Regret Part 24

958 109 3
                                    

Ia pikir dengan mencari ke rumah pria tersebut maka Naoya akan menemukannya, nyatanya Toji tidak ada di rumah. Pintu dalam keadaan terkunci dan tidak ada tanda-tanda jika rumah ini ada penghuninya.



"Kemana aku harus mencarinya sekarang?" ujar Naoya. Tau begitu ia tidak ganti pakaiam dulu tadi. Jika ia langsung bergegas mencari mungkin ia akan menemukan Toji.



"Aku coba tanya Megumi saja, mungkin Toji menghubunginya."



Namun ketika Naoya menghubungi Megumi, pemuda itu menjawab ia tidak tau. Awalnya Megumi tidak mengangkat telfon mungkin karena pelajaran masih berlangsung atau ia masih mengikuti kegiatan club. Naoya pun menghubungi Satoru untuk meminta Megumi menelfonnya balik.



"Kemana aku harus mencarinya? ke kedai ramen itu lagi? sepertinya tidak mungkin."



Naoya yang bingung mau mencari Toji dimana memutuskan untuk pergi ke kantor terlebih dulu. Jika Naobito makin marah padanya karena ia tidak kembali ke kantor, ia tidak mau hubungannya dengan Toji dibatasi lagi. Setidaknya walaupun Toji sudah tidak bekerja padanya ia tetap bisa menemui pria tersebut.



Sesampainya di kantor tampak di dalam  tidak ada orang, di lobi tidak ada orang Naoya bisa maklumi, mungkin ada keperluan jadi ditinggal sebentar. Ia datang ke ruangannya juga tidak ada orang, ini sedikit aneh mengingat ini masih jam kerja belum jam pulang.



"Kemana semua orang?" gumamnya lalu ia pun memeriksa ruangan terakhir yang belum sempat ia periksa, yaitu ruang meeting. Ruang meeting adalah ruangan yang luas di kantor ini, mungkin saja mereka berkumpul disana untuk membahas sesuatu tapi kenapa ia tidak tau apa-apa ya? Biasanya jika ada meeting walaupun dadakan pasti Naoya akan diberitahu.



Ketika pintu dibuka Naoya...



"Otanjoubi omedetou!!"



Naoya mengedipkan matanya beberapa kali. Ia lebih terkejut lagi dengan kehadiran Toji dan Naobito disana.



"Toji?! Aku mencarimu tau!" Naoya berlari kecil kearah Toji lalu mencengkram kerah baju bagian depan pria tersebut.



"Maafkan aku." walaupun mengucap maaf Toji berusaha menahan tawanya agar tidak keluar.



"Jadi ini semua rencana siapa ha?!" ujar Naoya menatap semua orang yang kini berada di ruangan tersebut.



"Ini semua ide Fushiguro-san, bahkan selisih barang dan laporan yang salah itu juga hanya kebohongan. Laporan aman dan tidak ada selisih sebenarnya Zenin-sama." ucap salah satu karyawannya.



"Bahkan ayah ikut? bagus sekali."



Naobito tersenyum lalu mengacak surai keemasan Naoya. "Sesekali aku ingin mengerjai putraku yang tidak disiplin."



Naoya jadi malu sendiri ketika diperlakukan layaknya bocah oleh sang ayah di depan karyawannya.



"Tapi Toji tidak jadi dipecat kan?" tanya Naoya.



"Sebagai hadiah dariku, kau boleh mempekerjakan dia semaumu."



Senyuman bahagia terukir di bibir Naoya. "Terima kasih ayah."



"Tunggu apalagi? ayo mulai acaranya dan kita berpesta!" seru salah satu karyawan Naoya.



Setelah acara tiup lilin mereka mulai berpesta, bahkan Naobito sudah minum-minum bersama beberapa karyawan.



"Selamat ulang tahun Naoya, maaf aku membuatmu kebingungan mencariku. Aku bahkan meminta Megumi berbohong."



"Kau bahkan meminta anak sebaik Megumi berbohong. Jadi? mana hadiahku?" tanya Naoya.



"Aku sudah menyiapkannya nanti aku ambilkan."



"Aku minta sekarang. Anggap saja hadiah yang kuminta ini bonus karena kau mempermainkanku."



"Baiklah, apa yang kau inginkan?" Toji akhirnya mengalah daripada Naoya jadi lebih cerewet.



"Beri aku ciuman." ucap Naoya.



Toji terdiam beberapa saat. Disini banyak orang apa tidak akan jadi gosip miring nantinya? tapi mereka semua sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang minum dan ada yang berbincang dengan temannya. Sepertinya tidak apa-apa dan tidak akan jadi masalah.



Toji pada akhirnya mengambil map yang berada di dekat mereka saat ini. Ia pun menutupi wajahnya dan Naoya dengan map sebelum mendaratkan ciuman di bibir pria dengan surai keemasan itu dibalik map yang kini tengah ia pegang.



Naoya memejamkan matanya begitupula Toji, menyalurkan cinta dan rasa rindu mereka lewat ciuman. Rasa rindu yang mereka pendam dan hampir mereka lupakan selama belasan tahun lamanya.



"Toji aku mencintaimu, selalu dan tak akan pernah berubah." ucap Naoya ketika ciuman mereka telah terlepas.



"Aku juga mencintaimu Naoya tapi untuk saat ini kau belum bisa kumiliki. Bisa kau menungguku?"



Naoya ingin menanyakan alasan namun Toji keburu menempelkan telunjuknya di bibir Naoya. "Jangan tanyakan alasannya, jika kau percaya padaku kau harusnya tidak memerlukan alasan."



Naoya pada akhirnya mengangguk. Ia pun menyingkirkan telunjuk Toji dari bibirnya sebelum menggenggam tangan pria itu. "Baiklah aku percaya padamu."





.





Baik ayah maupun ibu Sukuna dan Yuuji kini heran ketika melihat kedua putra mereka seperti tengah perang batin. Lihat saja aura permusuhan yang mereka tebarkan, benar-benar membuat kedua orangtua mereka heran. Perkelahian memang sering terjadi namun kali ini memang berbeda dari perkelahian mereka sebelumnya.



"Jadi apa yang membuat kalian jadi seperti ini? jangan bilang kalian menyukai gadis yang sama." ucap sang ibu pada mereka.



"Dia laki-laki bu."



Ucapan dari Sukuna membuat sang ibu membulatkan bola matanya. "Karena Sukuna sering mengoleksi majalah dewasa ibu pikir Sukuna menyukai wanita." ucap sang ibu.



"Aku menyukai wanita tapi dia satu-satunya laki-laki yang aku cintai."



"Tapi aku tidak akan menyerahkannya dengan mudah aniki."



Perang deathglare kembali terjadi diantara Yuuji dan Sukuna, mungkin setiap hari mereka akan melakukan hal yang sama karena tinggal di satu atap yang sama.



"Apa yang kalian sukai itu anaknya Fushiguro-san?" tanya Jin dan pertanyaan dari sang ayah membuat baik Sukuna dan Yuuji salah tingkah.



"Berarti benar ya? yah kelihatan sekali sebenarnya jika kalian tidak sadar dengan gelagat kalian. Hanya dia yang dekat dengan kalian belakangan ini, itu juga salah satu alasan ayah bisa tau."



"Orangnya seperti apa? ibu jadi ingin tau." ucap sang ibu dengan semangat. Ia ingin tau siapa orang yang berhasil membuat kedua anaknya jatuh cinta, terlebih itu orangnya semacam Sukuna. Sukuna tipe orang yang pemilih, bahkan daridulu sang ibu tidak tau Sukuna pernah pacaran atau tidak karena belum pernah melihat Sukuna menggandeng pacarnya atau sekedar tersenyum sendiri ketika membalas chat, biasanya orang jatuh cinta atau yang memiliki pacar pasti lebih sering tersenyum sendiri ketika melihat ponselnya.



"Sukuna, Yuuji. Besok ajak anak itu kesini. Ibu ingin kenalan."



"Apa?! ibu jangan aneh-aneh ya!"



"Ibu tidak mau tau! pokoknya bawa anak itu kesini besok atau uang jajan akan dipotong dan fasilitas kalian untuk sekolah akan disita! "



"Ayah bantu kami~" Yuuji mulai merengek pada Jin.



"Ahahaha kalau sudah ibumu yang minta ayah tidak bisa membantah Yuuji. Bawalah Megumi-kun kesini."



"Namanya Megumi ya? nama yang cantik."



Baik Sukuna maupun Yuuji hanya bisa cengo melihat begitu bersemangatnya sang ibu. Mereka hanya bisa pasrah besok ibu mereka akan seheboh apa ketika Megumi kesini.






T
B
C

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang