Pagi ini aura yang dikeluarkan oleh Megumi lebih hidup dari biasanya. Wajahnya memang tetap memasang ekspresi yang sama seperti biasa namun binar mata dari pemuda berambut hitam tersebut kini terlihat lebih 'hidup'.
"Sepertinya ada yang sedang bahagia." ucap Satoru yang kini menyamakan langkahnya dengan Megumi.
"Aku biasa saja sensei." balas Megumi.
"Apa yang terjadi? kau bisa cerita pada kakakmu ini."
Berhubung mereka datang terlalu pagi maka Megumi pun menceritakan apa yang membuat moodnya bagus pagi ini pada Satoru. Ia menceritakan betapa baiknya keluarga Itadori ketika ia berkunjung dan perubahan sikap ayahnya yang kini lebih lembut terhadap dirinya.
"Aku bahagia kalau Megumi bahagia. Lalu? Megumi pilih siapa?" tanya Satoru
"Eh?"
"Yuuji dan Sukuna, kau pilih siapa Megumi? kau tidak bisa seterusnya menggantung perasaan mereka." ucap Satoru. Tadi Megumi juga sempat menceritakan tentang ibu dari Yuuji dan Sukuna yang bilang mereka menyukai dirinya pada Satoru.
"A-aku..."
"Ah sudah mau bel sebaiknya kita bergegas." Satoru menarik tangan Megumi untuk membantunya bangun dari posisi duduknya. Mereka pun ke tujuan masing-masing, Megumi ke kelas dan Satoru ke ruang guru.
Ketika jam pertama, kelas Megumi hanya mengerjakan tugas sementara guru yang mengajar keluar dan katanya akan kembali saat jam pelajarannya telah selesai. Megumi selesai lebih awal karena itu ia hanya menopang dagu di meja.
"Megumi kau melamun." ucap Yuuji yang ada di sampingnya.
"Yuuji.. kau sudah selesaikan tugasnya?"
"Tentu, berkat kau mengajariku aku jadi selesai lebih awal. Terima kasih ya." Yuuji mengusap-usap kepala Megumi, membuat wajah pemuda itu sedikit memerah.
Jika diingat kembali awalnya Megumi hanya menganggap Yuuji adalah sahabat baiknya namun ketika ia mengetahui Yuuji menyukainya bukan sebagai sahabat, perlahan Megumi juga merasa perasaannya pada Yuuji juga sama seperti apa yang pemuda Itadori itu rasakan. Yuuji selalu ada di sisinya membuat Megumi selalu merasa nyaman ketika diperhatikan bahkan dianggap berharga oleh pemuda tersebut.
Lalu Sukuna. Sampai sekarang ia belum bisa merasakan apapun ketika berada di dekat pemuda tersebut. Sebenarnya itu wajar saja karena Sukuna pernah membuatnya menderita sebelum ini.
Apa Megumi terima Yuuji saja ya? tapi Sukuna? apa pemuda itu tidak akan tersinggung ketika Megumi memilih Yuuji?
"Kau melamun lagi Megumi."
Ucapan Yuuji membuat Meguki tersentak kaget.
"Apa yang kau pikirkan? kau bisa cerita padaku siapa tau aku bisa bantu." ucap Yuuji.
"Aku memikirkanmu Yuuji." ucap Megumi tanpa sadar.
"Eh?!" Yuuji tentu saja kaget akan jawaban Megumi, perlahan wajah Yuuji memerah.
Seakan baru menyadari ucapannya, Megumi menutup mulutnya. Perlahan wajahnya juga memerah, merasa malu dengan Yuuji.
"M-maaf Yuuji."
"T-tidak perlu minta maaf."
Megumi mencoba menetralkan detak jantungnya. "Yuuji temui aku di atap pulang sekolah nanti ya, ajak Sukuna juga." ucap Megumi. Tekadnya sudah bulat, ia akan segera menyelesaikan ini. Ia tidak mau menggantung perasaan orang lain lebih lama.
"Uhm baiklah."
Ketika jam pulang, Megumi pergi lebih dulu ke atap sekolah. Ia menunggu dua orang yang ia minta datang kesini.
Satu menit menunggu, Yuuji dan Sukuna datang secara bersamaan. Mereka menghampiri Megumi yang berdiri di pagar pembatas atap.
"Ada apa kau memanggil kami berdua kesini Megumi?" tanya Yuuji.
"Aku ingin menentukan pilihanku." ucap Megumi. Ia berusaha agar tidak gugup ketika bicara.
Sukuna dan Yuuji terdiam.
"Aku tidak mau menggantung perasaan kalian lebih lama jadi aku akan katakan..." Megumi menarik nafas lalu menghembuskan nafasnya perlahan. "Sukuna.."
"... maafkan aku tapi aku mencintai Yuuji, maafkan aku." ucap Megumi. Ia menatap Sukuna dengan tatapan bersalah.
Sukuna menggigit bibir bawahnya, ia tau Megumi sudah pasti tidak memilihnya mengingat apa yang dulu pernah ia lakukan pada pemuda tersebut.
Yuuji menatap Megumi dengan tatapan tak percaya. Benar kan Megumi membalas perasaannya? rasanya seperti mimpi saja ketika perasaannya terbalas.
Sukuna menatap Yuuji, ia kemudian berbalik meninggalkan atap. Sebelum itu Sukuna menepuk bahu Yuuji lalu mengatakan sesuatu yang mampu membuat rasa bersalah Megumi makin besar.
"Jaga Megumi untukku Yuuji, cukup aku saja yang menyakitinya jangan sampai ada yang menyakitinya lagi." ucap pemuda tersebut sebelum benar-benar meninggalkan atap.
Megumi kemudian menghampiri Yuuji. Kepalanya menunduk.
"Megumi..." Yuuji meraih tangan Megumi kemudian mengecup punggung tangan pemuda tersebut, membuat wajah Megumi memerah.
"Terima kasih telah memilihku Megumi." Yuuji kemudian mengangkat dagu Megumi. "Aku akan mengatakannya lagi, Megumi aku mencintaimu. Jadilah kekasihku Megumi."
"I-iya Yuuji, aku juga mencintaimu."
Yuuji tersenyum lembut. "Boleh aku menciummu?"
Megumi mengalihkan tatapannya kearah lain karena malu, wajahnya makin merah. "Boleh."
Siang itu di atap sekolah, Yuuji mencium bibir Megumi. Siang itu ada dua insan yang kini bersatu atas dasar cinta dan satu insan yang patah hati karena bersatunya dua insan tersebut.
"Sukuna kenapa kau masih disini?"
Sukuna menoleh keasal suara, disana ia lihat pemuda berambut putih sebahu yang merupakan sahabat baiknya.
"Aku ada urusan tadi sedikit Ume."
"Souka. Bagaimana kalau pulang bersama? aku belajar resep masakan baru kau wajib menjadi pencicip pertama." ucap pemuda itu.
Sukuna tersenyum kecil. "Baiklah ayo ke rumahmu."
Dua pemuda itu pun pulang bersama, Sukuna mungkin harus melupakan Megumi mulai dari sekarang. Mungkin dengan menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya adalah opsi terbaik.
.
Penyesalan selalu datang terlambat maka dari itu sebelum bertindak, sebelum bicara alangkah baiknya dipikirkan lebih dulu. Sukuna dengan penyesalannya kini hanya mampu melihat orang yang ia cintai bahagia bersama saudaranya.
Lalu Toji, ia juga menyesal akan perbuatannya dulu pada Megumi. Ia memang menyesal akan kesalahannya dan kini ia telah memperbaiki semuanya. Ia juga menyesal dulu meninggalkan Naoya tanpa mengucapkan sepatah kata pun namun kini ia bahagia karena pria itu masih menunggunya. Alasan mereka kini bersama dan mungkin akan segera melangsungkan pernikahan karena telah mendapat ijin dari Naobito yang merupakan ayah Naoya.
Lalu Satoru, untuk saat ini ia tidak merasakan penyesalan apapun. Ia sebenarnya sosok yang egois namun ada Suguru yang selalu menjadi rem untuknya ketika ia mulai melakukan dan bicara hal yang tidak seharusnya. Berkat Suguru, tidak ada hal yang bisa Satoru sesalkan. Selama ada Suguru, baginya semua akan baik-baik saja.
E
N
DHai minna, makasi udah mengikuti book ini dari awal sampai akhir. Jujur udah mentok banget ide buat lanjutin book ini jadi aku rasa cukup sampai disini aja.
Makasi banget dukungan kalian selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Cerita PendekDidikan keras Toji pada Megumi mendatangkan penyesalan dari Toji di kemudian hari. Sukuna yang kerap kali menjadikan Megumi target bully juga menyesali perbuatannya. Itu hanya karena mereka melihat air mata Megumi untuk pertama kalinya