Di ruangan itu tampak sunyi, hanya ada sosok pemuda yang terdiam di tempat tidur dengan tatapan kosong. Pemuda itu bahkan tidak bereaksi ketika ada seseorang yang masuk ke kamarnya.
"Megumi kau makan dulu ya."
Itu adalah Satoru. Ia mengusap kepala Megumi namun pemuda itu masih tak bergeming. Jiwanya seakan berada di tempat lain.
"Satoru aku sudah bilang sebaiknya--"
"Stop it Suguru! Megumi tidak sakit mental! Hanya perlu pengobatan dari dokter! Jangan memaksaku memasukkannya ke rumah sakit jiwa lagi!" seru Satoru pada pria lain yang baru saja memasuki ruangan.
"Tapi sampai kapan akan seperti ini? Aku tidak apa jika kita harus mengurusnya tapi kau kurang memperhatikan dirimu sendiri semenjak ia jadi seperti ini."
"Aku baik-baik saja."
"Lalu ini apa?" Suguru menyentuh kantung mata Satoru. "Kau kurang tidur, setidaknya jaga kesehatanmu juga jika tidak mau aku mengulangi perkataan yang sama."
Satoru memalingkan wajahnya kearah lain.
"Aku akan berangkat dulu, aku sudah membuatkanmu dan Megumi sarapan. Harus dimakan." Suguru mencium kening Satoru sebelum keluar untuk berangkat kerja.
Sepeninggal Suguru, Satoru kembali menatap Megumi dengan tatapan sedih. Sudah sebulan semenjak kejadian tersebut namun kondisi Megumi tidak mengalami perkembangan sama sekali.
Flashback
Ada yang menelfon Satoru pagi-pagi sekali. Ia melihat nama yang terpampang di layar smartphone itu adalah ayahnya. Ia menjawab panggilan tersebut dan menerima kabar bahwa neneknya meninggal. Ia pun harus datang ke rumah neneknya untuk turut hadir dalam pemakaman beliau.
Setelah semua selesai Satoru pun kembali dan ia langsung ke sekolah terlebih dulu karena ia ada kepentingan. Tidak ia sangka sampai di sekolah ia menemukan pemandangan dimana Megumi dibully lagi namun bully kali ini sepertinya benar-benar membuat Megumi terguncang. Ia pun membubarkan siswa-siswa tersebut dan ketika mereka bubar Satoru langsung menenangkan Megumi yang menangis.
Ternyata tidak sampai disana. Jika di sekolah Megumi harus terguncang karena bully dari siswa di sekolah maka di rumah sang ayah lah yang membuat Megumi semakin tertekan. Ayahnya marah ketika tau ia dikeluarkan dari sekolah dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan pada Megumi sehingga Megumi kabur dari rumah. Ia yang saat itu mencari Naoya meminta bantuan agar Megumi tidak dikeluarkan dari sekolah pun hampir menabrak Megumi yang berlari tak tentu arah dan tak peduli sekitar. Ketika dihampiri ia menangis terisak dan ketika Naoya bertanya kenapa ia jadi seperti ini, ia menjawab karena ia hanyalah beban bagi sang ayah karena itu ia tidak pantas lahir ke dunia. Ia juga bilang bahkan ayahnya kecewa dan bilang pengorbanan sang ibu sia-sia karena melahirkannya.
Satoru pun membawa Megumi ke rumahnya namun ketika keluar dari mobil Megumi tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Satoru pun langsung putar balik membawa Megumi ke rumah sakit. Awalnya dokter bilang Megumi hanya stress dan banyak pikiran dan itu berpengaruh pada kondisinya.
Beberapa hari setelahnya Megumi lebih sering diam. Ia sering tidak menyahut saat diajak bicara namun terkadang Satoru melihat Megumi tersenyum sendiri dengan tatapan yang kosong. Suguru sebagai kekasih Satoru pun mengusulkan agar membawa Megumi ke rumah sakit lagi. Dokter mendiagnosa Megumi mengalami Maladaptive Daydreaming. Kondisi ini adalah kondisi dimana penderitanya terjebak dalam khayalan yang ia ciptakan sendiri dan ia bahkan tidak bisa membedakan mana khayalan dan mana kenyataan. Kondisi ini timbul ketika seseorang mungkin mangalami suatu trauma, kekerasan atau mungkin ia merasa kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Short StoryDidikan keras Toji pada Megumi mendatangkan penyesalan dari Toji di kemudian hari. Sukuna yang kerap kali menjadikan Megumi target bully juga menyesali perbuatannya. Itu hanya karena mereka melihat air mata Megumi untuk pertama kalinya