Enam belas.

9.7K 587 29
                                    

"Kenapa ibu kemari?" tanya Alvito datar. Winda berdiri dari duduknya lalu berjalan mendekati Alvito.

Namun Alvito lebih dulu menarik tubuh Pita untuk berada di belakang tubuh nya.

"Apa salah aku mengunjungi anakku sendiri?" tanya Winda sambil tersenyum namun saat matanya menatap Pita tatapannya berubah menjadi dingin.

"Ah, jadi ini gadis yang kau dekati itu." ucap Winda sambil menatap Pita dengan pandangan remeh.

"Biasa saja, wajahnya tidak buruk hanya saja---"

"Kembali ke kamar mu." Alvito menarik tangan Pita, ia takut Pita akan sakit hati jika mendengar kata pedas dari ibunya.

"Aku masih ingin bicara padanya Alvito." ucap Winda datar, Alvito tersenyum sinis.

"Oh." Alvito berbalik. "tapi aku tidak mengijinkan ibu untuk bicara padanya."

"Kembali ke kamar mu, jangan keluar sampai aku menyuruhmu." bisik Alvito.

"Tapi---"

"Sekarang!" ucap Alvito dingin membuat Pita hanya bisa menurut dan kembali memasuki kamarnya.

"Untuk apa ibu kesini?" tanya Alvito datar saat melihat Pita sudah memasuki kamarnya lagi.

"Hanya ingin bilang jika pernikahan----"

"Aku tidak mau menikah dengan nya." potong Alvaro dingin.

"Mau tidak mau kau akan menikah dengan nya." ucap Winda datar.

Alvito tersenyum sinis. "oh, dan setelah menikah kau akan mendapat banyak pemasukan bukan?" ucapnya.

"Aku ini hanya pion bagi mu." sambung Alvito sambil menatap tajam.

"Kau anak kandung ku Alvito." ucap Winda marah.

"Aku tau." Alvito mengangguk. "anak kandung yang di gunakan untuk keuntungan sendiri."

"Jika kau tidak menikah dengan Cecilia jangan salah kan aku untuk bertindak lebih padamu." ucap Winda dengan nada penuh ancaman.

"Terserah, yang penting ibu tidak menyentuh Pita." ucap Alvito sambil berbalik badan bermaksud untuk pergi dari hadapan ibunya.

"Kalau itu membuat mu menurut padaku kenapa tidak? Aku akan menyingkirkan nya." ucap Winda membuat langkah Alvito terhenti.

"Coba saja kalau ibu bisa." ucap Alvito dengan tangan terkepal kuat.

"Sebelum ibu menyentuhnya aku akan menghancurkan apa yang ibu jaga selama ini." sambung Alvito membuat Winda membeku di tempatnya.

"Aku tau apa yang ibu sembunyikan dari ku." ucap Alvito tanpa menatap wajah Winda yang berubah menjadi pias.

"Semuanya, tanpa terkecuali." Alvito menaiki tangga satu persatu.

"Aku bisa menghancurkan nya hanya dengan beberapa detik ibu." Alvito menatap tajam.

"Ibu sentuh saja Pita akan aku pastikan ibu kehilangan itu semua." sambung Alvito sebelum ia benar-benar pergi dari hadapan Winda.

Winda mengepalkan tangannya, bagaimana Alvito bisa tau apa yang selama ini ia sembunyikan? Tidak bisa, Alvito dan Cecilia harus menikah dan gadis miskin itu harus disingkirkan.

Tidak ada yang boleh menganggu semua rencananya, tidak boleh!

∆∆∆

Pita di kejutkan dengan kedatangan Alvito yang tiba-tiba dan ia langsung tertidur di pahanya.

"Sepertinya kau tidak suka dengan kedatangan ibumu." ucap Pita sambil membaca buku.

"Aku memang tidak suka padanya." ucap Alvito sambil memandang wajah Pita.

"Kenapa?" tanya Pita sambil terus membaca buku. Ia tau tatapan wanita tua itu padanya, tatapan remeh dan Pita benci itu.

"Karena----"

"Karena dia tidak menyukai ku bukan?" potong Pita.

"Tidak seperti itu." ucap Alvito sambil mengambil buku yang berada di tangan Pita.

"Lalu?" tanya Pita sambil merebut kembali buku yang Alvito ambil darinya.

"Aku hanya tidak suka di paksa, aku memiliki pilihan sendiri." ucap Alvito.

"Dan pilihan mu di tentang ibu mu sendiri." sambung Pita sambil menutup bukunya.

Alvito berdecak lalu ia menghadap kearah perut rata Pita. "aku tidak menyukainya, ibu ku selalu memaksa ku untuk melakukan sesuatu yang tidak aku suka." ucapnya.

"Aku memiliki hidupku sendiri, kali ini aku hanya perlu memperjuangkan semua yang sudah aku dapat." ucap Alvito sambil bangun dari tidurnya.

Alvito menarik dagu Pita dan ia pun mencium bibir Pita. Pita menatap melotot sambil mencoba melepaskan pautan bibirnya namun Alvito menahan kepala belakangnya.

"Brengsek!!" umpat Pita sambil membersihkan mulutnya.

Alvito tersenyum membuat Pita menatapnya kesal. "pergilah!! Aku tidak mau melihat mu." ucap Pita ketus.

Alvito menarik tubuh Pita dan memeluknya dengan erat. "apapun yang terjadi tetaplah bersama ku." ucap Alvito.

"Aku tidak akan melepaskan mu sampai kapan pun." sambung Alvito.

"Kau sudah memiliki tunangan Vito, apa kau gila?!" ucap Pita tidak percaya.

Alvito memutar bola matanya dengan malas. "aku tidak mencintai nya, oleh karena itu aku akan memperjuangkan mu." ucapnya.

Pita menatap tidak percaya kearah Alvito. "aku tidak mau!" ucapnya kesal.

Alvito kembali menarik dagu Pita. "kau tidak akan bisa pergi dariku." ucapnya.

"Kau paham kata-kata ku bukan?" sambung Alvito.

Pita menepis tangan Alvito. "jangan egois! Kau sudah memiliki pasangan mu sendiri." ucapnya.

"Dan aku tidak akan pernah menikah dengan nya." sambung Alvito dengan tatapan tajam.

"Tidurlah, dan jangan keluar dari kamar sebelum ibu ku pergi." ucap Alvito sambil mencium kening Pita.

Alvito menutup pintu kamar perlahan, ia tersenyum tipis. "aku akan memperjuangkan apa yang harus aku perjuangkan." ucapnya.

"Termasukmu Pingkan Agustina, karena kau adalah milikku sampai kapan pun."

∆∆∆
TBC

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang