empat belas.

9.6K 607 22
                                    

Alvito menarik tangan Pita dan memasuki mobilnya, ia mengunci pintu mobil sebelum keluar menghampiri Bryan.

"Jauhi Pita, apa kau mengerti?!" ucap Alvito sambil menunjuk bahu Bryan.

"Kau tidak boleh kasar padanya." ucap Bryan sambil menepis tangan Alvito dari bahunya.

"Jauhi dia atau kau akan menerima akibatnya!" Alvito berbalik dan kembali memasuki mobilnya.

"Aku tidak takut dengan mu." ucap Bryan datar.

Alvito berbalik dan menyeringai. "oh, baguslah. Dengan mudah aku bisa menghabisi keluarga mu." ucapnya membuat tubuh Bryan menegang ditempat.

Lalu Alvito mulai menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat Pita memejamkan matanya sembari mencengkram sabuk pengaman miliknya.

"Vito!! Jangan gila!" bentak Pita.

"Gila? Cih!" Alvito menambah kecepatan mobilnya bahkan ia menerobos lampu merah.

"Vito! Jika kau ingin mati jangan mengajak ku!" teriak Pita. Gila! Pria ini tidak waras.

Akhirnya mereka pun sampai di mansion milik nya lalu Alvito kembali menarik tangan Pita memasuki mansion nya.

"Ada apa ini?" tanya Cecilia sambil menghadang.

Alvito menggeram marah. "pergilah dari hadapan ku!" ucapnya dingin.

"Alvito---akhhh!!" Alvito mendorong tubuh Cecilia agar menjauh darinya.

Pita berusaha memberontak namun dengan cepat Alvito menggendong tubuh Pita seperti sekarung beras.

"Vito!! Turunkan aku!!" teriak Pita sambil memukul punggung Alvito.

Saat di dalam kamar Alvito menghempaskan tubuh Pita di atas kasur.

"Aww!!" ringis Pita saat tangannya tidak sengaja mengenai dipan kasur.

Alvito mengurung tubuh Pita yang berada di bawahnya. "aku sudah bilang padamu jangan dekati pria mana pun." ucapnya.

"Apa hak mu melarang ku?" tanya Pita kesal.

"Oh, hak ku? Akan aku tunjukan apa hak ku padamu." Alvito menahan kedua tangan Pita diatas kepalanya.

"Apa yang akan kau lakukan?!" tanya Pita panik berusaha memberontak namun tangannya terikat dengan dasi oleh Alvito.

Alvito menahan kedua kaki Pita lalu ia mendekat kan wajahnya, bayangan Pita dekat dengan seorang pria membuat darahnya mendidih.

Tidak ada yang boleh mendekati Pita, tidak selain dirinya. Ia tidak peduli dengan statusnya yang menjadi tunangan Cecilia karena ia tidak mencintai wanita itu, melainkan dirinya sudah jatuh hati pada wanita yang sekarang berada di bawahnya ini.

"Alvito!! Jangan gila! Lepaskan aku!" Pita menatap takut kearah Alvito.

Alvito menatap tajam. "kau bertanya tentang hak ku bukan?" ucapnya sambil kembali mendekatkan wajahnya.

"Jangan---hmphh!!" Pita menatap melotot kearah Alvito yang sedang mencium bibirnya.

Alvito mulai mencium bibir Pita dengan perlahan membuat Pita menitihkan air mata nya, ia merasa tidak berguna di saat seperti ini.

Alvito yang merasakan jika Pita menangis ia mulai melepaskan ciumannya lalu menyatukan kening mereka.

"Setelah ini kau adalah wanita ku Pingkan Agustina."

∆∆∆

Alvito menatap kearah luar jendela lalu ia menghela nafas pelan, ia tidak bermaksud untuk menyakiti Pita bahkan menciumnya saja sudah berada di luar kendalinya.

Alvito melirik kearah Pita yang sudah tertidur dengan mata membengkak karena menangis, ia tau itu adalah ciuman pertama gadis itu.

Alvito mendekati ranjang nya lalu ia duduk di samping Pita, ia mengelus rambut surai Pita. Ia pun mengecup kening Pita.

"Maaf kan aku, aku tidak bermaksud untuk melakukan itu padamu." bisik Alvito.

Lalu Alvito menyelimuti tubuh Pita dengan selimut tebal dan memilih keluar dari kamarnya.

"Alvito." panggil Cecilia.

Alvito menoleh. "apa?" tanya nya.

"Apa yang terjadi?" tanya Cecilia.

"Bukan urusan mu." balas ketus Alvito. Ia pergi berlalu.

"Aku tunangan mu!" bentak Cecilia.

Prangg~

"Kau pikir aku peduli dengan pertunangan kita? Dari dulu aku tidak pernah memikirkan itu, apa kau paham kata-kata ku?" bentak Alvito sambil membanting vas bunga hingga pecah. Cecilia bergerak mundur menatap takut.

"K-kau keterlaluan." ucap Cecilia dengan mata berkaca-kaca.

"Keterlaluan?" Alvito tersenyum sinis. "kau pikir aku peduli?"

Alvito berjalan mendahului Cecilia namun suara perempuan itu membuat langkahnya terhenti.

"Kau pikir ibu mu akan membebaskan mu? Kita tetap akan menikah walaupun kau mencintai perempuan itu." ucap Cecilia sambil tersenyum sinis.

Alvito tertawa kecil. "ah ya, kau dan ibu ku adalah satu kelompok. Kau pikir aku akan termakan dengan ancaman klise itu? Cih!" dengusnya. Sebelum mendekati Pita, langkahi dulu mayatnya.

"Jangan lupakan keberadaan mu disini, kau hanya menumpang bukan menetap." sambung Alvito.

Cecilia menatap tidak percaya. "ibu mu pasti akan menghancurkan perempuan yang kau cintai itu." ucapnya dengan sinis.

Alvito menatap tajam. "oh, sebelum itu aku akan lebih dulu menghancurkan keluargamu." ucapnya dingin.

"Jangan lupa aku adalah pemilik saham terbesar nomor dua dan keluarga mu tidak ada apa-apa nya." sambung Alvito.

"Kau pikir aku akan kalah? No! Kau salah, karena disini aku akan memperjuangkan apa yang harus aku pertahan kan termasuk Pita." ucapnya dengan tegas.

"Aku tidak peduli jika ibu ku nanti akan menghapus nama ku dari ahli waris sialan itu! dari dulu aku tidak pernah membutuhkannya." Alvito membuang rokok miliknya.

"Kau sentuh saja dia, akan aku pastikan kau akan hancur di tangan ku Cecilia."

∆∆∆
TBC

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang