu kedepannya? Apa Mingyu masih mau menerima Jisoo?
Haruskah Seokmin mengakui itu pada Mingyu? Tapi bagaimana kalau pengakuannya itu justru malah membuat hubungan Jisoo dan Mingyu merenggang.
Tapi bukankah memang itu tujuannya? Dia memang ingin merebut Jisoo dari Mingyu.
Satu-satunya hal yang harus dia lakukan sekarang adalah menemui Jisoo, membicarakan jalan keluar atas masalah yang telah Seokmin ciptakan.
"Maaf Sooya, maaf." gumam Seokmin.
Dia sedang dipenuhi oleh rasa penyesalan sekarang, bahkan dia tak bisa fokus oleh apapun. Chan dia titipkan pada kakaknya. Pikiran Seokmin kacau, sangat kacau. Masalahnya dengan Jisoo, ditambah lagi kondisi putranya sekarang belum juga membaik.
Demam Chan masih tinggi, dan bahkan anaknya itu sempat dirawat di rumah sakit. Chan terus bergumam ingin bertemu dengan Jisoo, tapi apa yang bisa Seokmin lakukan. Jisoo bahkan selalu menghindarinya.
Ponsel Seokmin berdering, menampilkan nama Taeyong disana.
"Bagaimana kondisi Chan?" tanyanya langsung.
Terdengar suara helaan nafas disana. 'Demam Chan sudah turun, tapi dia terus menangis. Dia ingin bertemu dengan Jisoo.'
Seokmin terdiam.
'Bisakah kau bawa Jisoo, Seok? Kasihan Chan terus menangis, dia tak mau dengan siapapun. Dia hanya mau dengan Jisoo.' ujar Taeyong dari seberang sana.
"Jisoo sedang sibuk, Kak. Dia bahkan menginap di asrama seminggu ini." jawab Seokmin.
'Kalau begitu kau yang bawa Chan pada Jisoo.'
Seokmin kembali terdiam, dia yakin bahwa Jisoo pasti tak mau lagi menemuinya setelah malam itu.
"Hem, aku akan membawa Chan pada Jisoo nanti."
Jawabnya sebelum mematikan sambungan telepon dan kembali memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For U
FanfictionKecelakaan beruntun yang terjadi di Jembatan menuju Bandar Udara Internasional Incheon merupakan sebuah tragedi yang memilukan bagi para korban. Selain merasakan sebuah sakit dan trauma, mereka juga harus merasakan kehilangan keluarga/teman/kekasih...