[ 17 ] You, say...

2.6K 318 18
                                    

Memang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang. Sangat sulit.

Kadang kenyataan begitu kejam, sangat kasar untuk kita terima sebagai makhluk penerima takdir. Begitu pahit untuk dicicipi, sebagai makhluk penikmat nasib.

Namun, kebenaran tetaplah kebenaran yang tidak bisa kita ubah menjadi sebuah kebohongan. Jika memang kenyataannya seperti itu, percayalah, mengelak bukan hal yang benar.

Yang bisa kita lakukan hanyalah, menerimanya dengan lapang dada.

Sekali lagi pria itu menghela nafas berat, memandang cahaya dari lampu-lampu kota, tanpa ada rasa takut sedikit pun berdiri tepat di pinggir atap gedung dengan kedua tangan yang bersembunyi di balik saku hoodie lilac miliknya.

Ia memejamkan matanya, mempersilakan angin malam menyiksa kulitnya, menusuk hingga tulang, sampai rasanya dia bisa saja mati kedinginan di sana.

Ayah dan Ibu sudah tidak dapat dipercaya lagi.

Seketika manik lelaki itu kembali terbuka, menatap langit malam penuh dengan taburan bintang. Seakan ia tengah menatap sang kakak di atas sana.

Mereka selalu ingin mengendalikan ku, sahamku, kekuasaanku, semuanya.

Menurunkan sedikit kepalanya untuk menatap lurus ke depan. Tatapan pemuda itu berubah tajam, dengan pantulan cahaya warna-warni di bola matanya yang tak berkedip.

Siapa pun yang menentang keputusan mereka akan disingkirkan.

Tapi, siapa sangka, sudut bibirnya kemudian akan terangkat, membentuk sebuah senyuman miring yang terkesan getir.

“Aku tahu. Ibu dan Ayah yang membunuhmu. Bukan orang lain.” Gumamnya, penuh akan dendam.

×××

Doyoung mengalihkan atensinya, memperhatikan Junghwan yang baru saja mengambil duduk di bangku sebrang di hadapannya─di antara meja.

“Bagaimana nilai mu? Apa ada perbaikan?”

Junghwan menghela nafas berat, menggeleng samar. Setelah membuka segel kaleng minuman itu, ia segera menenggaknya.

“Yoonbin memiliki mata pelajaran paling banyak remedial.” Doyoung menggeleng, kembali menyantap makanan miliknya berupa salad buah. Maklum, anak dokter, makanannya sangat terjaga.

“Apa yang dia lakukan saat masa ujian?”

Lelaki itu mendongakkan sedikit kepalanya, menikmati kunyahan, sebelum berkata. “Mengusik Nishimura dan teman-temannya.”

Junghwan menaikan alisnya. “Biliar lagi?”

Doyoung mengangguk.

“Kupikir kalian berkelahi.” Cicit Junghwan yang seketika mengundang tawa dari sahabatnya Doyoung.

You, say... [ Yoshwan, Hwanshi ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang