Cecilia mendengus saat melihat betapa perhatiannya Alvito pada gadis yang tidak ia ketahui asal usulnya.
"Alvito, temani aku berbelanja ya," ucap Cecilia sambil bergelayut manja di lengan Alvito.
"Pergilah sendiri," ucap Alvito dingin. Lebih baik ia menemani Pita.
"Ayolah, temani aku," rengek Cecilia dengan manja.
Pita yang dari tadi sibuk membaca buku dan mengerjakan soal sedikit jenuh melihat kemesraan mereka.
Brakk~
Cecilia dan Alvito terlonjak kaget lalu menatap Pita.
"Halo, tuan dan nona. Aku disini sedang belajar tidak ada waktu untuk menonton serial drama yang ada di hadapan ku," ucap Pita kesal.
"Kalian bisa mencari tempat untuk bermesraan tapi tidak di hadapan ku! You are understand?" sambung Pita kesal, ia kembali membaca bukunya.
"Kau ini, sudah menumpang tapi tidak tau diri," celetuk Cecilia.
"Cecil!" ucap Alvito memperingati.
Pita kembali menutup bukunya. "Menumpang? Jika bukan karena tunangan mu yang menawarkan tempat ini, aku mana mau serumah dengan wanita seperti mu," ucapnya tak kalah sengit.
Cecilia mengepalkan tangannya dengan kuat sambil menatap tajam kearah Pita.
"Mengacalah! Siapa yang menumpang disini, kau atau aku?!" ucap Pita lalu ia membereskan tumpukan bukunya dan berjalan menuju kamarnya.
"Apa mulut mu tidak pernah disekolahkan?" tanya Alvito datar pada Cecilia.
Cecilia langsung gelagapan. "Tapi dia--"
Alvito berdiri. "Aku yang menawarkan tempat ini padanya, bukan dia yang meminta padaku," ucapnya membuat Cecilia terdiam.
"Jadi, jaga bahasa mu jika tidak ingin aku kembalikan kau ke Rusia lagi," ancam Alvito.
Alvito berjalan menuju kamar Pita lalu mengetuknya pelan.
"Hey, kau mau ikut tidak?" tanya Alvito.
"Dan melihat mu bermesraan lagi di hadapanku? Tidak, terima kasih. Aku lebih baik di kamar saja," sahut Pita dari dalam.
Alvito terkekeh pelan. "Kau yakin?" ucapnya.
"Yakin sekali, pergilah! Aku tidak akan mati disini jika kau pergi," balas Pita.
"Baiklah, jika kau ingin pergi keluar ada mobil terparkir di samping. Kau bisa menggunakannya," ucap Alvito.
"Iya, iya. Pergilah," ucap Pita.
Alvito tersenyum tipis lalu berjalan kembali menuju ruang tamu.
"Cepat lah! Aku harus mengurus dokumen di kantor," ucap Alvito.
Cecilia memekik senang, ia berganti baju dan menggandeng tangan Alvito.
"Jangan seperti ini, aku risih," ucap Alvito sambil menyentak tangan Cecilia.
"Tapi aku tunangan mu," ucap Cecilia sedih.
"Fuck! Siapa yang peduli dengan itu." umpat Alvito dalam hati.
Alvito memasuki mobil disusul Cecilia yang duduk di sampingnya. Ia langsung menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Kau sangat dingin padaku," ucap Cecilia.
"Tapi kau peduli dengan gadis miskin itu, apa kau mencintai nya?" tanya Cecilia.
Alvito menatapnya tajam. "Jangan pernah mengurusi urusan pribadiku, bagiku kau hanya orang asing."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]
RomanceCOVER BY OBI ART Serumah dengan orang kaya yang sombong dan sialnya sangat tampan. Anugrah atau kesialan? Itulah yang di rasakan gadis yang bernama lengkap Pingkan Agustina biasa di panggil Pita oleh temannya. Gadis keturunan darah kental Jawa harus...