Regret part 4

2.6K 337 16
                                    

Hari telah menjelang sore dan Megumi belum makan sama sekali. Ia bisa saja ke dapur untuk memasak namun sialnya ternyata bahan makanan telah habis. Tadi siang ia tidak jadi memasak karena itu ia tidak tau bahan makanan habis. Jika ia keluar dan kebetulan bertemu ayahnya pasti ia kena marah karena sang ayah telah menyuruhnya diam di kamar untuk istirahat tapi ia malah keluar rumah. Jadi ia daritadi menunggu sang ayah kembali untuk meminta ijin.



Ceklek


Toji masuk ke kamar Megumi. Di tangannya ia membawa bungkusan dan langsung ia serahkan pada putranya tersebut. "Makanlah dulu Megumi, setelah itu minum obat." ucap Toji pada putranya.


"Ayah sudah makan?"


Toji mengangguk.


"Bagaimana keadaanmu Megumi-kun?" suara lain terdengar bersamaan dengan kehadiran pria berambut emas di kamarnya.


Megumi tersentak dan spontan bangun dari posisi berbaringnya. "Zenin-san?! Apa yang anda lakukan disini?!" seru Megumi tanpa sadar meninggikan nada suaranya. Siapa yang tidak akan terkejut melihat sang atasan kini berada di kamarnya.


"Kau istirahat saja, aku hanya mengunjungi kawan lama." ucap Naoya seraya memperlihatkan senyum rubahnya.


"Kalian saling kenal?" tanya Megumi.


"Tentu saja! Toji itu--"


"Dulu dia adalah anak yang sering dibully di sekolah. Entah kenapa aku merasa iba dan sering membantunya." potong Toji dengan cepat sebelum Naoya sempat bicara.


"Ah begitu rupanya."


"Naoya kau sebaiknya diam di ruang tamu dan kau Megumi segera habiskan makanannya dan minum obatmu." ucap Toji sebelum mendorong Naoya keluar dari kamar putranya.


"Toji santailah sedikit!"


"Diam dan jalan saja, dasar rubah."

.


Naoya kini berada di ruang tamu. Ia duduk santai seakan rumah ini adalah rumahnya sendiri. Ia memperhatikan setiap sudut ruangan dan itu sepertinya cukup menarik untuk ia lakukan guna mengusir rasa bosannya.


"Aku tau ruangan ini bahkan lebih sempit dari kamar mandimu dan luas rumah ini tak melebihi luas bagasi mobilmu." ucap Toji.


Naoya tertawa mendengar perkataan Toji. "Aku tidak berpikir seperti itu Toji-senpai. Rumahmu memang kecil tapi dekorasi dan perabotanmu tertata dengan apik. Bagian depan rumahmu juga tanamannya terawat dengan baik." ucap Naoya mengomentari rumah Toji.


Toji menghela nafas. "Kenapa setelah makan kau tidak langsung pulang saja? Orangtuamu pasti mencarimu kemana-mana."


"Siapa yang peduli." balas Naoya acuh.


"Naoya sebaiknya kau pulang. Aku tidak mau terlibat masalah dengan orangtuamu lagi."


Wajah Naoya berubah cemberut. "Kau ini membosankan."


"Kalau tau membosankan tinggalkan aku sekarang."



"Baiklah. Tapi aku akan datang lagi besok dan besoknya lagi kesini." balas Naoya sebelum beranjak pergi dari ruang tamu. Toji tidak mau repot bahkan sekedar hanya untuk mengantar Naoya sampai pintu depan.


.


Sukuna melihat smartphonenya berkali-kali. Ada satu kontak yang diam-diam ia simpan. Ingin menghubungi tapi gengsi dan lagi, apa yang akan ia katakan jika ia menghubungi Megumi? dan Megumi pasti akan bertanya darimana ia bisa mendapatkan nomer Megumi.


RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang