Epilog

2.4K 168 4
                                    

“Bagaimana? Kamu setuju 'kan?” Sang ibu tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bagaimana? Kamu setuju 'kan?” Sang ibu tersenyum manis.

“Jangan terlalu menimbang, Seungyoon. Jika perusahaan mu bekerja sama dengan perusahaan ayah, itu akan menghasilkan keuntungan besar di kemudian hari.” Tambah sang ayah meyakini sang anak.

Mendengar itu, Seungyoon hanya bisa tersenyum kecil. Dia menatap kedua orang tuanya.

Bagaimana pun juga, dia telah membangun perusahaannya ini dari nol, jika dia setuju dengan apa yang orang tuanya tawarkan, sama saja dia menghancurkan perusahaannya sendiri.

Dia tahu, perusahaan yang ayahnya kelola bersifat ilegal, sedangkan perusahaannya resmi tertulis di catatan pemerintah.

Kalau sudah ada yang aman, untuk apa lagi kabur ke tempat yang justru mengancam?

“Maaf ayah, ibu.. tapi aku sudah memutuskannya. Aku akan tetap mengelola perusahaan ini sendiri.” Dia dapat melihat raut wajah kedua orang tuanya berubah. “Ehm.. jika ayah ingin mendapat penghasilan yang lebih besar, kenapa tidak membuat cabang baru perusahaan di luar negeri misalnya.” Dia berusaha menolak dengan halus, begitu-begitu juga mereka itu orang tuanya, dia tentu tidak mau menyakiti hati mereka.

Bukannya dia jahat, atau tega dengan ibu dan ayahnya. Tapi ini juga demi kebaikan keluarga So. Kalau sewaktu-waktu bisnis ayahnya itu terbongkar oleh negara, bagaimana?

Seungyoon tidak mau jika nanti adik-adiknya hidup susah hanya karena bisnis ayahnya gagal.

Setidaknya, perusahaan yang dia miliki tetap sukses besar dengan cara yang benar dan jujur, untuk cadangan ekonomi keluarga So ke depannya.

Hanya untuk adik-adiknya, itu saja alasan Seungyoon mempertahankan perusahaannya agar tetap berada di jalan yang benar.

Bukan dia berharap bisnis gelap milik ayahnya akan segera terbongkar. Tapi.. mengingat pribahasa, 'sepintar-pintarnya bangkai ditutup, suatu saat bau nya akan tetap tercium juga', dan Seungyoon percaya itu.

“Jangan mengajari ku, aku lebih tahu daripada diri mu.” Nada bicara ayahnya berubah dingin.

“Kau yang memilih keputusan ini, Seungyoon. Kami sudah memberimu kesempatan.” Timpal sang ibu dengan tatapan penuh kegetiran.

Dan, entah kenapa perasaan Seungyoon mulai tidak enak, atau hanya perasaannya saja.

×××

“Kau gila, ya? Malam-malam begini.” Remaja berseragam SMA itu berseru menghampiri kakaknya yang tengah berdiri di pinggir atap gedung sambil menatap langit malam.

“Apa yang kau lakukan di sini?” Pria itu bertanya tanpa menatap adiknya, dan masih dengan atensi pertamanya.

“Tidak ada, aku malas pulang ke rumah.” Balas yang lebih muda itu lagi dengan enteng.

You, say... [ Yoshwan, Hwanshi ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang