tandai typo:)
______________________________________Seorang wanita sedang terbaring di atas brankar rumah sakit setelah tiga tahun mengalami koma akibat kecelakaan tiga tahun yang lalu. Tetapi, kini perlahan jari jemari wanita itu mulai bergerak. Bahkan, terlihat mata indah wanita itu mulai terbuka dan mengerjab.
"Euuugh, " lenguh wanita itu memandang ruangan sekitar.
Ceklek!
Pintu ruangan terbuka, terlihat seorang pria berjalan menghampirinya. Sontak, wanita itu beringsut memegang erat selimut yang menyelimuti tubuhnya. Mata wanita itu masi terlihat buram saat melihat pria itu hingga perlahan kesadarannya mulai menghilang.
Pria itu awalnya mengernyit bingung kala wanita itu merasa ketakutan melihatnya.
***
"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" tanya wanita paruh baya selaku Ibu dari wanita yang terbaring di atas brankar tersebut yang baru sadar beberapa waktu yang lalu sebelum wanita itu pingsan.
"Begini, Pak, Bu. Akibat kecelakaan hebat beberapa tahun lalu yang dialaminya, membuatnya hilang ingatan. Namun, Bapak Ibu tidak perlu khawatir, ini hanya bersifat sementara jadi anak Bapak Ibu akan mendapatkan ingatannya kembali." jelas Dokter tersebut membuat wanita paruh baya itu terisak, dengan cepat pria paruh baya di sampingnya memeluk istrinya itu.
"Kalau begitu saya pamit Pak, Bu. Karena ada pasien lain yang harus saya periksa." ucap Dokter itu dan berlalu dari ruangan.
"Pa ... anak kita Pa ... hiks hiks. " isap wanita paruh baya itu di pelukan sang suami.
"Ssst ... udah, Mama tenang ya?" ucap pria paruh baya itu menenangkan sang istri.
Perlahan mata wanita yang terbaring di atas brankar mulai terbuka. Ia menyipitkan mata menatap sekeliling yang terlihat buram. Wanita itu mengerjabkan matanya untuk melihat lebih jelas sekelilingnya.
"Gue ... dimana?" lirihnya saat matanya sudah menangkap jelas sekeliling ruangan. Wanita itu adalah Zura, yang bertransmigrasi ke tubuh seorang wanita berumur 22 tahun bernama Nahwa Azkia Khumairah.
Ia mengerutkan kening saat melihat dua paruh baya yang tersenyum bahagia kearahnya dan menghampirinya.
"Ada yang sakit sayang? Mana, biar Mama lihat?" lembut wanita paruh baya itu tersenyum manis kearahnya.
Zura mengernyit, tak urung ia juga mengangguk. "Saya baik-baik aja, Tante. "
Sontak wanita paruh baya itu menatap sedih Zura lalu menatap sang suami. Pria paruh baya itu menghela napas lalu tersenyum lembut kearah Zura yang menundukkan pandangannya.
"Ini Papa sayang, Papa Bondan Aglio, dan ini Mama Reta nia." ucap Bondan.
Zura mengernyit, "Papa? Mama?" beonya.
Zura menatap tangannya yang terlihat lebih putih dari sebelumnya. Ia menggaruk kepalanya yang terasa bingung. Spontan ia membulatkan mata kala ia dapat langsung memegang rambutnya yang tanpa di balut hijab. Kemudian menarik selimut itu hingga menutupi kepalanya.
"Ada apa sayang? Jangan menutupi dirimu seperti itu, itu akan membuatmu sulit bernapas." peringat Reta yang di balas gelengan Zura.
"Mungkin Nahwa masih shok Ma, karena ingatannya yang hilang." celetuk Bondan.
Reta menghela napas pelan, "Mama akan bantu kamu mengingat semuanya kembali sayang. Karena, mereka butuh kehadiranmu."
Spontan Zura mengernyit bingung mendengar ucapan Reta. Perlahan Reta menarik pelan selimut itu lalu memeluk Zura.
"Mama sayang kamu, apapun yang terjadi kami akan selalu ada di sisimu sayang." ucap Reta lalu mengecup kening Nahwa a.k.a Zura. Kemudian Reta merenggangkan pelukannya dan menatap Nahwa a.k.a Zura terdiam.
Zura membeku mendengar penuturan Reta, ia membulatkan mata lebar kala melihat rambutnya yang berwarna coklat kehitaman dengan ujungnya yang berwana kuning emas alami. Ia benar-benar tahu bahwa rambutnya berwarna hitam legam, dan kini berubah warna.
Ia semakin bingung kala melihat cincin yang sangat indah melingkar di jari manis kanannya. Ia berpikir, dari mana cincin ini dan sejak kapan melekat di jarinya.
Zura jadi berpikir dengan ceria-cerita fiksi tentang transmigrasi. Tapi, ia tidak percaya akan hal itu. Mungkinkan Allah akan menakdirkan hambanya sperti itu? Sepertinya hal itu mustahil terjadi, tetapi, mengapa tidak?
Zura menjadi yakin bahwa saat ini ia sedang bertransmigrasi ke tubuh seseorang yang disebut Nahwa.
"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," lirihnya pelan seraya menepuk-nepuk pipinya.
"Nahwa ... " panik Reta dan Bondan saat Zura memegang kepalanya kuat saat mengingat pria yang menemuinya tadi bangun.
Perlahan rasa sakit itu hilang saat ia tidak mencoba mengingat pria tadi. "Apakah sudah mendingan?" khawatir Reta seraya mengusap puncak kepala Zura.
Zura mengangguk, "Tadi saat aku terbangun ... ada seorang pria menghampiri ku, aku tidak dapat melihatnya dengan jelas karena buram. Saat aku ingin mengingatnya, malah membuat kepala sangat sakit. "
Reta dan Bondan saling pandang setelah mendengar penuturan Zura. Kedua paham siapa yang di maksud Zura. "Kita rahasiakan sementara," ucap Bondan tanpa suara yang di angguki Reta.
"Apakah namaku Nahwa?" tanya Zura menatap Reta dan Bondan.
Bondan tersenyum lalu mengusap puncak kepala Zura, "Nama mu adalah Nahwa Azkia Khumairah. Umurmu 22 tahun, dan kau juga memiliki toko roti sejak lima tahun yang lalu, letaknya tak jauh dari rumah kita." jelas Bondan.
"Dan kamu pasti lupa memiliki Abang dan kakak ipar serta satu keponakan yang tampan." sela Reta di angguki Bondan.
"Nama Abang kamu Galang Dino Aglio, istrinya bernama Cika Arsifa, dan keponakan kamu yang berumur 16 tahun bernama Dio Langsa Aglio." lanjut Bondan.
Panggilan Zura menjadi Nahwa.
Dan ada satu rahasia yang belum di ungkapkan keduanya pada Nahwa.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nahwa!? (Lengkap)
Teen Fiction"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," seraya menepuk-nepuk pipinya. *** Brugh! Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada yang memeluk kakinya. kemudian ia menunduk melihat siapa yang memeluk kakinya, yan...