Tandai typo
__________________
Nahwa menggenggam kedua tangan Nita seraya menatap tersenyum sedih kearah wanita itu. Sedangkan Nita? Ia masih tersenyum tulus dan takjub dengan perubahan Nahwa.
Karena terakhir kali mereka bertemu, Nahwa masih berpakaian terbuka, tak setutup seperti saat ini.
''Kamu kemana aja selama ini? Kenapa nggak ngabarin aku? Aku udah pernah ke rumah kamu, tapi rumah kamu udah di tempati orang asing.'' tanya Nahwa lemnut menatap sendu Nita.
''Selama ini kamu baik-baik aja kan? Aku kangen sama kamu tau nggak sih! Kamu hidup dengan baik kan?'' lanjut Nahwa mengusap air matanya.
Nita tersenyum manis seraya mengusap tangan Nahwa, ''Cantik.'' hanya satu kata yang keluar dari mulut Nita.
Nahwa terdiam menatap Nita yang tersenyum lembut kearahnya lalu wanita itu mengusap air matanya.
''Versi ini benar-benar lebih cantik.'' lagi dan lagi kalimat yang keluar dari mulut Nita tak menjawab pertanyaannya.
''Kamu hidup dengan baik kan selama ini?'' tanya Nita.
Nahwa hanya mengangguk sambil sesenggukan. Nita tersenyum maklum lalu memeluk Nahwa dengan pelan wanita itu menepuk lembut punggung Nahwa.
''Udah jangan nangis,'' bisik Nita lalu mengurai pelukan mereka.
''Aku juga rindu sama kamu. Maaf, aku pergi tanpa pamit terlebih dahulu sama kamu. Saat itu semuanya benar tiba-tiba sekali.''
''Jelasin sama aku sedetail-detailnya,'' desak Nahwa menggoyangkan tangan Nita yang di genggamnya.
Nita tersenyum seraya mengangguk pelan lalu menghela napasnya perlahan sebelum menjelaskan, ''Sehari setelah kelulusan, aku di jodohin Papa sama temennya karena perusahaan Papa yang mau bangkrut akhirnya aku harus menerima perjodohan itu. Dan waktu itu aku langsung pindah ke rumah suami ku begitupun Mama Papa yang balik ke kota asal Papa lahir dan buka usaha di sana.'' Nita menghela napas panjang sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.
''Dan aku baru seminggu tinggal disini setrlah sebelumnya aku tinggal di kota lain.'' lanjutnya.
''Lantas remaja perempuan tadi siapa?'' tanya Nahwa menautkan alisnya penasaran.
Nita tersenyum lembut lalu mengusap tangan Nahwa, ''Anak suami aku, namanya Agnes dia baru masuk SMA. Dia anak yang manis dan penuh pengertian dan perhatian. Nama suamiku Lian, dia seorang CEO dan suami yang baik untuk ku. Keluarganya juga menerima ku dengan baik.'' jelas Nita lalu lagi dan lagi tersenyum manis kearah Nahwa.
''Duda?'' tanya Nahwa di balas anggukan dari sang empu.
''Apa di benar-benar memperlakukan mu dengan sangat baik?'' tanya Nahwa khawatir.
Nita mengangguk, ''Dia memperlakukan ku dengan sangat baik walaupun jarak usia kita terbilang jauh dan pernikahan ini di dasari dengan perjodohan, tetapi Mas Lian adalah suami yang baik sekaligus Papa yang baik untuk anak-anak.''
Nahwa mangangguk, ''Kenapa kamu nggak hubungin aku? Dan sekarang kamu tinggal dimana?''
''Maaf ya aku selama ini nggam ngehubungi kamu. Aku bener-bener ngerasa bersalah pergi tanpa pamit. Aku takut kamu marah dan kecewa. Jadi aku nggak berani ngehubungi kamu dan nggak sanggup lihat kamu yang kecewa sama aku.'' lirih Nita menundukkan pandangannya.
Nahwa menggeleng keras lalu menyentuh medua bahu Nita, ''Aku nggak bisa kecewa dan marah sama kamu, Nit. Kamu sahabat aku jadi gimana bisa aku marah sama kamu.''
Nita mengangguk lesu, ''Sekarang aku tinggal di perumahan Aster nggak jauh dari sini, mungkin sekitar lima belas menit aja.'' ucapnya.
''Jadi gimana keadaan kamu selama ini? Perasaan dari tadi aku mulu yang di tanyain kabar gimana sih!'' kekeh Nita di akhir kalimat.
''Oh iya, tadi Dio kan? Sekarang bocah itu semakin tampan aja, dan ... siapa batita lucu yang berada di gendongannya tadi?'' tanya Nita dengan raut semringahnya.
''Iya, Dio semakin tampan aja bocah itu. Padahal dulu ia sering sekali memaksa ku untuk mengajaknya saat kita quality time dulu.'' ucapnya tertawa pelan saat mengingat kenangan dimana Dio yang memaksa ingin ikut mereka saat itu.
''Dan anak lucu yang di gendongannya?'' tanya Nita.
Nahwa tersenyum, ''Namanya Lala, umurnya hampir empat tahun. Dia ... Putri ku. Aku udah nikah setelah lima bulan kelulusan kita. Kami bertemu di acara bisnis teman Papa, dan dari situ aku percaya cinta pada pandangan pertama.'' jelas Nahwa.
''Maaf ya, aku nggak bisa nemanin kamu di hari bahagia kamu waktu itu,'' sesal Nita menggenggam tangan Nahwa.
Nahwa terkekeh pelan, ''Aku juga minta maaf karena nggak ada di sisi kamu di hari bahagia kamu.'' lalu menepuk pelan lengan Nkta.
Kemudian keduanya tertawa bersama hingga nada dering telpon di ponsel Nahwa menghentikan tawa mereka.
''Bentar ya, suami aku nelpon.'' izin Nahwa lalu tanpa beranjak dari duduknya ia langsung menggeser ikon hijau itu.
''Sayang? Kamu dimana? Mas udah di samping mobil kamu loh ini. Tapi Mas cuma lihat Dio sama Lala di kursi belakang. Mereka sepertinya sudah tidur.'' ucap Aska membuat Nahwa tersedak.
''Mas di depan sekolah Dio? Kok nggak bilang? Katanya hari ini mau lembur?'' kaget Nahwa.
Terdengar di seberang Aska menghela napas perlahan, ''Mas nggak jadi lembur. Tadi Mas di antar asisten kesini karena Mas udah ke toko tapi kata karywan kamu lagi jemput Dio sama Lala. Jadi ya ... Mas langsung kesini aja di antar asisten Mas. Jadi kamu saat ini sedang berada di mana wahai adinda?'' tanya Aska gemas.
Diam-diam ternyata Nita mendengar celotehan Aska dari balik telpon genggam Nahwa.
''Suami kamu lucu,'' ucap Nita tertawa pelan. ''Sepertinya ia sedang gusar mencarimu.'' lanjutnya.
Nahwa terkekeh mendengar penuturan Nita, ia juga setuju dengan ucapan sahabatnya itu.
Dari kejauhan ia berada, ia dapat melihat
Aska yang sedang menendang pelan kerikil di hadapannya dengan wajah di tekuk.''Cobak lihat ke kanan,'' ucap Nahwa.
Spontan saja Aska menoleh kearahnya dan berjalan cepat kearah Nahwa yang sedang tersenyum kearahnya.
''Suami mu?'' tanya Nita kala Aska sesampainya di hadapan mereka.
Nahwa mengangguk lalu mencium punggung tangan sang suami begitupun Aska yang mengecup keningnya. Sedangkan Nita? Wanita itu hanya memutar bola matanya malas.
''Mas? Dia Nita, sahabat aku yang pernah aku ceritain.'' ucap Nahwa.
''Ooh dia yang namanya Nita? Kenalin, saya Aska suami Nahwa.'' ucap Aska menangkupkan tangan di depan dada dengan pandangan menunduk.
Nita pun menangkupkan kedua tangannya di depan dada, ''Saya Nita.''
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nahwa!? (Lengkap)
Teen Fiction"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," seraya menepuk-nepuk pipinya. *** Brugh! Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada yang memeluk kakinya. kemudian ia menunduk melihat siapa yang memeluk kakinya, yan...