Tandai typo
_______________
"Hai!?'' sapa Samudera sesampainya di depan meja Nahwa dan Nita.
''Hai, Sam! Ayo duduk dulu,'' ucap Nita yang di balas anggukan dari sang empu.
Kemudian Samudera duduk di bangku antara Nahwa dan Nita.
Lala menatap sinis Samudera, entah mengapa bocah itu merasa tak suka dengan pria itu. Padahal ini adalah kali pertama pertemuan bagi keduanya.
''Na? Gimana kabar kamu?'' tanya Samudera menatap Nahwa.
Nahwa mengangguk dengan pandangan menunduk, ''Alhamdulillah, aku baik.'' jawab Nahwa sekenanya.
Samudera mengangguk sebagai jawaban. ''Lo nggak niat nanya keadaan gue, Sam?'' celetuk Nita menggeleng tak percaya menatap Samudera.
Seperti saat dulu, mereka berbicara dengan menggunakan bahasa lo gue, berbeda dengan Nahwa dan Nita yang menggunakan bahasa aku dan kamu.
Samudera menoleh mearah Nita yang menatapnya lalu ia tertawa pelan, ''Sorry-sorry. Jadi, gimana nih keadaan lo? Gue lihat-lihat aura lo kayanya makin tebel aja isi dompet lo.'' canda Samudera.
Nita memutar bola matanya jengah, ''Yang ada mah dompet lu yang di jejerin atm warna item. Gimana? Lo udah kawin belum?'' tanya Nita mengangkat kedua alis matanya.
Samudera tertawa mendengar penuturan sahabat lamanya itu, ''Doain aja, Nit. Gue lagi berjuang keras nih!'' ucap Samudera melirik kearah Nahwa sekilas.
Lala menatap sinis Samudera. Karena tawa pria itu sangat mengganggu telinganya.
Berbeda dengan Nahwa. Wanita itu hanya diam mendengar pembicaraan dua sahabat lamanya itu.
''Heum, kalau gitu aku luan ya, Nit, Sam. Anak sekolah udah keluar.'' pamit Nahwa saat melihat para anak SMA mulai keluar gerbang.
''Eh? Tunggu, Na!'' seru Nita melihat Nahwa yang menggandeng Lala menuju kasir.
''Sam? Gue pamit luan ya.'' ucap Nita tanpa sepertujuan Samudera langsung berlalu menyusul Nahwa.
Samudera hanya diam menoleh kearah Nahwa yang sedang tertawa bersama Lala. Ia menarik ujung bibirnya tersenyum tipis saat Nahwa yang tersenyum lebar.
''Sangat cantik,'' gumamnya tersenyum sendu kearah wanita itu.
Tiba-tiba saja ada seorang gadis memakai jumsuit dengan berkemeja kotak-kotak menepuk bahunya, ''Woe!'' seru gadis itu.
Spontan Samudera terlonjak kaget lalu menoleh kearah gadis itu yang sudah tertawa puas.
Samudera memutar bola matanya malas melihat tetangganya itu, yang tak di rumah atau pun di luar ketika bertemu pasti saja merecoki ketenangannya.
''Ngapain nih? Nungguin cewek ya? Tapi perempuan mana yang mau sama elu, Bang?'' tanya gadis itu yang bernama Fio.
Samudera menghela napasnya kesal lalu bangkit dan meninggalkan Fio yang menggaruk kepalanya tak gatal dengan bungung.
''Gue salah apa?'' monolognya seraya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.
Perasaan ia hanya berbicara saja dan belum sempat beraksi mengganggu pria itu. Tetapi, pria itu sudah berlalu meninggalkannya dengan raut wajah tak bersahabat.
***
Nahwa dan Lala menghampiri Dio yang sedang bersenda gurau dengan tiga para sahabatnya.
''Yo! Kita balik duluan ya!'' ucap salah satu sahabtnya yang berambut ikal kemudian berlalu meninggalkannya.
''Itu tadi temen-temen kamu?'' tanya Nahwa pada Dio.
''Temennya Abang Dio, tampan-tampan.'' celetuk Lala cengengesan menatap kepergian para sahabatnya.
''Gaya lu bocil!'' sinis Dio menoyor pelan kepala bocah itu yang kini menekuk wajahnya kesal.
Dio beralih menatap Nahwa lalu mengangguk dan menyalimi punggung tangan Nahwa, ''Iya, Tan.''
Nahwa mengangguk, ''Yaudah yuk pulang.'' ajak Nahwa lalu memasuki mobil.
''Tadi Mama kamu nelpon, dua hari lagi mereka pulang.'' celetuk Nahwa.
''Beneran, Tan?'' tanya Dio antusias.
Nahwa mengangguk sebagai jawaban lalu menepikan mobilnya di tepat di deretan penjual buah-buahan.
''Tante mau beli buah dulu, kamu juga boleh pilih buah apa pun. Nanti Tante yang bayar.'' ucapnya lalu keluar mobil menuju kedai penjual buah di susul Dio dari belakang.
''Lala pun!'' seru bocah itu bersorak girang.
''Lala mau buah apa, Nak?'' tanya Nahwa.
Lala menunjukkan kearah buah apel berwarna merah yang terlihat sangat segar, penjual buah itu terkekeh melihat tingkah Lala yang sangat menggemaskan di matanya.
''Mang, nanasnya dua biji, bengkoang, apel sama timunnya setengah kilo aja,'' ucapnya lalu berjalan kearah buah-buahan berukuran besar.
''Mang pepayanya yang kecil ini satu, semangka yang dua kilo.'' pinta Nahwa lalu menoleh kearah Dio yang sedang melihat-lihat buah-buahan khusus berukuran kecil.
''Dio mau buah apa, Nak?'' tanya Nahwa membuat Dio menoleh kearahnya.
''Tan, Dio pengen anggur hijau ya?'' pinta Dio menunjuk anggur hijau yang tergantung di hadapannya.
Nahwa mengangguk mengiyakan ucapan sang keponakannya.
''Bunda? Lala mau itu!'' tunjuk Lala kearah buah belimbing.
Nahwa mengangguk, ''Satu aja ya?'' ucap Nahwa di balas anggukan dari bocah itu.
''Semuanya berapa, Mang?'' tanya Nahwa saat penjual buah itu selesai membungkus semua pesanannya.
''Semuanya dua rarus delapan belas ribu, Neng.'' ucap penjual itu.
Nahwa mengangguk lalu mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang seratus ribu dua lembar dan uang lima puluh ribu satu lembar.
''Ini Mang uangnya,'' Nahwa menyodorkan uang itu.
Penjual buah itu tersenyum lalu mengambil uang itu, ''Sebentar saya ambil balik dulu, Neng.'' ucap penjual itu.
''Eh? Nggak perlu, Mang. Kembaliannya untuk Mamang aja.'' tolak Nahwa halus.
Penjual itu tersenyum senang, ''Beneran ini, Neng!?'' tanya penjual buah itu yang di balas anggukan dari Nahwa.
''Alhamdullah ya Allah ... Makasih banyak atuh, Neng. Semoga, rezeki si Eneng makin berlimpah.''
''Aamiin ... '' ucap Nahwa lalu menyusul Dio dan Lala yang sudah mengangkat plastik berisi buah tadi ke dalam mobil.
''Saya pamit duli, Mang. Assalamualaikum ... '' salamnya.
''Waalaikumsalam ... Hati-hati, Neng!'' ucap penjual buah itu.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nahwa!? (Lengkap)
Подростковая литература"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," seraya menepuk-nepuk pipinya. *** Brugh! Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada yang memeluk kakinya. kemudian ia menunduk melihat siapa yang memeluk kakinya, yan...