"Kau harus tampil cantik," ucap Revi sambil mendudukkan tubuh Pita di kursi rias.
"Tapi---"
"Tidak ada tapi-tapian Pita. Kau harus menjadi ratu disana," ucap Revi sambil mengambil alat make up untuk Pita.
"Jangan terlalu tebal," ringis Pita.
Revi menjentikkan jarinya. "Tenang saja, aku akan merubahmu. Aku jamin setelah ini akan ada banyak pria yang melirikmu," ucapnya.
Pita menghela nafas pelan lalu ia pun menganggukan kepalanya dan memejamkan mata. Revi mulai memoles wajah Pita dengan make up miliknya. Karena ia tau jika disana adalah pertemuan antara keluarga konglomerat, ia tidak mau sahabatnya ini menjadi bahan olokan disana.
Apalagi ia mendengar jika ibu Alvito akan datang. Ia tau Winda, ibu Alvito adalah seorang wanita yang suka memandang rendah seseorang dan menganggap dirinya lebih tinggi.
"Sudah. Sekarang buka matamu," ucap Revi.
Pita membuka matanya dengan perlahan dan terpaku menatap cermin. "Apa ini benar aku?" tanyanya tidak percaya.
"Tentu saja itu kau. Bagaimana? Cantik bukan?" tanya Revi dengan bangga.
"Kau pandai mendandani orang ya," ucap Pita kagum.
"Tentu saja," ucap Revi dengan bangga. "Aku dari dulu ingin mendandanimu,"
"Baiklah sekarang pakai high heels ini!" perintah Revi sambil menunjukan sepatu bewarna selaras seperti gaun yang Pita kenakan yaitu biru muda.
"Itu terlalu tinggi," ucap Pita sambil meringis mungkin itu lebih dari 5 cm.
"Pakai!" suruh Revi dengan nada ketus.
Pita menghela nafas pelan lalu mengangguk. Ia pun memakai sepatu tersebut dan berjalan dengan ragu.
"Demi tuhan. Aku tidak bisa memakai sepatu tinggi seperti ini," ucap Pita kesal.
"Kau harus terbiasa," ucap Revi. "Baiklah. Kau sudah sangat cantik,"
"Sekarang ayo kita pergi menuju pesta itu," sambung Revi sambil menggandeng tangan Pita.
"Pelan-pelan saja," ucap Pita kesal.
Mereka pun menuruni tangga satu persatu lalu masuk kedalam mobil milik Revi.
"Apa kau akan menemaniku disana?" tanya Pita.
Revi menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Tentu saja. Siapa yang menindasmu akan berhadapan denganku," ucapnya.
Pita tersenyum, ia sedikit ragu lantaran firasatnya menjadi tidak enak. Semoga saja tidak terjadi apa-apa. Semoga.
"Jangan gugup. Kau harus percaya diri," ucap Revi. "Jangan tundukan kepalamu, kau harus menatap tegap,"
Pita mengangguk setidaknya ada Revi bersamanya. Ia hanya khawatir firasatnya akan menjadi kenyataan. Ia tidak mau terjadi sesuatu di pesta nanti.
"Ada apa?" tanya Revi bingung. "Apa kau sakit? Wajahmu pucat,"
Pita menggelengkan kepalanya. "Aku hanya gugup," alibinya.
Revi mengangguk lalu ia menambah kecepatan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar mereka cepat sampai disana.
"Ingat Pita. Jangan takut. Karena aku selalu ada di sampingmu,"
∆∆∆
Saat sampai dirumah yang begitu mewah, mereka berdua pun turun. Alvito yang melihat Pita keluar dari mobil tersebut dengan segera berjalan mendekat.
"Kau cantik sekali," ucap Alvito membuat wajah Pita memerah.
Alvito tersenyum saat melihat wajah Pita yang memerah karenanya, lalu ia mengulurkan tangannya. "May i?" tanya nya.
Pita menerima uluran tangan Alvito namun tetap menatap dimana Revi berada. "Jangan khawatir, sahabatmu akan bersama Zacky," ucapnya.
Pita menatap Revi yang kini tengah mengobrol dengan Zacky yang terlihat begitu tampan dengan tuksedo hitamnya.
Revi melambaikan tangannya kearah Pita. "Jangan khawatirkan aku! Bersenang-senang lah!" teriaknya.
"Alvito, jaga Pita. Sampai terjadi sesuatu padanya aku akan membuat perhitungan padamu," ancam Revi.
Alvito mengangguk dan tersenyum tipis, ia menggandeng tangan Pita memasuki rumah mewah didepannya ini.
"Jangan gugup," ucap Alvito pelan saat merasakan tangan Pita yang ia genggam terasa begitu dingin.
Pita mengangguk singkat. Alvito menyunggingkan senyumnya melihat Pita begitu cantik dimatanya, sedikit tidak rela jika ia ditatap pria lain.
"Tetap bersamaku. Jangan menjauh," bisik Alvito.
Pita mengangguk pelan lalu Alvito memeluk pinggangnya. Alvito menatap sekitar dengan waspada, ia takut jika Pita bertemu dengan ibunya atau Cecilia. Apalagi pertemuan kali ini bukan main-main, ibunya pasti merencanakan sesuatu.
Semua orang menatap Alvito lebih tepatnya menatap gadis yang berdiri di samping Alvito.
"Siapa gadis itu?"
"Bukankah Alvito sudah bertunangan dengan Cecilia?"
"Gadis yang sangat cantik,"
"Lebih cantik dari Cecilia,"
"Wajahnya berbeda,"
"Aku rasa Alvito lebih cocok dengan gadis ini dari pada Cecilia,"
"Benar, Cecilia terlalu arrogant sedangkan gadis ini selalu mengumbar senyuman,"
Pita tersenyum menanggapinya, beberapa orang menyapa mereka hanya dibalas senyuman sopan olehnya.
"Lihat. Mereka semua menerimamu," ucap Alvito. "Jangan takut. Aku bersamamu,"
Pita mengangguk sembari menggandeng tangan Alvito dengan gugup. Gugup karena ditatap semua orang yang berada di dalam dan gugup karena hatinya yang ketar-ketir tidak karuan.
Alvito menatap Brandon yang terlihat berdiri di ujung tangga menatap tidak minat kearah banyak orang. Pandangan mereka bertemu lalu Brandon menunjuk lewat tatapan matanya membuat Alvito mengikuti arah yang ditunjuknya.
Deg~
Disana, ibunya bersama dengan Cecilia. Alvito menggenggam erat tangan Pita saat melihat ibunya dan Cecilia berjalan mendekat.
"Alvito, siapa gadis disampingmu?" tanya Winda, ibu Alvito.
"Tidak kah kau ingin mengenalkannya pada ibu?" Winda tersenyum manis sedangkan Alvito tau itu bukan senyuman tulus melainkan senyuman penuh arti.
Ada yang tidak beres.
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]
RomanceCOVER BY OBI ART Serumah dengan orang kaya yang sombong dan sialnya sangat tampan. Anugrah atau kesialan? Itulah yang di rasakan gadis yang bernama lengkap Pingkan Agustina biasa di panggil Pita oleh temannya. Gadis keturunan darah kental Jawa harus...