Ketika telah merasa baikan dan kembali sekolah suasana masih saja tetap sama. Ia dibully, Sukuna juga masih menyebalkan dan suka cari gara-gara. Berita terburuknya Gojou Satoru yang selalu menjadi penyelamat Megumi cuti selama satu minggu karena kematian neneknya. Kini tidak ada yang bisa melindungi Megumi, hanya ada Yuuji dan Nobara tapi Megumi tidak mau ambil resiko dengan melibatkan kedua sahabatnya itu. Megumi sebisa mungkin menghindar dari mereka demi kebaikan mereka juga.
"Hei lihat! Si kutu buku lewat! Ayo kita main-main dengannya!" seru seorang siswa yang kini sudah memegangi kerah leher seragam Megumi.
Megumi sudah pasrah jika ia akan mengalami hal buruk lagi kali ini. Ia hanya bisa diam, membiarkan dirinya dipukul dan siap dimarahi sang ayah ketika melihat wajahnya penuh dengan memar saat pulang nanti.
"Oi apa kalian sepengecut itu melawannya beramai-ramai?" tanya sosok pemuda tinggi yang kini melipat tangannya di depan dada, menyaksikan bagaimana Megumi dikeroyok lima orang sekaligus.
"O-okkotsu se-senpai?!"
Pemuda itu tersenyum kalem tapi kesannya malah mengerikan. "Kalau dia mau kalian bisa habis di tangannya dalam waktu kurang dari lima menit." ucap pemuda itu lagi. Ia pun memperlihatkan smartphonenya pada anak-anak itu, menampilkan video Megumi dan Sukuna yang berkelahi di pinggir jalan. Pemuda itu tampaknya berada disana saat Megumi dan Sukuna berkelahi lalu merekam kejadian tersebut.
Beberapa anak itu meneguh ludah karena yang mereka tau Ryoumen Sukuna itu adalah siswa yang tangguh dan selalu menang dalam perkelahian namun di video itu baik Sukuna maupun Megumi tampak imbang.
"Kalian tetap tidak mau melepaskannya? Atau kalian ingin coba rasa tanganku bagaimana saat menghantam wajah kalian?" tanya Okkotsu Yuuta, nama pemuda yang sedari tadi mencegah anak-anak itu menyakiti Megumi lagi.
"M-maafkan kami senpai!!"
Yuuta menggelengkan kepalanya melihat anak-anak itu. Beraninya cuma menindas orang yang tidak mau melawan.
"Kau tidak apa-apa Megumi?"
Megumi menggeleng dan menerima uluran tangan Yuuta. "Terima kasih Okkotsu-senpai."
"Wajahmu ada memarnya, ayo obati dulu." ujar Yuuta lalu menarik tangan Megumi menuju UKS.
Di UKS Yuuta mengobati luka-luka di wajah Megumi. Awalnya Megumi tidak mau namun Yuuta tetap memaksa agar Megumi mau diobati olehnya.
"Sekali lagi terima kasih senpai." ucap Megumi ketika Yuuta telah selesai mengobatinya.
"Tidak usah berterima kasih. Ini bahkan belum cukup membayar rasa terima kasihku karena kau pernah menyelamatkan Toge."
Dua minggu lalu Megumi memang sempat menyelamatkan Inumaki Toge, salah satu kakak kelasnya yang dihadang beberapa orang. Mereka mencegatnya karena dendam pada Yuuta yang notabene adalah kekasih dari Toge, saat itu Yuuta memang tidak bersamanya karena ada kegiatan club dan Megumi yang kebetulan lewat membantunya melawan orang-orang itu.
"Ayo kembali ke kelas." ajak Yuuta kembali mengajak Megumi ke kelasnya. Selama perjalanan tidak ada yang berani mengganggu Megumi karena ada Yuuta disampingnya. Hal itu tentu menguntungkan bagi Megumi namun dibalik semua itu ada satu sosok yang sangat kesal akan kedekatan mereka saat ini. Dia adalah Sukuna.
"Setelah Gojou sekarang Okkotsu sialan itu huh?" ujar Sukuna dengan tangan yang terkepal erat.
.
Saat istirahat makan siang Toji akan mampir ke kedai tidak jauh dari tempatnya bekerja jika Megumi tidak sempat memasak. Hanya kedai ramen biasa yang berada di pinggir jalan namun masalah rasa tidak perlu diragukan. Ia pun duduk dan memesan tonkotsu ramen.
"Paman saya pesan sama seperti yang orang ini pesan ya."
Toji menoleh kesamping dimana kini pria berambut emas itu duduk tepat disampingnya. Pengunjung lain sampai menatapnya aneh karena seorang pria dengan setelan jas malah makan di kedai kecil seperti ini.
"Sepertinya menu di tiga restoranmu cukup banyak dan kau malah makan di tempat seperti ini." ujar Toji menatap malas pria disampingnya ini.
"Aku bosan makan itu-itu saja, tidak ada salahnya mencoba menu baru bukan?" balas Naoya seraya memperhatikan kedai ramen yang ia kunjungi.
"Kebiasaanmu memang memperhatikan suatu bangunan ya."
Naoya tertawa. "Ya itu memang benar."
Terjadi keheningan sampai ramen yang mereka pesan telah tiba. Mereka pun memakan pesanan masing-masing.
"Ini enak juga." ucap Naoya yang baru menyicipi kuahnya saja. Matanya berbinar seakan ia baru pertama kali mencicipi makanan ini.
"Tipe sepertimu aku yakin jarang memakan makanan seperti ini." balas Toji yang agak heran melihat Naoya begitu lahap memakan ramennya.
"Aku memang jarang memakannya." balas Naoya setelah menelan makanannya. Bibirnya sampai belepotan entah karena memang lapar atau karena rasa ramen itu enak.
"Kau seperti tidak makan selama tiga hari saja." Toji meraih tisu lalu mengelap bibir Naoya dengan agak kasar.
Walaupun caranya kasar tetap saja Naoya merasa malu dengan apa yang Toji lakukan. Wajahnya sedikit bersemu melihat bagaimana Toji menatap malas noda yang ada di bibirnya.
"Aku yakin orangtuamu akan marah jika melihat cara makanmu seperti ini." ujar Toji tiba-tiba sehingga Naoya tersadar dari lamunannya menatap wajah Toji cukup lama.
"Ya mereka pasti marah tapi aku ingin sesekali menikmati hidup seperti orang biasa pada umumnya."
Toji tau betul tabiat orangtua Naoya. Dulu Naoya masih duduk di kelas tiga sekolah menengah pertama dan Toji kelas tiga sekolah menengah atas saat mereka dekat itupun rambut Naoya hitam bukan emas seperti sekarang. Dulu Naoya juga memakai kacamata dan sekarang ia tidak memakai kacamata lagi, wajar Toji hampir melupakannya.
"Menjadi orang kaya dan dari keluarga terpandang tidak seindah bayanganku, kau dituntut melakukan sesuatu yang tidak kau sukai dan segala sesuatu harus kau lakukan dengan sempurna."
Naoya mengiyakan perkataan Toji. "Yah aku ingin menjadi orang biasa saja kalau bisa, menjadi seperti ini merepotkan." Naoya melonggarkan dasi yang ia pakai, tentu saja ia kepanasan disini mengingat ia terbiasa berada di ruangan ber-AC.
"Jika sudah selesai sebaiknya kau kembali." Toji yang telah selesai menyantap makan siangnya hendak beranjak namun lengannya ditahan oleh Naoya.
"Hm? Kenapa?" tanya Toji.
"Aku masih ingin tau, kenapa kau tiba-tiba pindah tanpa memberi kabar padaku? Apa karena perkataan orangtuaku saat itu?" tanya Naoya seraya menatap Toji dengan tatapan sendu.
Toji terdiam. Setelah suatu permasalahan di masa lalu ia ingin sekali melupakan pria ini namun setelah ia hampir melupakannya kenapa pria ini malah datang lagi dalam kehidupannya? Toji bahkan menikah dan telah memiliki seorang putra, tapi setelah melihat pria ini lagi entah kenapa ia yang biasa mengingat istrinya yang telah tiada malah melupakan sejenak istrinya karena pikirannya telah diisi oleh Naoya, cinta pertamanya.
T
B
C
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Historia CortaDidikan keras Toji pada Megumi mendatangkan penyesalan dari Toji di kemudian hari. Sukuna yang kerap kali menjadikan Megumi target bully juga menyesali perbuatannya. Itu hanya karena mereka melihat air mata Megumi untuk pertama kalinya