Alvito tersenyum tipis melihat betapa sibuknya Pita menyiapkan sarapan untuknya. Bolehkah dia berharap sedikit? Ia ingin Pita menjadi miliknya.
"Apa yang kau masak?" tanya Alvito. Ia berjalan menghampiri.
Pita mendengus. "Apa kau tidak bisa melihat dengan mata kepala mu sendiri?" ucapnya ketus.
Alvito terkekeh. "Kau ketus sekali padaku. Apa kau sedang datang bulan?" tanyanya.
"Cih. Aku malas meladeni mu," tanya Pita malas, ia sedang memasak tumis jamur tiram dan ayam goreng mentega buatannya.
Sangat sederhana, karena ia tidak tau apa yang disuka Alvito dan yang tidak. Ia tidak peduli sama sekali.
"Dimana nona wajah tebal?" tanya Pita.
"Maksudmu Cecilia?" tanya Alvito dengan mulut penuh makanan, menurutnya makanan yang Pita buat selalu membuatnya ketagihan.
"Lalu siapa lagi kalau bukan dia?" ucap Pita kesal.
"Ada acara pemotretan hari ini, mungkin dia tidak akan pulang sampai jadwal pemotretan nya selesai," ucap Alvito.
"Baguslah, aku malas berdebat dengan nya," ucap Pita.
"Alvito! Kau sudah memakan setengahnya, apa itu kurang?" ucap Pita kesal saat melihat Alvito mengambil jamur kesukaannya.
"Ini enak, aku suka," ucap Alvito. Pita langsung merebut piring yang berisi jamur tumis tersebut takut jamur itu akan habis di makan Alvito.
"Kalau kau suka, buatlah sendiri!" ucap Pita kesal lalu memakan jamur tersebut dengan lahap.
"Ah ya, ngomong-ngomong tentang kemarin apa masih berlaku?" tanya Alvito.
Pita mengangguk pelan. "Aku memiliki kenalan, dia baik dan pekerja keras," ucapnya.
Alvito membersihkan mulutnya dengan sapu tangan. "Kalau begitu jadikan saja ia asisten pribadimu," ucapnya.
"Asisten pribadi?" beo Pita.
Alvito mengangguk. "Ya untuk membantu mu memasak atau hal yang lain," ucapnya.
"Tidak, aku tidak membutuhkannya," ucap Pita sambil menggeleng. "Aku masih bisa melakukannya sendiri."
"Kau tampak kesusahan, kau yakin ingin melakukannya sendiri?" tanya Alvito heran.
"Lalu? Yang punya uang hanya kau, sedangkan aku disini hanya menumpang dan begitu beruntung tinggal di mansion milikmu," ucap Pita.
"Secara tidak langsung kau berkata kau bergantung hidup padaku," ucap Alvito jahil.
"Terserah," ucap Pita datar, ia membereskan piring makannya dan langsung mencucinya.
"Hey, kau belum menjawab pertanyaan ku," ucap Alvito.
"Apa yang harus aku jawab?" ucap Pita sambil menyibukkan diri dengan mencuci piring.
"Secara tidak langsung kau mengakui kau membutuhkan ku bukan?" ucap Alvito, ia menyandarkan tubuhnya pada dinding.
Pita mendengus kesal. "Sesuka hati mu saja," ucapnya.
Alvito terkekeh pelan. "Ah ya, hari ini aku pulang terlambat. Jangan menungguku," ucapnya.
"Siapa yang mau menunggumu?" tanya Pita ketus sambil mendengus.
Alvito tersenyum jahil. "Kau yakin? Bagaimana jika aku tidak pulang sama sekali?" tanyanya.
"Aku tidak peduli," ucap Pita datar.
Alvito menekan-nekan pipi Pita. "Selera humor mu tinggi sekali," ucapnya.
"Alvito! Jauhkan tangan mu!"
∆∆∆
"Bagaimana cara membuat ini?" tanya Pita bingung. Sekarang dirinya bersama Ella untuk membuat makan malam nanti.
"Emm Ella, kau sudah memandangi seisi rumah dari setengah jam yang lalu," sambung Pita.
Ella tersenyum malu. "Rumah mu sangat mewah, aku saja sampai kagum di buatnya," ucapnya.
"Bukan rumah ku, aku disini menumpang," ucap Pita.
"Tapi kau menumpang di rumah orang kaya, kau beruntung," ucap Ella.
"Tidak beruntung seperti apa yang ada di pikiranmu," ucap Pita dengan nada pelan.
"Nah, sekarang kita akan memasak apa?" tanya Pita.
Ella tampak berpikir. "Lasagna? Atau pasta?" tanya nya.
Mata Pita nampak berbinar-binar. "Aku mau mencoba lasagna," ucapnya.
Ella mengangguk setuju. "Ayo kita membuat lasagna yang enak," ucapnya.
Mereka pun memasak sesekali bercanda tawa di dapur, saat Alvito pulang ia mendengar suara gelak tawa Pita dan seseorang dari arah dapur.
Alvito berjalan mendekat dan aroma harum makanan langsung tercium di hidungnya.
"Kalian memasak apa?" tanya Alvito, jas hitam yang ia tenteng di bahunya.
Ella dan Pita menoleh, Ella yang terkejut lalu menatap Pita. "K-kau serumah dengan tuan Alvito?" bisiknya.
Kening Pita mengkerut. "Lalu kenapa?" tanya nya.
"Dia orang paling terpandang disini, pemegang saham no satu perusahaan grup Liam's" ucap Ella.
"Ah ya, kenapa aku bisa lupa kalau aku menumpang di rumah orang terkaya disini." ucap Pita dalam hati.
"Apa kalian tidak menjawab pertanyaan ku?" tanya Alvito.
"Kami---"
"Tidak penting, pergilah. Aku ingin makan bersama Ella," ucap Pita ketus.
Alvito mengangkat alisnya bingung. "Kau selalu ketus padaku, kau masih marah karena tadi pagi?" tanya nya.
"Tidak, siapa juga yang marah padamu," ucap Pita sambil memalingkan wajahnya.
Alvito tersenyum tipis lalu berjalan mendekati Pita, ia menunduk menatap wajah Pita.
"Apa yang kau lihat?" tanya Pita kesal, ia mendorong wajah Alvito.
Alvito berdecak kesal, ia menahan tangan Pita. "Aku hanya mau mencicipi masakan mu," ucapnya.
Ella yang merasa kalau ia akan menganggu kegiatan Pita dan Alvito, ia berinisiatif untuk pulang lebih dulu
"Ehm, Pita aku pulang lebih dulu. Aku tidak bisa meninggalkan adik ku lebih lama lagi," ucap Ella.
"Eh-eh tapi---"
"Kau Ella? Mulai besok kau bekerja di rumah ku, menjadi asisten pribadi Pita. Bayaran mu akan tinggi jika kau bersedia bekerja disini," ucap Alvito, ia mengurung tubuh Pita dengan tangannya.
"Eh--apa? Aku tidak---" Alvito membekap mulut Pita.
Ella menatap berbinar-binar. "Benarkah? Aku bersedia, terima kasih tuan Alvito," ucapnya sambil menunduk sopan.
"Kalau begitu aku akan pulang, sekali lagi aku ucapkan terima kasih banyak," ucap Ella dan pergi dari hadapan mereka.
"Eh-eh Ella, kau meninggalkan ku," ucap Pita.
Pita menatap kesal kearah Alvito yang kini sibuk memakan lasagna buatannya dengan begitu lahap.
"ALVITO!! KENAPA KAU SELALU BERBUAT SESUKA MU!!"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]
RomanceCOVER BY OBI ART Serumah dengan orang kaya yang sombong dan sialnya sangat tampan. Anugrah atau kesialan? Itulah yang di rasakan gadis yang bernama lengkap Pingkan Agustina biasa di panggil Pita oleh temannya. Gadis keturunan darah kental Jawa harus...