30

4.7K 169 0
                                    

Tandai typo
__________________

Nahwa memasuki sebuah kafe yang ada di depan sekolah Dio. Seperti biasa, Nahwa dan Lala akan menjemput Dio ke sekolah, karena pemuda itu sedang di hukum oleh orang tuanya tidak boleh mengendarai apa pun selama sebulan ini.

Saat ini Nahwa menggandeng Lala menuju sebuah meja yang sudah ada Nita di bangku itu. Sebelumnya, kedua wanita itu sudah berjanji akan bertemu di kafe ini sambil menunggu Dio dan Agnes pulang sekolah.

''Assalamualaikum, udah lama nunggunya?'' tanya Nahwa sesampainya di hadapan Nita.

Nita yang awalnya sibuk memainkan ponselnya lalu mendongak menatap Nahwa yang duduk di hadapannya, ''Waalaikumsalam, Na. Nggak kok, aku juga baru aja sampai belum sempat pesan juga.''

Nahwa mengangguk. Tatapan Nita kini beralih kearah Lala yang berada di bangku samping Nahwa sedang asyik memainkan robot di tangannya.

''Halo anak manis! Namanya Lala, ya?'' sapa Nita melambaikan tangan kearah bocah itu seraya tersenyum manis.

Lala menatap Nita lalu mengangguk antusias dan menyengir lebar membuat Nita ingin sekali mencubit pipi chubby bocah itu.

Nahwa hanya terkekeh melihat tingkah putrinya itu, ''Lala mau makan atau mau minum, nak?'' tanya Nahwa saat membuka daftar menu.

Bocah itu tampak berpikir sejenak lalu menatap Nahwa, ''Lala mau yang itu, Nda!'' tunjuk Lala kearah gambar berbagai macam jenis es krim di dekat kasir.

''Lala mau es krim, sayang? Tapi kan Bunda bilang makan atau minum. Inget loh, tadi di pulang sekolah Lala udah makan dua es krim, di toko udah dua es krim juga.'' peringat Nahwa membuat bocah itu mengerucutkan bibirnya.

Nita tertawa gemas melihat tingkah bocah itu. ''Kasian, Na. Beliin ajalah,'' celetuk Nita yang tak tega melihat Lala.

Nahwa menghela napasnya lalu memilih es krim coklat yang ada lapisan roti di bagian bawahnya.

''Udah, jangan cemberut gitu ih. Kan udah Bunda pesenin es krim untuk Lala.'' ucap Nahwa memperbaiki jilbab Lala yang miring.

Sontak saja bocah itu bersorak girang membuat para pengunjung kafe itu menatap gemas Lala.

Nahwa hanya menggelengkan kepalanya melihat keantusiasan sang putri, berbeda dengan Nita yang sudah mencubit pelan pipi gadis kecil itu

''Kamu mau pesen apa, Nit?'' tanya Nahwa mengalihkan atensinya.

''Heeem, aku Spageti aja, Na.'' jawab Nita yang di angguki Nahwa.

''Mbak!?'' panggil Nahwa pada seorang pelayan wanita seraya mengangkat tangannya memberi kode.

Pelayan tersebut menghampiri meja mereka, ''Ya, Mbak? Ingin memesan apa?'' tanya pelayan wanita itu.

''Saya mau es krim sandwich cokelat satu cup kecil dan dua Spageti, untuk minumnya jus mangga aja tiga, Mbak.'' ucap Nahwa kemudian pelayan itu menyebut ulang pesanan Nahwa tersebut.

Nahwa mengangguk lalu pelayan wanita tersebut berlalu.

Drrt! Drrt! Drrt!

Kedua wanita itu mengalihkan atensi mereka keaeah ponsel Nita yang bergetar tanda telepon masuk.

''Bentar ya, Na. Aku angkat telpon dari Mas Lian dulu.'' ucap Nita tanpa persetujuan Nahwa ia langsung menggeser ikon hijau itu.

''Iya, Mas. Ini aku udah di depan sekolah Agnes, bentar lagi juga udah waktunya pulang kok.''

''....''

''Iya, Mas iya ... Abis ini langsung pulang kok.''

''...''

''Iya, Mas ... Lanjut kerja gih.''

''...''

''Waalaikumsalam ... '' jawab Nita lalu meletakkan ponselnya di atas meja itu.

''Na?'' panggil Nita.

Nahwa mengangkat kedua alisnya seolah berkata 'apa?'

''Lala mirip suami kamu banget ya?'' ucapnya terkekeh pelan.

Nahwa terdiam lalu mengamati Lala yang sedang asyik bermain dengan robotnya. Ia mengangguk pelan, jika di lihat Lala adalah copyan Aska, bahkan yang mirip darinya hanya bagian mata dan warna rambutnya saja.

''Tapi, Nit. Kan malah bagus nggak perlu tes DNA lagi,'' canda Nahwa kemudian keduanya tertawa bersama.

''Bener banget. Jadi nggak perlu ragu dan bimbang lagi. Sudah ada bukti nyata soalnya,'' kedua wanita itu kembali tertawa. Nahwa mengangguk seraya tertawa mendengar penuturan sahabatnya itu.

Tak lama kemudian pesanan mereka sampai lalu keadaan menjadi hening karena mereka melanjutkan acara makan mereka.

''Nit? Kamu sekarang kerja atau gimana?'' tanya Nahwa setelah meneguk minumnya.

Nita menyingkirkan piringnya kesamping karena makanan di atasnya sudah habis lalu menggeser jus mangga di hadapannya.

''Aku sih pengen kerja, Na. Tapi Mas Lian nggak izinin aku kerja.'' ucap Nita sedih lalu meneguk habis jus di gelas itu.

Nahwa mengangguk paham, ia juga pernah di posisi itu. Dimana, Aska melarangnya untuk bekerja dan masalah toko akan menjadi urusan pria itu.

padahal, ia membuka toko itu untuk menghilangkan rasa bosannya.

Nahwa menggenggam tangan Nita, ''Nggak papa, Nit. Suami kamu ngelarang karena dia sayang banget sama kamu jadi nggak bolehin kamu kerja biar kamu nggak perlu merasa lelah.'' jelas Nahwa menyemangati Nita yang tampak lesu.

Nita hanya mengangguk lesu lu menatap Nahwa, ''Kamu sendiri gimana, Na?'' tanyanya.

Nahwa mengerutkan keningnya bingung, ''Gimana apanya, Nit?''

Nita menghela napas gemas, ''Kerja atau tidak, Na ... '' gemasnya lalu mencubit pipi Nahwa.

Nahwa cemberut lalu mengusap pipinya yang terasa perih akibat cubitan Nita yang tidak pelan, ''Ya bilang yang jelas dong. Aku kerja, tapi jaeang-jarang sih paling cuma sesekali datang untuk ngecek keuangan sama kondisi toko aja.'' ucap Nahwa seraya membersihkan pipi Lala yang belepotan karena es krim.

Nita terlihat tampak antusias kalu mendekatkan wajahnya ke depan Nahwa, ''Kerja apa, Na? Jadi kamu jadi buka toko kue yang waktu itu kamu rencanain?''

Nahwa mengangguk sebagai jawaban, ''Iya, Nit. Aku mikir aja, kalau aku nggak kuliah aku mau ngapain. Pasti aku akan merasa bosan jadi pengangguran, jadi ya gitu deh. Pada akhirnya aku buka toko kue aja.''

''Waaah! Boleh dong sekali-sekali aku berkunjung kesana!'' antusias Nita.

Nahwa mengangguk, ''Boleh banget dung! Apasih yang nggak buat kamu,'' ucap Nahwa tersenyum sombong.

Nita hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah sahabatnya itu.

Tatapan terpaku pada seorang pria berjas di belakang Nahwa. Ia tahu betul siapa pria itu.

Pria itu adalah sahabatnya dan juga sahabat Nahwa. Ini adalah kali pertama ia melihat sahabatnya itu dari sekian tahun lamanya.

''Samudera!'' panggil Nita mengeraskan suaranya seraya melambaikan tangan kearah pria itu.

Spontan Nahwa menoleh ke belakang kala mendengar nama yang di sebutkan Nita.

Samudera menoleh kearah bangku yang tak jauh dari tempatnya berada. Tepat saat ia menoleh ke sumber suara, matanya terpaku pada Nahwa yang juga baru menatapnya.

Samudera tersenyum lebar kearahnya, sedangkan Nahwa? Wanita diam terpaku kala sebuah ingatan melintas di kepalanya.

Ia sedang berpikir, apakah ingatannya sudah benar-benar pulih ataukan belum benar-benar pulih.

Sekilas ingatan dimana ia terakhir kali bertemu dengan Samudera terbayang kembali.

o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang