delapan.

11K 634 18
                                    

Pita memasuki rumah kecil di hadapannya sebelum itu ia mampir ke supermarket terdekat membelikan sesuatu untuk adik kecil Ella.

"Kan kata Vito, kartunya boleh di gunain. Ya aku pake lah lumayan," batin Pita berkata.

"Dimana adik mu Ella?" tanya Pita.

"Tunggu sebentar, aku akan memanggilnya," ucap Ella, ia masuk lebih dulu kedalam kamar untuk memanggil kedua adiknya.

"Pita, kenalkan ini adik ku Fathan dan Ira," ucap Ella.

Pita berjongkok di hadapan mereka berdua. "Ini, aku membelikan kalian makanan. Semoga kalian suka ya," ucapnya.

Fathan dan Ira mengangguk dengan semangat membuat Pita menatapnya dengan gemas.

"Berapa umur mereka?" tanya Pita sambil berdiri perlahan, ia menatap kedua adik Ella yang sedang merebutkan makanan yang ia berikan.

"Fathan, ia berumur 10 tahun sedangkan Ira baru saja berumur 8 tahun," ucap Ella sambil menyeduh teh untuk Pita.

"Maaf, aku tidak menawarkan apa-apa selain ini," ucap Ella tidak enak hati.

"Tidak apa-apa santai saja, aku bukan orang yang memaksakan kehendak," ucap Pita sambil tersenyum.

"Kau mau bekerja sebagai pelayan?" tanya Pita.

"Aku mau, yang penting aku bisa memenuhi kebutuhan adik ku," ucap Ella.

Pita nampak berpikir, apa Alvito membutuhkan seorang pelayan lagi atau tidak? Sudahlah nanti ia tanyakan sendiri padanya.

"Ella, hari sudah semakin sore. Aku tidak bisa berlama-lama disini, aku harus pulang," ucap Pita.

Ella tersenyum. "hati-hati di jalan," ucapnya.

"Tapi aku boleh mengunjungi mu lagi?" tanya Pita harap-harap.

Ella tertawa kecil. "Tentu saja boleh, rumah ku akan selalu terbuka untuk mu," ucap nya.

"Terima kasih, kalau begitu aku pulang ya," ucap Pita.

Ella mengangguk. "sampai jumpa lagi," ucapnya.

Pita melambaikan tangan nya kearah Ella sebelum masuk ke dalam mobil. Ia langsung menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan sedang.

Sampai di rumah ia di halangi Cecilia saat masuk kedalam.

"Dari mana kau? Jam segini baru pulang,teryata kau perempuan nakal seperti di luar sana ya," ucap Cecilia sinis.

Pita menatap malas. "Halo nona wajah tebal, aku bukan perempuan seperti yang ada di bayangan mu"ucapnya.

"First, aku mengunjungi teman ku bukan berkumpul kerumah bordil yang biasa kau datangi," tunjuk Pita.

"Second, aku ini tau diri dan bisa menjaga diri bukan seperti kau yang apa-apa harus di temani. Dasar manja," sambung Pita dengan ketus.

"Third, jangan pernah berpikiran yang tidak-tidak jika kau tidak mau di usir dari sini karena pada dasarnya kau juga sama saja menumpang disini," Pita berkata ketus sambil menabrak bahu Cecilia dan menatap tajam.

Cecilia menggeram kecil. "awas kau!"

∆∆∆

"Alvito," Pita masuk kedalam ruangan Alvito tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Bisa kah kau mengetuk pintu lebih dulu?" ucap Alvito kesal.

Pita memeletkan lidahnya. "Aku malas, ngomong-ngomong kau membutuhkan tenaga kerja untuk di rumah tidak?" tanya nya.

Alvito menatap bingung. "Maksud mu?" tanya nya.

"Ya seperti membantu mu memasak atau mencuci bajumu," ucap Pita.

Alvito menggeleng menatap jahil kearah Pita. "Aku tidak membutuhkannya, karena kau sudah memasak untuk ku bukan. Dengan kata lain---"

Bukk~

Alvito meringis saat Pita dengan sengaja melempar bantal sofa kearah wajah nya.

"Kau!! Kau menyebalkan!" Pita menghentakkan kakinya dan berjalan keluar.

Namun saat akan membuka pintu, Alvito mengambil remote di tangannya dan membuat pintu tersebut langsung terkunci.

Klik~

Pita menatap bingung lalu ia menoleh kearah Alvito yang menatap jahil kearahnya, mata Pita menatap benda datar pipih bewarna hitam yang berada ditangan Alvito.

"Kau--"

"Remote nya berada di tangan ku,kau tidak akan bisa keluar dari sini," ucap Alvito dengan seringainya.

"Vito!!" Pita berusaha merebut kembali remote yang berada di tangan Alvito.

Pada dasarnya Alvito memiliki tubuh jakung dan Pita hanya setinggi dadanya saja.

"Berikan padaku!!" ucap Pita sambil melompat berusaha meraih remote di tangan Alvito.

"Ambil saja jika kau bisa," tantang Alvito.

Pita menggeram kesal lalu ia menginjak kaki Alvito dengan kuat hingga membuat Alvito meringis dan menunduk, tidak menyia-nyiakan kesempatan Pita langsung merebut remote yang berada di tangan Alvito.

Pita menyikut perut Alvito. "Shit!!" umpat Alvito.

Pita memeletkan lidahnya kearah Alvito. "Perkataan ku bisa kau pertimbangkan lagi, karena aku tidak mau selamanya memasak untuk tuan sombong seperti mu," ucapnya sambil mendengus.

"Aku menawarkan ini karena aku memiliki rekomendasi seseorang dan dia dapat di percaya tapi terserah kau saja. Aku hanya memberi saran," sambung Pita.

Pita berjalan keluar meninggalkan Alvito yang masih meringis memegangi kakinya yang menjadi sasaran dari Pita.

"Gila! Sakit sekali injakan nya," ringis Alvito.

Alvito menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Pita padanya,ia suka melihat wajah Pita yang terlihat memerah karena kesal padanya apalagi perkataan Pita dengan suara yang begitu lucu di telinganya membuatnya tak urung untuk terkekeh.

"My girl."

∆∆∆
TBC

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang