Regret Part 19

1.1K 132 1
                                    

Mereka sempat saling menatap satu sama lain sebelum Toji memutus kontak mata terlebih dulu. Toji membungkuk memberi hormat pada ayah Naoya. Pagi-pagi ketika ia datang ayah Naoya ternyata sudah ada disini.



"Kau punya nyali juga bekerja disini." ujar Zenin Naobito, ayah dari Naoya.



"Saya disini hanya bekerja Zenin-sama tidak ada maksud yang lain."



Naobito mengangguk. "Didik anakku menjadi orang yang bertanggung jawab."



Mata Toji terbelalak mendengar ucapan Naobito. Bukankah pria itu dulu melarang Toji dekat dengan Naoya? tapi kenapa sekarang ia seakan tidak masalah dengan kehadiran Toji disini?



"Sebagai ayah aku hanya menginginkan yang terbaik untuk anakku. Aku sudah mengetahui semuanya." ujar pria paruh baya itu seraya menghisap rokok miliknya. "Dulu aku bersikeras, menyangka karena keberadaanmu yang membuat anakku selalu terlibat masalah. Aku baru tau kau yang selalu menjaganya. Aku baru mengetahuinya setelah kepergianmu."



"Saya sudah tidak mempermasalahkan hal itu Zenin-sama." balas Toji mencoba sopan. Untuk sopan santun sebenarnya Toji tidak terlalu mampu melakukannya dengan baik, tapi karena pekerjaan ia mencoba belajar menjadi lebih sopan.



"Kau boleh melakukan cara apapun agar anakku jadi lebih disiplin dan bertanggung jawab. Jika kau tidak bisa melakukannya katakan selamat tinggal pada pekerjaanmu." ujar Naobito sebelum berjalan meninggalkan Toji. Ia mungkin akan merokok di taman belakang.



Toji sendiri berjalan menuju kamar Naoya. Diketuknya pintu dan jawaban yang ia dapat dari dalam kamar tuan mudanya hanya gumaman tidak jelas. Toji mencoba membuka pintu, ternyata tidak dikunci.



Ketika masuk Toji bisa lihat tuan mudanya itu masih tidur. Wajah tidur Naoya membuat Toji terdiam beberapa saat. Dulu ia selalu menyukai wajah damai Naoya ketika tertidur.





Flashback





"Hei anak manja! Serahkan uangmu sekarang!" Seorang remaja yang cukup bongsor mendorong tubuh remaja lain sampai jatuh. Remaja yang memang tidak pandai berkelahi hanya bisa diam, melawan pun ia akan semakin disakiti.



"Dasar anak manja payah haha--"



Buagh



Remaja bongsor itu jatuh tersungkur setelah ia dipukul oleh remaja lain yang baru saja datang.



"Bos! " seru teman dari remaja bongsor itu.



"Dia mangsaku, jangan sesekali menyentuhnya." ujar remaja berambut hitam yang baru saja datang. Ada bekas luka di bibir remaja tersebut.



"B-baik!"



Orang-orang itu kabur dan meninggalkan si korban dan si penyelamat.



"Oi kau sebaiknya bawa pengawal kedepannya. Kau anak orang kaya kan?"



Remaja berambut hitam dengan kacamata bulatnya itu terdiam sesaat.



"Hm? ada apa? "



"A-ah tidak. Terima kasih."



Remaja dengan luka di sudut bibirnya itu mendengus. "Cepatlah pulang."



Remaja dengan kacamata bulatnnya itu menahan tangan remaja yang lebih tua. "Bisakah kau menemaniku pulang? aku tidak mau dihadang lagi oleh mereka."



RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang