dua puluh dua.

8.6K 504 22
                                    

"Aku tidak mencintainya," gumam Pita.

"Aku tidak mencintainya,"

"Aku tidak---"

"Kau tidak apa?" tanya Alvito tiba-tiba membuat Pita terkejut.

"Tidak," balas Pita singkat.

Alvito mengerutkan keningnya lalu menganggukan kepalanya. Ia pun memberikan gaun untuk Pita kenakan.

"Apa ini?" tanya Pita.

"Gaun. Gaun yang waktu itu kau pilih terlalu terbuka," ucap Alvito.

Pita berdecak kesal lalu mengembalikan gaun tersebut pada Alvito.

"Jangan terlalu sering menghamburkan uang. Gaun kemarin tidak terlalu terbuka," ucap Pita kesal.

"Pakai ini. Atau tidak pergi sama sekali," ancam Alvito datar.

Pita mencibir kesal lalu mengambil gaun tersebut dengan kasar membuat Alvito menoleh. Saat akan berjalan menjauh Alvito lebih dulu memeluk tubuhnya dengan erat.

"Apapun yang terjadi nanti tolong jangan menjauh dariku," ucap Alvito pelan.

"Apa maksudmu?" tanya Pita bingung.

"Tidak ada. Hanya saja firasatku tidak enak," balas Alvito ragu. Benar, karena beberapa hari ini ia terlihat uring-uringan.

"Aneh," balas Pita sambil melepaskan pelukan Alvito yang melingkar di pinggangnya.

"ALVITO!!---ups! Maaf aku tidak tau," teriak Zacky saat melihat Alvito yang sibuk memeluk Pita dari belakang.

"Ada apa?" tanya Alvito bingung sedangkan Pita wajahnya sudah memerah.

"Bisakah kita bicara berdua saja?" tanya Zacky sambil menatap Pita.

"Aku akan kembali ke kamar," ucap Pita sambil membawa gaun yang Alvito berikan padanya.

"Ada apa?" tanya Alvito lagi.

"Sepertinya tunanganmu itu merencanakan sesuatu terlihat ia pergi bersama ibumu menuju kantor surat kabar," ucap Zacky.

Alvito mengerutkan keningnya. Surat kabar? Kenapa ibunya dan Cecilia pergi kesana? ada yang tidak beres dengan mereka berdua.

"Apa kau tau mereka melakukan apa?" tanya Alvito.

Zacky menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tau. Yang pasti kau harus berhati-hati Alvito. Aku rasa ini ada hubungannya dengan Pita," ucapnya.

Alvito mengangguk setuju. "Terima kasih sudah memberitahu tentang ini padaku," ucap nya.

"Bagaimana selanjutnya?" tanya Zacky.

Alvito terdiam sejenak. "Apa kau bisa memantau ibuku dan Cecilia?" tanyanya.

Zacky mengangguk. "Tentu saja, aku akan selalu membantumu," ucapnya.

Alvito tersenyum tipis, sepertinya ada yang tidak beres dengan ini. Ia harus mencari tau, ia takut jika ibunya akan melakukan sesuatu pada Pita.

"Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Zacky dibalas anggukan kepala Alvito.

"Alvito ingat, jangan gegabah," ucap Zacky.

"Aku tau," balas Alvito singkat.

Zacky pun keluar dari ruangan Alvito meninggalkan Alvito yang tampak gusar ditempat. Ibunya licik begitu pula Cecilia, mereka sama saja.

Tidak. Tidak ada yang boleh menyakiti Pita sekalipun ibunya. Ia tidak boleh gegabah sebelum ibunya melakukan sesuatu pada Pita.

"Tidak ada yang boleh menyentuh Pita," ucapnya.

∆∆∆

"Jadi kau akan pergi kesana?" tanya Revi.

Pita mengangguk. "Apa menurutmu aku terlalu kulot untuk pergi kesana?" tanyanya.

Revi menggeleng. "Tentu saja tidak. kalau begitu aku akan membantumu," ucapnya.

"Membantuku?" tanya Pita bingung.

Revi mengangguk dengan semangat. "Yap. Kau harus tampil sangat cantik disana. Aku akan mendandani mu," ucap nya.

"Aku sedikit ragu," ucap Pita.

Revi merangkul pundak Pita. "Apa yang membuatmu ragu? Kau cantik dan akan aku pastikan kau yang tercantik disana," ucapnya.

"Aku tidak yakin," balas Pita ragu.

"Hey, kau harus percaya diri. Jangan biarkan mereka mencemooh dirimu," ucap Revi. "Tenang saja aku akan membantumu,"

Pita tersenyum namun dalam hati ia merasa gusar entah apa itu. "Baiklah, tolong ya," ucapnya.

Revi menepuk dadanya dengan bangga. "Serahkan semuanya padaku. Akan aku jadikan kau seperti cinderella di pesta nanti," ucapnya.

Pita hanya tersenyum menanggapinya, semoga saja tidak terjadi apa-apa.

"Semoga saja," gumamnya.

Disisi lain...

Alvito tampak sibuk dengan dokumennya namun ia tidak bisa menyangkal firasatnya semakin tidak enak.

"Sampai mereka menyakiti Pita aku tidak akan tinggal diam," gumamnya.

Ceklek~

"Alvito," panggil Cecilia.

"Untuk apa kau kesini?" tanya Alvito tidak suka.

Cecilia tersenyum. "Aku hanya ingin memberi kabar baik dan buruk untukmu," ucapnya.

Alvito menatap tajam sedangkan Cecilia duduk santai di sofa tersebut membuat Alvito semakin muak pada gadis itu.

"Kabar baiknya adalah kau harus melepaskan Pita dengan sendirinya setelah itu kita akan menikah dan ibumu tidak akan mengganggu Pita," ucap Cecilia.

"Mimpi saja kau sana," ucap Alvito sambil menggertakan giginya. "Aku tidak akan melepaskan Pita,"

Cecilia mendengus kesal. "Dan kabar buruknya adalah kau akan kehilangan gadis itu karena ia akan pergi dengan sendirinya dari kehidupan mu," ucapnya.

Alvito mengepalkan tangannya. "Pergilah! Aku muak melihat wajahmu," ucapnya dingin.

Cecilia tersenyum tipis lalu berdiri. "Ingat Alvito pilihan ada di tanganmu. Dan bersiaplah untuk menerima kejutan dari ibumu," ucapnya.

"Kalau begitu aku pergi dulu," sambung Cecilia.

Setelah Cecilia keluar dari ruangan Alvito ia membanting barang yang berada diatas meja. Ia tidak akan membiarkan ibunya melakukan sesuatu pada Pita.

"Sialan!!" umpat Alvito.

"Tidak. Kau dan ibuku tidak akan bisa menyentuh Pita," ucap Alvito sambil mengepalkan tangannya.

"Dan aku tidak akan melepaskan Pita. Karena dia adalah milikku,"

∆∆∆
TBC

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang