duabelas.

9.9K 602 16
                                    

Pita menggerutu kesal, sesekali ia mengumpat.

Mereka pikir dengan uang begitu banyak ia akan menjadi pesuruh? Hell nah! Dia masih memiliki harga diri walaupun tidak memiliki harta sekaya mereka tapi dia memiliki apa yang tidak mereka miliki.

"Ishh!! bikin kesel aja tau gak! tau gitu aku nyewa apartemen aja," gerutu Pita dengan bahasa Indonesia.

"Permisi," seorang gadis menepuk pundaknya.

Pita menoleh. "ada apa?" tanya nya.

"Itu, aku ingin bertanya. Apa kau tau letak dimana kelas bagian psikologi? Aku tersesat," ucap gadis itu sambil tersenyum malu.

"Kau sekelas dengan ku," ucap Pita.

"Benarkah? Kenalkan nama ku Revi, aku berasal dari Singapura," ucap Revi sambil tersenyum senang.

"Aku Pingkan Agustina dari Indonesia," ucap Pita.

Revi memeluk lengan Pita. "Akhirnya aku memiliki teman juga," ucapnya.

Pita terkekeh. "Ayo kita ke kelas,",ucapnya.

"Ngomong-ngomong kenapa kau tadi terlihat kesal?" tanya Revi.

"Tidak apa-apa, hanya sedikit kesal," ucap Pita.

"Kau mau main ke rumah ku? Kau cantik sekali," ucap Revi sambil mencubit kedua pipi Pita.

"Kerumah mu? Boleh saja," ucap Pita. Lebih baik keluar dulu dari pada ada di dalam rumah Cecilia.

"Tapi aku harus meminta izin dulu," sambung Pita sambil mengeluarkan ponsel miliknya. Revi hanya menganggukkan kepalanya.

"Hallo," ucap Pita.

"Ada apa?" tanya Alvito.

"Aku akan pergi bersama teman ku dan pulang sedikit terlambat," ucap Pita.

"Siapa? Kau akan kemana?" tanya Alvito.

"Hanya sebentar," ucap Pita malas.

"Pria atau wanita?" tanya Alvito lagi. Pita berdecak kesal.

Pita menggeram kesal. "WANITA! puas kau!" ucapnya sambil mematikan sambungan teleponnya.

"Ada apa? Apa kau tidak boleh pergi?" tanya Revi bingung.

"Boleh saja," ucap Pita.

"Lalu kenapa kau marah-marah? Aku kira kau tidak boleh pergi kerumah ku," ucap Revi dengan heran.

"Dia menyebalkan," gerutu Pita kesal.

"Siapa?" tanya Revi.

"Orang yang merawatku," ucap Pita. Ia malas menyebut namanya.

Revi hanya menganggukkan kepalanya. "ayo kita pergi," ucapnya.

"Apa kau sudah memiliki kekasih?" tanya Revi.

"Tidak, aku tidak memiliki kekasih," ucap Pita.

"ITU BAGUS!" ucap Revi membuat Pita terkejut.

"Aishh, kau mengagetkan ku tau," ucap Pita kesal.

Revi tersenyum malu. "maaf, kalau kau tidak memiliki seorang kekasih bagaimana jika kau dengan kakak ku saja?" ucapnya.

Pita menatap tidak percaya. "Revi, kita baru saja bertemu dan kau malah menjodohkan ku dengan kakak mu. Seriously?!" ucapnya.

Revi menggandeng tangan Pita. "aku tau kau itu baik, aku tidak pernah salah menilai orang," ucapnya santai.

"Kakak ku baru berumur 20 tahun, ia bekerja sebagai polisi dan ia tampan," ucap Revi.

"Tidak tertarik," jawab Pita singkat.

"Hey, kau yakin? Banyak perempuan yang mendekati kakak ku," ucap Revi bingung.

"Aku dan mereka berbeda, aku memiliki kriteria sendiri."

∆∆∆

Di sisi lain...

Alvito menatap ponselnya tidak percaya karena Pita menutup sambungan telepon secara sepihak.

"Apa salah ku?" gumam Alvito. "aku hanya bertanya saja, kenapa dia marah?"

Alvito terkekeh, ia juga senang karena Pita mau meminta izin darinya jika ia ingin pergi kemana pun.

"Gadis kecil yang begitu menggemaskan," ucap Alvito.

Ia kira gadis itu akan marah padanya karena kejadian tadi pagi, tapi sepertinya baik-baik saja.

Sepertinya gadis itu hanya marah pada Cecilia dan bukan dirinya, bukan kah itu bagus?

Alvito terkekeh, ia menjadi membayangkan wajah Pita yang mungkin kini tengah mengumpat. Ponsel Alvito kembali berdering, ia langsung mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertera disana.


"Hallo?"

"Alvito, ini mommy," ucap Winda, ibu kandung Alvito.

Tubuh Alvito menegang, tidak disangka ibunya akan menelpon hari ini.

"Ada apa?"btanya Alvito dengan hati ketar ketir.

"Sepertinya kau berhubungan dengan seorang gadis di belakang mommy," ucap Winda.

Alvito berdecak kesal, ibunya pasti sudah mencari lebih dulu dan memantau semua gerak geriknya.

"Lalu?" tanya Alvito datar.

"Siapa gadis itu?" tanya Winda. "kau tau bukan, kalau kau sudah bertunangan putraku."

"I know but i don't care, terserah mommy ingin melakukan apapun. Tapi jangan sentuh gadis itu," ucap Alvito dingin.

"Oh sayang, aku tau bagaimana dirimu. Mommy akan menunggu kepulangan mu disini, kau dan Cecilia akan segera menikah," ucap Winda.

"Seminggu lagi Alvito, atau jika kau memilih dengan gadis mu sekarang aku tidak bisa menjamin akan terjadi sesuatu padanya nanti."

"Dan kau tau artinya apa Alvito? Kau akan menjadi sepasang suami istri dengan Cecilia, jangan membuat daddy mu marah." sambung Winda sambil menutup sambungan teleponnya.

"Shit!" umpat Alvito.

"Pernikahan konyol," Alvito membanting semua barang yang berada di atas meja kerjanya.

"Aku tidak mencintai Cecilia," gumam Alvito dengan tangan terkepal kuat.

Alvito kembali mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang. Ia harus melakukan sesuatu sebelum ibu nya bertindak lebih jauh darinya.

"Apa kau bisa menjaga seseorang untuk ku?" tanya Alvito.

"Tentu, siapa yang akan aku jaga?" tanya seseorang dari sana.

"Pingkan Agustina, pastikan ia baik-baik saja dan tidak lecet sedikit pun." ucap Alvito khawatir.

"Baik, akan segera aku lakukan."

Tut~

Alvito menatap kearah jendela luar kantornya, ibunya pasti akan melakukan sesuatu pada Pita untuk menjadikan dirinya sebagai ancaman jika ia tidak segera menikahi Cecilia.

"Damn it! Aku benci ini."

"Kalau ibu berani menyentuh Pita, aku akan berbuat sesuatu yang membuat ibu terkejut."

∆∆∆
TBC

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang