Regret : Humor version

5.6K 723 174
                                    

Dalam waktu beberapa bulan ini mungkin adalah sebuah ujian untuk Toji. Anak laki-laki satu-satunya yang ia punya kini diincar oleh iblis dalam wujud manusia yang tak lain adalah Sukuna. Akhir-akhir ini Sukuna menunjukkan rasa ketertarikannya pada Megumi. Berbagai cara Sukuna lakukan untuk menaklukkan putranya tersebut.

Diawali dengan dua minggu lalu Sukuna mengirim sebuket bunga pada Megumi lalu seminggu lalu Sukuna datang membawa dua ekor anjing berbulu hitam dan putih, katanya anggap anjing-anjing itu anak mereka dan Megumi yang memang menyukai anjing mau merawat mereka. Nama anjing mereka Kuro dan Shiro. Tak sampai disana, kemarin Sukuna juga datang ke rumah mengajak Megumi jalan-jalan dan tentu mendapat tolakan keras dari Toji.

"Dasar setan." Toji mengumpat dan membuat Megumi yang berada disebelahnya menghela nafas.

"Ayah jangan mengumpat setan jika sifat ayah juga hampir sama dengan setan itu." Megumi berujar dengan berani. Persetan ia dihukum atau bagaimana karena ayahnya sama bejatnya dengan Sukuna. Bejatnya sang ayah saat itu karena meminta Megumi untuk memakai pakaian maid lebih lama dengan alasan Toji merindukan istrinya. Megumi tentu menolak dan mogok makan setelah adu mulut dengan ayahnya.

"Megumi kau tidak boleh seperti itu pada ayah sendiri ya. Jangan jadi anak yang nakal." Toji menepuk kepala Megumi beberapa kali, membuat Megumi merengut kesal.

"Ayah semenjak aku pakai pakaian seperti itu ayah selalu memperlakukan aku seperti perempuan!"

"Karena Megumi cantik."

"Ap--"

"Megumi jadi mirip ibu kan."

Ah kalau seperti ini Megumi jadi luluh juga. Ayahnya begitu merindukan sosok sang ibu sehingga Megumi jadi objek sasaran karena sedikit mewarisi wajah cantik sang ibu.

"Ayah sepertinya ayah memerlukan dokter."

"Ayah kan tidak sakit Megumi."

"Ayah sakit jiwa."

"Megumi jahat😔"

Megumi menghela nafas lalu beranjak menuju jendela yang berada di lantai dua. Disibaknya tirai jendela dan tidak ia sangka ia menemukan seonggok setan di luar sana. Si setan itu tersenyum dan mengangkat papan yang berisi tulisan ala cakar ayam. Tulisannya walaupun sulit dibaca tapi Megumi masih memiliki mata yang bagus membaca tulisan 'i love you my lady boy' itu.

"Hei pergi dari rumahku!" Toji berseru dan melempar sepatu safety miliknya tepat mengenai wajah Sukuna. Bisa dibayangkan betapa nikmat rasanya berciuman dengan sepatu tebal bergerigi dengan bau yang radiusnya mencapai 3 meter tersebut.

"Sepertinya aku lah yang memerlukan dokter kejiwaan." Megumi lelah dengan drama India yang dibuat oleh Toji dan Sukuna karena ia lah tokoh prontagonis yang teraniaya disini. Layaknya sosok istri ind*s*@r yang penyabar Megumi hanya bisa menangis membayangkan betapa kejamnya ayah dan Sukuna terhadap dirinya. Yah hidup Megumi memang penuh drama, untunglah Sukuna dan Toji tidak pernah mendapat karma dari kelakuan mereka. Jika itu sampai terjadi maka akan tercipta drama lagi dengan akhir tragis dari sang tokoh antagonis yang terkena azab atas perbuatannya.

"Megumi nanti coba pakai pakaian maid itu sambil berlarian di taman bunga."

Megumi segera berganti pakaian yang awalnya hanya memakai kaos tipis dan celana pendek itu dalam waktu sekejap. Sepertinya ia akan pergi karena memakai jaket dan membawa dompetnya.

"Mau kemana Megumi?"

"Dokter kejiwaan."

Segera Megumi berlalu meninggalkan Toji yang otaknya masih loading tersebut.




.

.

.

.

Sebenarnya niatan Megumi bukanlah  ke dokter kejiwaan seperti apa yang ia bilang. Hari ini ia ada janji dengan Itadori dan Junpei mau ke game center. Daripada meladeni ayahnya yang saat ini libur dan menyebalkan di rumah lebih baik Megumi pergi bersama teman-teman yang tidak mau ia akui itu.

"Kenapa kau yang disini sialan.." Megumi menepuk dahinya ketika yang ia temui di tempat perjanjiannya dengan Itadori malah Sukuna.

"Adikku yang bodoh dan tidak ada gunanya itu setidaknya bisa bermanfaat untuk saat ini." Sukuna menggandeng tangan Megumi namun Megumi malah lepas lagi karena daripada disebut menggandeng Sukuna malah seperti menyeretnya.

"Nanti aku belikan mochi untukmu."

"Berapa?"

"Sepuasmu."

Kini berbalik Megumi lah yang menyeret Sukuna.

"Dasar matre."

"Aku bahkan belum meminta sebuah apartemen, dasar payah."

Sukuna mengelus dada. Dulu jika Megumi membalas apa yang ia katakan atau lakukan pasti berujung pada pertarungan gulat diantara keduanya. Sekarang mungkin akan berubah menjadi petarungan gulat di ranjang😏

"Nanti aku belikan apartemen."

"Kapan?"

"Jika kau berkunjung ke rumahku, sudah lama aku tidak main monopoli."

"Dasar payah."

"Bicara seperti itu lagi aku akan menciummu."

"Baiklah aku juga akan balas menciummu, pakai sepatu safety milik ayah."

Maaf Sukuna tidak mau lagi merasakan rasa sepatu Toji. Mencium baunya saja bagai tertimbun bangkai tikus yang didiamkan ratusan tahun.

.

.

.

Selesai memenuhi keinginan Meguminya Sukuna pun menarik tangan Megumi menuju kuil. Mereka jalan-jalan dan seperti remaja pada umumnya mengambil gambar dan selfie. Sukuna gemas sekali melihat Megumi yang malu-malu saat difoto maupun saat selfie.

"Megumi.."

"Sepertinya aku sudah memperingatkanmu tidak memanggilku dengan nama itu."

"Megumi adalah nama yang manis dan itu cocok untukmu karena kau manis."

Megumi berdecih dan memalingkan wajahnya yang kesal.

"Mau mochi lagi?"

"Mau."

"Cium dulu tapi.."

Megumi langsung meninggalkan Sukuna dan pemuda itu pun langsung menyusul sang pujaan hati.

"Megumi tunggu!"

"Tidak mau."

"Megumi kau mau kemana?"

"Pulang.."

"Megumi tunggu kubilang!" Sukuna menarik tangan Megumi lalu menatap mata dengan bulu mata lentik tersebut.

"Apa lagi sih?! Aku mau pulang!"

"Aku tau kau mau pulang makanya kubilang tunggu!"

"Untuk apa menunggumu?! Pergi sana!"

"Jelas kau harus menungguku! Kau bahkan salah jalan daritadi!"

Megumi diam

"Jalan yang kau lalui malah mengantarmu lebih jauh dari rumahmu."

Megumi masih diam

"Itulah resiko jika kebanyakan rebahan di tempat tidur!"

Megumi masih diam

"Tapi kalau keluyuran bahaya juga sih, nanti kau diculik om-om."

"Enyahlah Sukuna!"

Oke mereka sekarang bergulat di pinggir jalan dan jadi tontonan orang. Beberapa orang ada yang foto dan videokan aksi mereka, mungkin besok akan tersebar di media sosial dan mungkin jadi trending topik.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang