Alvito menggenggam tangan Pita. "Kau senang?" tanyanya pada gadis itu.
Pita mengangkat bahu. "Mungkin. Aku juga tidak menyangka jika aku menjadi anak orang terpandang. Kau tau, aku hidup disini sebagai gadis biasa," ucapnya.
Alvito mengangguk paham. Ia pun mengecup punggung tangan Pita. "Besok kita akan kembali. Tentunya dengan semua keluarga mu juga," ucapnya.
Pita menatap Alvito. "Bukankah terlalu cepat? Kita baru sampai," ucapnya.
Alvito menyunggingkan senyum tipisnya. "Kau tau, besok adalah persidangan orang tua ku. Tentang pewaris tunggal mungkin itu akan di cabut dari namaku. Tapi kau tetap bersamaku kan? Walaupun aku hanya menjadi orang biasa nantinya," ucapnya.
Pita terdiam. "Begitu ya. Jangan khawatir, sekalipun kau menjadi orang biasa. Aku juga tetap menyukaimu walaupun kau sedikit menjengkelkan," dengusnya kesal.
Alvito terkekeh, ia pun merengkuh pinggang Pita. "Terima kasih," ucapnya. Ia pun melepaskan pelukannya.
"Ah ya, ada hadiah dari ayahmu. Ia memberikan ini padaku untuk melamar mu," ucap Alvito sambil mengeluarkan kotak cincin dari saku jaketnya.
Pita menatap kotak cincin bewarna putih di tangan Alvito. "Kalau aku berhasil membangun perusahaan kembali. Aku akan memberikan cincin yang terbaik. Tapi, untuk sekarang aku hanya bisa memberi kembali cincin yang di berikan ayahmu. Ayahmu berkata kalau ini memang khusus untukmu," ucap Alvito sambil membuka kotak cincin tersebut.
Cincin yang begitu cantik bewarna biru yang begitu terang dengan pinggiran berlian dan model cincin yang begitu mewah.Pita menatap Alvito dengan bingung. Pria itu tersenyum lalu memegang tangan kanan Pita sambil mengelus punggung tangannya. Ia pun memasangkan cincin tersebut.
"Sejujurnya, aku tidak pernah melakukan hal ini terhadap wanita. Kau yang pertama," ucap Alvito, ia pun duduk bersimpuh di depan Pita.
"Aku memang bukan pria yang bisa di kategorikan sebagai pasangan romantis tapi aku bisa menciptakan suasana romantis yang kau inginkan," ucap Alvito, ia menatap Pita dengan lekat-lekat.
"Jadi. Kau mau menikah denganku tapi dengan status pria biasa bukan lagi pria angkuh yang selalu menyuruhmu," ucapnya. "Aku benar-benar mencintaimu, sungguh. Hingga aku takut kalau aku kehilangan dirimu," sambungnya.
Pita terdiam, ia tidak bisa berkata-kata. Pita menatap kearah keluarganya yang berdiri tidak jauh dari nya. Berdiri sambil tersenyum menatapnya lalu mereka pun mengangguk.
"Iya. Aku mau," ucap Pita akhirnya membuat Alvito menatap berbinar-binar.
"Kau serius? Kau menerimaku? Kau--"
"Iya aku menerimamu. Menerima semua hal yang ada pada dirimu," ucap Pita.
"I love you," bisik gadis itu di telinga Alvito.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]
RomanceCOVER BY OBI ART Serumah dengan orang kaya yang sombong dan sialnya sangat tampan. Anugrah atau kesialan? Itulah yang di rasakan gadis yang bernama lengkap Pingkan Agustina biasa di panggil Pita oleh temannya. Gadis keturunan darah kental Jawa harus...