[ 12 ] You, say...

2.7K 348 30
                                    

Junghwan melangkah sembari menarik koper abu-abunya di tengah-tengah kerumunan orang memenuhi bandara, dari kejauhan dia dapat melihat dua makhluk monyet melambaikan tangan, sedangkan satunya lagi hanya bersedekap dengan kacamata hitamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Junghwan melangkah sembari menarik koper abu-abunya di tengah-tengah kerumunan orang memenuhi bandara, dari kejauhan dia dapat melihat dua makhluk monyet melambaikan tangan, sedangkan satunya lagi hanya bersedekap dengan kacamata hitamnya.

“Ya ampun, si buruk rupa..” Dasar Ha Yoonbin.

Berbeda dengan Doyoung yang sudah menepuk-nepuk kepala Junghwan kasihan─seketika di tepis oleh Junghwan.

“Jadi, berapa kau akan membagi kami hasilnya?” Yoonbin sudah menatap bersemangat.

Junghwan memutar bola mata malas.

Setelah berbincang sebentar dengan pelatih adiknya, kini Hanbin beralih pada adiknya. “Wajahmu sangat jelek.” Ujarnya menepuk pundak Junghwan.

“Kau tidak bisa menemui kekasihmu dalam kondisi seperti ini.” Pada akhirnya Doyoung ikut-ikutan.

Junghwan menatap tak suka, “Aku hampir saja mati, kalian tahu.” Sinisnya seakan merajuk, bukannya bersyukur karena dia kembali dengan kondisi bernafas, mereka malah seakan membully.

“Haha.. kami hanya bercanda, ayoo kita harus merayakan kemenangan mu.” Doyoung merangkul Junghwan.

“Tidak mau, aku ingin tidur saja.”

×××

Junghwan terdiam, memandang wajah damai yang tengah tertidur lelap itu dalam keheningan.

Tak lama kemudian Hanbin datang, pria itu berdiri di samping adiknya, ikut menatap ke arah yang tengah adiknya pandang entah sudah seberapa lama.

“Apa dia makan dengan teratur?” Tanya Junghwan dengan nada yang di pelankan, dia tidak mau sampai lelaki manis itu terbangun dan mengetahui kehadirannya.

Hanbin mengangguk, “Dokter sempat memberikannya vitamin penambah nafsu makan.”

Setelahnya, Junghwan tak lagi menanggapinya.

“Dia sangat merindukanmu.”

Refleks Junghwan menoleh ke arah kakak nya dengan pandangan terkejut.

Menyadari itu Hanbin hanya terkekeh pelan. “Dia selalu bertanya, kapan ujian mu selesai.”

Tak bisa di pungkiri, timbul rasa bersalah dalam benak Junghwan.

“Jadi, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” Hanbin kembali berucap, menatap adiknya dengan alis terangkat.

“Aku akan menjaganya, semampuku.” Tidak lama setelah mengatakan itu dengan yakin, Junghwan memutuskan untuk segera pergi.

Namun, siapa sangka sebelum dia benar-benar menutup pintu sebuah suara terlebih dahulu mengintrupsinya.

Suara itu, membuat kakinya terasa enggan bergerak menjauh dari sana, suara itu, yang sangat ia rindukan, dan kini ia mendengarnya kembali.

You, say... [ Yoshwan, Hwanshi ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang