[ 19 ] You, say...

2.3K 277 8
                                    

5 tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5 tahun yang lalu

Junghwan menepikan mobilnya di pinggir jalan berukuran sedang itu, kiri dan kanan dikelilingi oleh toko-toko kelontong, serta rumah makan sederhana lainnya yang ada di pasar tradisional.

Kondisi di sana tidak begitu baik. Beberapa sudut gang terdapat banyak sampah, dan barang bekas tak layak pakai lainnya. Dilihat dari bentuknya saja siapa pun pasti tahu, wilayah itu tempat para preman.

Pemuda itu lantas mengeratkan mantelnya, kemudian keluar dari mobil dan langsung membuka payung hitam miliknya untuk melindungi diri dari hujan.

"Sialan.." Desis Junghwan memperhatikan sepatu sneakers nya yang kotor ketika tidak sengaja menginjak genangan air.

Menghela nafas kasar. Junghwan menatap ke sekeliling yang masih terlihat ramai, orang yang berlalu-lalang, dan beberapa pria berpenampilan menyeramkan di warung minum menikmati bir, bahkan menyulut rokok.

Tempat itu benar-benar terlihat kacau, penghuninya terlalu berantakan. Di waktu yang bahkan sudah menginjak tengah malam seperti ini, mereka masih bersantai seakan tak mengenal waktu.

Tak mau berlama-lama di sana, Junghwan segera melangkah, memasuki gang kecil yang jaraknya tidak jauh dari mobil.

Kakinya terus melangkah, sesekali ia mempererat tudung mantel nya ketika berpapasan atau melewati kelompok para pria brengsek di sisi gang.

Semakin jauh dan semakin dalam ia memasuki wilayah itu, kondisi semakin buruk di tiap-tiap kedai yang ia lewati. Banyak sekali orang-orang tak berakal sehat di sana; mabuk, berkelahi, berjudi, tertawa tidak jelas, Junghwan tidak mengerti apa tempat pengedar barang-barang ilegal memang seburuk ini. Bahkan lebih buruk dari pada markas sialan milik ayahnya.

Pemuda itu menghentikan langkahnya. Memperhatikan pelang di atas salah satu bangunan kumuh, yang terdapat lampu hias membentuk kalimat 'Petarung gila' tertulis dalam bentuk hangeul.

Ia menutup payungnya, meletakkannya di sudut bangunan, dan segera melangkah menaiki tangga memasuki bangunan bertingkat itu.

Tangannya bergerak membuka pintu, kemudian lanjut melangkah melewati lorong berukuran sedang dengan lampu remang-remang. Ia menatap ke tiap sudut lorong, sesekali ke belakang takut-takut akan ada penjaganya.

Merasa aman, kakinya terus melangkah, dan suara bising yang tadinya terdengar samar-samar saja, kini semakin terdengar jelas.

Pemuda itu lantas mengintip dari celah-celah pintu.

••

Buggghh!! Bugggghh!! Buggghhh!!!!

Pukulan demi pukulan yang dia layangkan semakin terkesan brutal membuat samsak besar itu bergerak tak terkontrol.

Terus memukul, dengan keringat yang semakin membanjir, nafas yang terengah, mengabaikan kerongkongannya yang mulai mengering, dan kedua lengan yang mulai terasa sakit karena dipaksa untuk memukul tanpa jeda. Dia tak peduli.

You, say... [ Yoshwan, Hwanshi ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang