sebelas.

10.9K 677 43
                                    

"Kau kenapa?" tanya Pita bingung, pasalnya pria itu bungkam saat ia kembali. Seperti ada yang pria itu pikirkan.

"Tidak ada," jawab Alvito singkat.

Pita mengangguk singkat, ia tidak mau memikirkan lebih lanjut lagi.

"Ehm, aku ingin meminta saran," ucap Alvito membuat Pita menoleh. Saran apa? Tumben sekali pria ini meminta saran.

"Saran? Saran apa?" tanya Pita bingung.

"Jika kau mencintai seseorang tapi terhalang dengan restu orang tua, apa yang akan kau lakukan?" tanya Alvito. Pita menatap bingung, apa pria ini sedang jatuh cinta? Dengan siapa?

Nyutt~

Entah kenapa Pita merasa kesal dan sedikit kecewa.

"Berjuang," ucap Pita singkat sambil menatap jendela luar. Untuk apa ia merasa kecewa?

"Walaupun keluarga mu menentang?" tanya Alvito.

Pita kembali menatap Alvito. "Oh ayolah, jika aku menjadi pria tidak peduli apapun rintangannya jika aku mencintainya aku akan benar-benar memperjuangkan nya," ucapnya. Alvito menatap Pita dengan pandangan yang tidak terbaca.

"Sekalipun keluarga ku menentang yang terpenting adalah aku bisa mendapatkan orang yang aku cintai," sambung Pita.

"Kalau kau benar-benar mencintai seseorang kau harus memperjuangkan nya," ucap Pita.

Alvito terdiam lalu mengangguk. "yeah, kau benar." gumamnya.

"Memperjuangkan nya," gumam Alvito pelan.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Pita bingung.

"Tidak ada. Aku hanya ingin bertanya saja," ucap Alvito dengan santai.

"Kapan kau masuk kuliah?" tanya Alvito.

"Besok," ucap Pita.

"Kau bawa saja mobil ku yang ada digarasi," ucap Alvito.

"Tidak. terima kasih, aku tidak mau terlihat mencolok karena membawa mobil mahal mu itu," ucap Pita ketus. Membawa mobil yang harganya fantastis itu? Lebih baik dia menaiki bis saja.

Alvito terkekeh. "bawa saja, lagipula jarak universitas dengan mansion ku lumayan jauh," ucapnya.

"Kau akan membutuhkan nya," sambung Alvito.

Pita mencibir kesal. "Lebih baik aku pergi dengan bis umum saja," ucapnya.

"Bawa saja," ucap Alvito datar.

"Oh ayolah----"

"Dan aku tidak menerima penolakan," balas Alvito tegas.

Pita mendengus, lagi-lagi Alvito berkata dengan nada seperti itu.

"Benar-benar menyebalkan." batin Pita berkata.

"Dan di sana nanti jangan terlalu dekat dengan pria," ucap Alvito.

"Why?" tanya Pita bingung.

Alvito menatap Pita. "kau nanti jadi sasaran pria hidung belang," ucapnya.

"Dasar aneh," gumam Pita pelan. Sifat Alvito sering kali membuatnya bingung.

"Kau mengatakan apa?" tanya Alvito.

Pita menggeleng lalu kembali menatap kearah luar jendela. Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di mansion Alvito.

"Tidurlah, sudah larut malam," ucap Alvito.

Pita mengangguk. "malam," ucap nya lalu menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

"Kenapa kau malah mengajak gadis desa itu dari pada aku?" tanya Cecilia yang baru saja pulang.

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang