sembilan belas.

9.1K 615 25
                                    

"Aduh!" ringis Alvito, ia pun melepaskan tangannya dan terlihat bekas gigitan disana.

"Berani memelukku seperti itu?!" Pita mendengus kesal.

"Apa yang salah? Aku hanya memeluk kekasihku," ucap Alvito santai.

Pita menarik dasi baju Alvito hingga pria itu langsung menunduk kearahnya.

"Siapa yang menjadi kekasihmu? Aku? Tidak mau!" Pita mendorong tubuh Alvito.

Brandon menahan tawanya sedangkan Zacky nampak berusaha menyibukkan diri begitu pula dengan yang lain. Alvito mendengus ia pun menarik tangan Pita lalu menggendong tubuhnya.

"Yakk! Apa yang kau lakukan?" tanya Pita kesal.

"Menggendongmu apalagi?" tanya Alvito datar.

"Turunkan aku! Turunkan aku!" Pita nampak memberontak.

"Kau mau aku cium?" tantang Alvito membuat Pita langsung menutup mulutnya.

"Jangan macam-macam!" ucap Pita sambil menatap tajam.

"Kalau begitu menurut lah," ucap Alvito, ia pun membawa Pita menuju kamarnya.

Namun Alvito menghentikan langkahnya dan berbalik menatap adik sepupunya itu.

"Dan kalian kembalilah," ucap Alvito.

"What? Apa tidak ada ucapan terima kasih?" ucap Jack kesal. Alvito menoleh.

"Keluar!" ucap Alvito datar.

Zacky mencibir pelan. "Kami masih ingin disini, lagipula wanitamu sudah menjadi teman kami," ucapnya.

"Terserah," balas Alvito, ia pun melanjutkan langkahnya dan meninggalkan mereka berlima.

"Menurutmu apa yang akan dilakukan Alvito?" tanya Brandon penasaran.

"Adegan ranjang?" sahut Jack membuat Brandon menatap mendelik kearah Jack.

Devan memukul kepala Jack dengan kuat. "Pikiranmu kotor sekali," desisnya.

Jack hanya tertawa geli. "Menurutmu apa yang dilakukan sepasang kekasih didalam kamarnya?" tanya nya.

"Bermain game mungkin," balas Devan.

Jack menepuk pundak Devan. "Kau selalu berpikiran positif ya," ucapnya.

Devan mendengus kesal lalu menepis tangan Jack yang berada di pundaknya. "Kau saja yang selalu berpikiran kotor, Alvito tidak mungkin melakukan itu," ucapnya datar.

Brandon mengangguk setuju. "Alvito tidak sebrengsek dirimu," ucapnya pada Jack.

Jack mencibir kesal. "Terserah kalian saja," balasnya dengan ketus.

"Sudahlah, ini sudah malam. Aku ingin tidur," ucap Zacky sambil menguap.

Disisi lain...

"Apa kau tidak merindukanku?" tanya Alvito sambil membuka kancing bajunya satu persatu.

"Tidak," balas Pita singkat. Ia kini nampak tengah membelakangi Alvito.

"Benarkah?" goda Alvito, ia pun duduk diatas kasur.

"Diamlah," ucap Pita dengan ketus.

Alvito memeluk tubuh Pita dari belakang hingga membuat perempuan itu terkejut.

"Aku merindukanmu," bisik Alvito sambil mengeratkan pelukannya.

"Alvito," desis Pita. "Kau sudah memiliki tunangan, jangan seperti ini,"

Alvito mendengus, ia pun mengecup leher Pita. "Apa kau masih belum percaya dengan apa yang aku katakan waktu itu padamu?"

"Kau sudah memiliki calon istri, lalu aku harus berharap apa padamu?" ucap Pita kesal sambil melepaskan tangan Alvito yang melingkar di pinggang nya.

"Kau itu adalah orang yang begitu berpengaruh disini, aku tidak mau berharap apapun padamu,"

∆∆∆

Alvito menghisap rokok sembari memandang kearah luar jendela. Bagaimana caranya agar Pita percaya bahwa ia mencintainya?

Alvito menghela nafas pelan, ia sudah mendengar kabar dari sepupunya. Ibunya sudah mulai bergerak untuk mencelakai Pita, ia tidak bisa hanya diam saja.

Ponselnya pun berdering, Alvito melihat nama yang tertera disana. Nama ibunya, Alvito mendengus kesal.

"Hallo?" balas Alvito dengan malas.

"Aku tidak menyangka kau menyuruh sepupumu untuk menjaga perempuan miskin itu," balas Winda sambil terkekeh. Alvito mendengus, apalagi yang ingin dilakukan ibunya.

"Kau sangat mencintainya ya, sangat disayangkan sekali," sambungnya.

"Oh baguslah kalau ibu sudah tau," balas Alvito dingin.

"Kau tidak akan bisa melindunginya setiap saat Alvito," ucap Winda.

"Oh tentu, aku bisa menjaga wanitaku sendiri," balas Alvito sambil mengepalkan tangannya.

Winda tampak tertawa kecil diseberang sana. "Kau mengecewakan ku sayang," ucapnya.

"Benarkah? Aku merasa tersanjung," balas Alvito dengan santai.

"Aku akan tutup teleponnya," sambung Alvito.

"Aku akan menyingkirkan perempuan itu bagaimana pun caranya," ucap Winda membuat Alvito menggertakan giginya.

"Coba saja kalau ibu bisa menyakitinya," balas Alvito dingin. Ia pun memutuskan sambungan telepon tersebut.

Alvito membuang puntung rokok yang sudah ia matikan lalu berjalan mendekati kasur dimana Pita sudah tertidur pulas disana.

Alvito berdecak kesal. Ibunya sangat keras kepala, dan begitu licik ditambah keberadaan Cecilia yang berada di pihak ibunya membuatnya sedikit sulit untuk menangani mereka berdua.

Ia harus meminta bantuan sepupunya lagi agar mereka bisa menjaga wanitanya kembali. Rumit sekali, ibunya menentang apa yang ia lakukan tapi Alvito tidak peduli. Yang ia cintai hanya Pita bukan Cecilia.

Alvito langsung berbaring disamping Pita yang sedang membelakanginya, ia pun memainkan anak rambut Pita.

"Sulit sekali ya untuk memenangkan hatimu," gumam Alvito sambil mencium rambut Pita.

"Aku tidak akan menyerah," sambung Alvito.

Pita yang tampak terganggu tidurnya mulai menggerakkan tubuhnya menjadi berhadapan dengan Alvito. Alvito terkekeh melihat wajah Pita yang begitu polos saat tertidur, ia pun mengecup kening Pita.

"Mimpi indah," bisik Alvito sambil memeluk pinggang Pita dengan erat.

"Aku tidak akan pernah melepaskan mu," ucap Alvito sambil mencium pipi Pita.

"Aku akan melakukan apapun agar kau tetap berada di sisiku Pingkan Agustina,"

∆∆∆
TBC

Ada yg pengen gabung gc aku? Gak susah kok DM aja di wp boleh di Ig boleh bakal di seleksi yg bener2 mau gabung gc aku

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang