Fio terkikik geli saat melihat Cecilia dengan dua temannya berteriak histeris saat banyak sekali tikus putih dan hewan menjijikan lainnya yang berada dikamar mereka.
Ia menatap kearah Pita yang tampak santai memakan camilannya. "Kau berhasil," ucapnya.
Pita terkekeh. "Tentu saja. Melawan orang jahat harus seperti itu," ucapnya.
"Baiklah saatnya untuk tidur. Besok sepertinya kita akan berhadapan dengan banyak gadis manja," ucap Fio.
Pita terkekeh, ia memegang dadanya yang terasa sesak. Perasaanya kembali tidak enak. Semoga saja tidak terjadi apa-apa padanya.
"Kau kenapa?" tanya Fio bingung.
Pita menggeleng. "Aku baik-baik saja. Jangan khawatir," ucapnya. Fio mengangguk paham.
"Ayo," ucap Fio sambil menggandeng tangan Pita. "Besok kau harus tampil sangat cantik,"
"Tidak perlu," tolak Pita dengan halus. Fio berdecak kesal.
"Tentu saja itu perlu," ucap Fio dengan tegas. "Besok kau akan bertemu dengan Alvito. Kau harus tampil dengan sempurna,"
"Kalahkan jalang-jalang itu," ucap Fio dengan berseru hebat.
Pita meringis sambil tertawa kecil. "Baiklah terserah padamu saja," balasnya.
"Tentu saja," Fio menepuk dadanya. "Aku akan membuat kau sangat cantik di pesta nanti. Bahkan mengalahkan mempelai wanita yang ada disana,"
"Jangan terlalu berlebihan," balas Pita.
"Tidak. Ini tidak berlebihan," ucap Fio.
"Akan aku pastikan jalang kecil itu kalah telak darimu. Percayalah padaku,"
Disisi lain...
"Bibi Elena?" tanya Alvito. Ia kembali memakai pakaian miliknya.
"Benar," ucap Xander.
"Kau mau kemana?" tanya Xander. Saat melihat Alvito mengambil kunci kendaraan.
"Pergi menyelidiki sesuatu," ucap Alvito. "Ada yang tidak beres,"
"Aku ikut," ucap Xander.
"Tidak. Kau tetap disini. Kembalilah," ucap Alvito. "Jika kau ikut semuanya akan berantakan,"
Xander memandang punggung Alvito yang mulai menjauh, ia berdecak kesal. Sepertinya semuanya akan kacau.
"Aku harus membantu Alvito," gumam Xander.
Xander menghubungi sepupunya. "Bagaimana?" tanyanya.
"Keluarga Pita baik-baik saja. Sepertinya mereka tidak menyentuhnya," ucap seseorang dari sebrang sana.
"Lalu, apa yang kau dapatkan lagi?" tanya Xander.
"Ada yang menarik. Sepertinya kau akan terkejut," ucapnya.
Kening Xander mengkerut. "Oh ya? Apa itu?" tanyanya sambil meminum wine miliknya.
"Gadis itu bukan anak kandung dari keluarga kecil itu," ucapnya.
Xander tersedak saat minum. "Tunggu. Apa maksudmu?" tanyanya.
"Sepasang suami istri itu mengadopsi Pita dari panti asuhan. Aku sudah mencari latar belakang sebenarnya dari gadis itu," ucapnya.
"Lalu?" tanya Xander dengan tertarik.
"Kau akan terkejut saat aku kirimkan semua data yang aku dapatkan dari sini," ucapnya sambil mematikan sambungan telepon.
Ponsel Xander kembali berdering. Ia membuka data tersebut dan membacanya dengan seksama. Ia terkejut bukan main.
"Oh god. Aku tidak percaya ini,"
∆∆∆
"Wow," decak kagum Fio saat melihat Pita keluar dengan gaun pilihannya yang berwarna biru muda dengan belahan dada tidak terlalu rendah. Lalu hiasan di pinggangnya. Terlihat sangat menawan.
"Bagus. Kau sangat cantik," ucap Fio sambil bertepuk tangan. "Baiklah. Sentuhan terakhir,"
Fio memasangkan anting mutiara setelah ia berdecak kagum kembali. "Ayo. Kita harus pergi. Jika tidak akan terlambat,"
"Ini terlalu berlebihan," ucap Pita karena bagian dadanya yang terasa ketat.
Fio menggeleng. Ia menarik tangan Pita. "Kau harus tampil sangat cantik," ucapnya.
Mereka pun memasuki mobil mewah tersebut langsung menuju tempat dimana pernikahan akan berlangsung.
"Aku yakin Alvito akan terpesona menatapmu," ucap Fio.
Pita menggeleng. Ia tidak ingin berharap jika pada dasarnya pria sombong itu akan menikah dengan tunangannya.
Akhirnya mereka pun sampai disambut dengan banyak wartawan dan kameraman.
"Ayo," Fio menggandeng tangan Pita.
Alvito membeku ditempat saat melihat Pita tampil begitu cantik dan sangat mempesona. Baiklah, ia kembali jatuh cinta pada gadis keras kepala itu.
Alvito berjalan mendekat lalu mengulurkan tangannya kearah Pita.
"May i?" tanya Alvito.
Fio menyerahkan tangan Pita lalu pergi menjauh sedangkan Pita nampak ingin memperoleh tangan Fio namun para wartawan menghalanginya.
"Ayo. Kau tidak ingin tersesat disini bukan?" tanya Alvito dengan lembut lalu memeluk pinggang Pita.
"Kau sangat cantik," bisik Alvito. Wajah Pita memerah.
"Apa yang kau katakan?" tanya Pita dengan wajah memerah.
Alvito terkekeh. "Aku dengar ada seorang gadis yang berani meletakkan tikus dan serangga lainnya di dalam kamar seseorang," sindirnya.
Pita memalingkan wajahnya. "Memangnya kenapa?" tanyanya.
Alvito memegangi pundak Pita. "Kau sangat berani dan berhasil membuatku jatuh cinta padamu lagi," bisiknya.
Pita terdiam. "Kau akan menikah dengan tunanganmu berhentilah mengatakan seperti itu," ucapnya.
"Kau tidak percaya dengan apa yang aku katakan padamu?" tanya Alvito.
Pita hanya diam tidak membalas. Ia hanya tidak ingin sakit hati. Baiklah ia akui bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada pria itu. Namun ia sadar bahwa dirinya hanya dari kalangan terbawah sedangkan pria itu seperti putra mahkota yang sangat kaya. Tidak mungkin.
"Aku akan membuktikannya padamu," bisik Alvito.
"Aku akan membuktikannya pada yang lain bahwa aku benar-benar mencintaimu dan tidak akan melepaskan mu hingga kapanpun,"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]
RomanceCOVER BY OBI ART Serumah dengan orang kaya yang sombong dan sialnya sangat tampan. Anugrah atau kesialan? Itulah yang di rasakan gadis yang bernama lengkap Pingkan Agustina biasa di panggil Pita oleh temannya. Gadis keturunan darah kental Jawa harus...